Mengamalkan
tarekat berarti berkekalan di dalam melaksanakan ‘ubudiyyah kepada Allah,
secara zahir dan batin, dengan kesempurnaan komitmen (iltizam) mengikuti
as-Sunnah, dan menjauhkan segala bid’ah dan segala kelonggaran (rukhsah), pada
setiap gerak dan diam.
Jalan kita ialah
dengan menuruti jejak langkah baginda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para sahabat. Aku telah dibawakan ke jalan ini melalui Pintu Kurnia, karena
dari permulaan jalan hingga ke akhirnya, tiada yang aku lihat melainkan
pengaruniaan-pengaruniaan dari Allah.
Di dalam tarekat
ini, pintu-pintu kepada ilmu-ilmu langit akan dibukakan kepada as-Salikin yang
teguh menuruti jejak langkah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengikuti
as-Asunnah adalah cara yang paling utama untuk membuka pintu-pintu ini.
Orang-orang ahli
hikmah mempunyai tiga cara untuk mencapai Kebenaran (al-haqiqah), yaitu melalui
muraqabah, musyahadah dan muhasabah.Muraqabah itu ialah tidak melihat makhluk
karena seseorang itu senantiasa sibuk melihat Sang Pencipta makhluk. Maksud
musyahadah ialah memandang kecemerlangan nur yang diterima di dalam hati. Dan
maksud muhasabah ialah tidak mengizinkan segala ahwal yang telah diperoleh,
menjadi batu penghalang bagi mencapai maqam-maqam yang lebih tinggi.
Para ahlullah
itu tidak pernah merasa kagum dengan amalan-amalan mereka. Mereka sentiasa
beramal demi cinta kepadaNya.
Siapa yang
mengambil daripada tangan kami, dan menuruti jejak langkah kami, dan mencintai
kami, apakah dia itu dekat ataupun jauh, berada di Timur atau di Barat, maka
akan kami minumkan dia dari Sungai Kecintaan, dan akan kami berikan dia cahaya
pada setiap hari.
Jalan kita ialah
melalui pergaulan yang baik. Mengutamakan diri bisa mengakibatkan seseorang itu
menjadi masyhur dan ini ada bahaya. Kebaikan terletak di dalam bersahabat.
Siapa yang mengikuti jalan ini akan memperolehi banyak manfaat dan barakah
melalui pertemuan-pertemuan yang ikhlash dan yang benar.
Siapa jua yang
menziarahi kami tanpa memperolehi faedah yang mereka perlukan dibanding kami,
sebenarnya, tiadalah mereka menziarahi kami. Mereka tidak akan merasa berpuas
hati. Siapa yang mempunyai keinginan untuk berkata-kata dengan kami, kami tidak
akan mendengar apa-apa. Dan siapa pula yang ingin mendengar daripada kami, kami
tidak mempunyai apa-apa untuk diperdengarkan. Siapa yang menerima apa yang
diberikan tanpa menganggapnya remeh, akan diberikan tambahan. Siapa pula yang
tidak dapat menerima apa yang telah diberikan di sini, tidak akan berupaya
menerima apa-apa pun, di mana-mana pun jua tempatnya.
Ingatkah engkau
kepada kisah seorang manusia yang meminta dirham (duit perak), tetapi dia telah
diberikan dinar (duit emas), karena tidak ada dirham untuk diberikan kepadanya?
Dia telah berkata, “Apalah gunanya benda ini? Aku tidak boleh membelanjakannya.
Ini bukan dirham!”.
Dari satu segi,
setiap Insan Kamil itu adalah sama. Ini berarti yang apabila si murid sudah
benar-benar sealiran dengan usaha tarekat ini, dia boleh berkomuniksai dengan
para masayaikh terdahulu, sebagaimana mereka sendiri sering berkomuniksai
sesama sendiri, menempuh jarak masa dan tempat.
Tugas-tugas dan
amalan-amalan sebuah tarekat membentuk satu unit. Kebenaran, cara mengajar dan
para murid, membentuk rupa satu tangan, yang tidak dapat dilihat oleh si jahil.
Karena dia hanya melihat ketidaksamaan jari-jari, dia tidak dapat melihat
kepada pergerakan padu dari tangan itu (yakni pergerakan tangan sebagai satu
entitas, sebenarnya terjadi dari pergerakan bersaingan tetapi berpadu dari
jari-jari tangan itu).
(dari berbagai
sumber dan sufinews.com)
Posting Komentar
Posting Komentar