Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Makna yang tersurat dari kalimat-kali­mat adzan, kebanyakan kita telah me­ngetahuinya. Tetapi di samping makna yang tersurat, ada pula makna-makna yang tersirat (terkandung). Banyak mak­na yang tersirat ini yang dikemukakan oleh para ulama. Di antaranya disebutkan dalam kitab Al-Lu’lu wa Al-Marjan fi Ah­kam Al-Adzan susunan Habib Muham­mad bin Alwi Al-Aydrus atau yang dikenal dengan sebutan Habib Sa‘ad, ulama se­puh Hadhramaut yang masih dikaruniai nikmat kehidupan hingga saat ini.
Dalam penjelasan berikut, kami kutip sebagian dari makna-makna tersirat kalimat-kalimat adzan yang disebutkan dalam kitab tersebut.
Ketika muadzin mengucapkan Allâhu Akbar (Allah Mahabesar), maknanya secara zhahir, Allah Mahaagung. Se­dangkan maknanya yang tersirat, atau makna bathinnya, Allah Mahaagung dan amal perbuatan yang diperintahkan oleh-Nya paling mesti dipenuhi, maka sibukkanlah dirimu dengan perbuatan yang diperintahkan oleh-Nya dan ting­gal­kanlah dulu kesibukan-kesibukan dunia.
Ketika ia mengatakan asyhadu an lâ ilâha illallâh (aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), makna zhahir­nya, aku bersaksi bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sedangkan makna tersiratnya, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kalian akan suatu perintah. Maka penuhilah perintah-Nya, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberikan manfaat kepada kali­an kecuali Allah dan tidak ada yang da­pat menyelamatkan kalian dari adzab­nya jika kalian tidak melaksanakan pe­rintah-Nya.
Ketika ia mengatakan asyhadu anna muhammadar-rasulullâh (aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah), mak­na zhahirnya, Allah telah mengutus­nya kepada kalian agar kalian beriman ke­padanya dan membenarkannya. Se­dangkan makna tersiratnya, beliau telah memerintahkan kalian untuk mendirikan shalat jama’ah, maka penuhilah apa yang telah diperintahkan kepada kalian.
Ketika ia mengatakan hayya ‘alash-shalâh (marilah mendirikan shalat), makna zhahirnya, segeralah mendirikan shalat. Sedangkan makna tersiratnya, te­lah datang waktu shalat, maka dirikan­lah ia, janganlah kalian menundanya dari waktunya, dan lakukanlah shalat itu de­ngan berjama’ah.
Ketika ia mengatakan hayya ‘alal-falâh (marilah menuju kepada keme­nangan), makna zhahirnya, segeralah me­nuju kepada keselamatan dan ke­baha­giaan. Adapun makna tersiratnya, sesungguhnya Allah Ta‘ala telah menja­dikan shalat sebagai sebab keselamatan dan kebahagiaan kalian, maka dirikanlah ia, niscaya kalian selamat dari adzab-Nya.
Ketika ia mengatakan Allâhu Akbar, Allâhu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar), makna zhahirnya, sesung­guhnya Allah Mahaagung dan Maha­besar. Adapun makna tersiratnya, se­sungguhnya amal yang diperintahkan-Nya paling mesti ditunaikan, maka ja­nganlah kalian menundanya. Demikian­lah sebagian dari makna-makna tersirat dari kalimat-kalimat adzan.
Mengenai pertanyaan kedua, perlu diketahui bahwa adzan dan juga iqamah, yakni untuk shalat fardhu, hukumnya sunnah menurut kebanyakan ulama. Tetapi sebagian ulama berpendapat, hukum adzan dan iqamah itu adalah fardhu kifayah, karena keduanya men­jadi syiar Islam. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Malik bin Al-Huwairits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila datang waktu shalat, hendaklah adzan salah seorang di antara kalian, dan hendaklah yang tertua di antara kalian menjadi imam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Adzan dan iqamah tetap sunnah di­lakukan bagi laki-laki meskipun shalat fardhu sendirian (tidak berjama’ah). Sedangkan bagi perempuan hanya di­sunnahkan iqamah sebelum shalat far­dhu, tidak disunnahkan adzan.

(Sumber: majalah-alkisah.com)

Posting Komentar

 
Top