Menu

TQN PP.Suryalaya

 

“Biarkan saya yang me­laku­kan hal itu,” kata Abdullah. “Allah pasti akan melindungiku.”
Cacat fisik tidak lantas menjadi hambatan bagi Abdullah bin Mas’ud untuk berjuang gigih di samping Rasulullah SAW. Meski ukuran badan­nya tergolong pendek, kaki kecil, serta profil kurus sehingga digambarkan lak­sana burung merpati, Abdullah bin Mas’ud memiliki nyali besar.
Kaki kecil sahabatnya itu kelak oleh Rasulullah SAW dinilai lebih berat di­banding Gunung Uhud, di samping Allah SWT.
Tak lama setelah masuk Islam se­bagai orang keenam, ia langsung me­nerima anjuran para sahabat untuk mem­bacakan ayat-ayat Al-Qur’an di depan para tokoh Quraisy yang ber­kumpul di depan Ka’bah. “Agar mereka sadar dan tidak lagi memusuhi kaum muslimin se­telah mendengar kalam Ilahi,” demikian salah satu alasan­nya.
“Biarkan saya yang me­laku­kan hal itu,” kata Abdullah. “Allah pasti akan melindungiku.”
Maka Abdullah pun menuju Ka’bah, dan di depan orang-orang Quraisy yang tengah berkumpul ia membaca bas­malah dilanjutkan dengan ayat 1 sampai 6 surah Ar-Rahman.
“Siapa yang berani membaca kalimat seperti itu?” teriak para tokoh Quraisy sambil menoleh ke arah asal suara.
Setelah mengetahui si pembaca, me­reka pun berteriak, ”Berani benar kamu melakukan hal itu di depan kami. Besar juga nyalimu walau badanmu kecil.”
Setelah itu mereka mengepung Ab­dullah dan beramai-ramai memukulinya babak belur sampai ia menghentikan bacaannya.
Dengan langkah gontai, Abdullah kembali ke­pada para sahabat.
“Hal inilah yang sebenarnya kami khawatirkan,” kata para sahabat itu. Per­lakuan seperti itu telah mereka duga se­hingga mereka tidak berani gegabah ber­tindak sendiri melainkan menawar­kan siapa yang berani di antara mereka.
Waktu itu jumlah sahabat masih se­dikit sehingga diperlukan sikap berhati-hati, karena perilaku kaum kafir Quraisy semakin kejam dan beringas.
Tapi, apa kata Abdullah? “Saat ini tak ada yang lebih berharga bagiku kecuali menghadapi musuh-musuh Allah. Jika kalian kehendaki, akan aku kerjakan lagi besok,” ujarnya bersemangat.
“Tidak usah. Dengan tindakanmu hari ini, mereka telah mendengar apa yang mereka benci,” kata para sahabat.
Air Susu Domba Perawan
Keyakinan Abdullah masuk Islam di­awali dengan peristiwa yang membuat­nya heran sekaligus takjub.
Suatu hari, ketika tengah menggem­bala domba di padang pasir, ia didatangi dua orang pria setengah baya.
“Nak, apakah kamu punya susu un­tuk kami minum?” tanya salah seorang.
“Maaf, saya tidak dapat memberikan susu domba itu, karena domba-domba ter­sebut bukan milik saya tapi milik Uqbah bin Abu Ma’ith,” jawab Abdullah.
“Apakah ada domba yang masih perawan?” tanyanya lagi.
“Ada,” kata Abdullah sambil mendo­rong seekor domba berukuran sedang.
Orang itu lantas menangkap domba tersebut dan mengusap susunya sambil berdoa  kepada Allah SWT.
Ajaib, susu domba itu tampak berisi. Kemudian diperahnya susu itu dan di­tampung di sebuah batu cekung yang telah disiapkan. Kemudian diminumnya susu itu sampai habis.
“Menyusutlah,” kata orang itu lagi.
Maka menyusutlah susu domba itu seperti semula.
Setelah mengucapkan terima kasih, pergilah kedua orang itu. Ternyata me­reka adalah Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar Shiddiq.
Rupanya begitulah cara Allah SWT memperlihatkan kebesaran-Nya kepada Abdullah, yang masih kecil. Di kelak kemudian, hari Abdullah menjadi tangan kanan Rasulullah SAW dan dikenal da­lam sejarah Islam sebagai orang yang pa­ling mengetahui ihwal Al-Qur’an se­hingga Rasulullah SAW menyarankan kepada para sahabat yang ingin mem­baca Al-Qur’an, persis seperti yang di­wahyukan, agar mengikuti cara Abdul­lah. Demikian besarnya kepercayaan Rasulullah SAW kepadanya sehingga Abdullah leluasa mendekati beliau ka­pan pun.
Meski demikian, hal itu tidak lantas mem­­buat Abdullah tinggi hati, ia malah se­makin hati-hati menjaga kepercayaan itu.
Selain taat, ia juga kian tawadhu’ kepada junjungannya itu. Ia juga terlibat dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandak.
Bahkan setelah Rasulullah SAW wafat, ia tetap menunjukkan sikap hor­matnya kepada Rasulullah SAW. Meski ia tidak terlibat dalam urusan hadits,  badannya selalu bergetar bila menyebut atau mendengar nama Rasulullah SAW.
Hal itu disaksikan dan diakui bebe­rapa sahabat seperti Alqamah bin Qais, Amr bin Maimun, Masruq. Secara ter­pisah ketiganya menegaskan, “Setiap mengucapkan kalimat, saya dengar Rasulullah SAW bersabda, badan Ab­dullah gemetar dan keringat dingin ber­cucuran, dan tongkat penopang tubuh­nya pun bergetar.” Ia khawatir ada per­kataan yang sengaja, atau tidak, akan mengurangi atau menambah sehingga terjadi kekeliruan dalam menyampaikan sabda Rasulullah SAW.
Banyak Memberikan Nasihat
Pada masa pemerintahannya, Umar bin Khaththab mengangkat Abdullah se­bagai bendahara kota Kufah. Selama menjalankan tugasnya, ia menjadi orang yang disegani di kota ter­sebut. Ia terkenal sebagai orang yang teliti, jujur, dan bersih.
Abdullah, yang diberi umur panjang dan masih hidup di zaman Khalifah Utsman, juga banyak memberikan na­sihat. Di antaranya, “Sebaik-baik kaya ada­lah kekayaan jiwa. Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Seburuk-buruk buta ada­lah buta hati. Sebesar-besar dosa ada­lah mendustakan Allah. Sejelek-jelek usa­ha adalah riba. Seburuk-buruk ma­kanan adalah makan harta anak yatim.
Siapa yang memaafkan orang akan dimaafkan Allah SWT. Siapa yang mengampuni orang akan diampuni oleh Allah SWT.”
Abdullah telah dikarunia taufiq dan rahmat Allah SWT sehingga termasuk da­lam golongan sepuluh orang sahabat Rasul yang pertama masuk Islam dan  dijanjikan masuk surga. Sungguh Allah SWT Maha Menepati janji.

(Dokumen Pemuda TQN Suryalaya News, sumber:  majalah-alkisah.com)


Posting Komentar

 
Top