“Biarkan
saya yang melakukan hal itu,” kata Abdullah. “Allah pasti akan melindungiku.”
Cacat
fisik tidak lantas menjadi hambatan bagi Abdullah bin Mas’ud untuk berjuang
gigih di samping Rasulullah SAW. Meski ukuran badannya tergolong pendek, kaki
kecil, serta profil kurus sehingga digambarkan laksana burung merpati,
Abdullah bin Mas’ud memiliki nyali besar.
Kaki
kecil sahabatnya itu kelak oleh Rasulullah SAW dinilai lebih berat dibanding
Gunung Uhud, di samping Allah SWT.
Tak
lama setelah masuk Islam sebagai orang keenam, ia langsung menerima anjuran
para sahabat untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di depan para tokoh Quraisy
yang berkumpul di depan Ka’bah. “Agar mereka sadar dan tidak lagi memusuhi
kaum muslimin setelah mendengar kalam Ilahi,” demikian salah satu alasannya.
“Biarkan
saya yang melakukan hal itu,” kata Abdullah. “Allah pasti akan melindungiku.”
Maka
Abdullah pun menuju Ka’bah, dan di depan orang-orang Quraisy yang tengah
berkumpul ia membaca basmalah dilanjutkan dengan ayat 1 sampai 6 surah
Ar-Rahman.
“Siapa
yang berani membaca kalimat seperti itu?” teriak para tokoh Quraisy sambil
menoleh ke arah asal suara.
Setelah
mengetahui si pembaca, mereka pun berteriak, ”Berani benar kamu melakukan hal
itu di depan kami. Besar juga nyalimu walau badanmu kecil.”
Setelah
itu mereka mengepung Abdullah dan beramai-ramai memukulinya babak belur sampai
ia menghentikan bacaannya.
Dengan
langkah gontai, Abdullah kembali kepada para sahabat.
“Hal
inilah yang sebenarnya kami khawatirkan,” kata para sahabat itu. Perlakuan
seperti itu telah mereka duga sehingga mereka tidak berani gegabah bertindak
sendiri melainkan menawarkan siapa yang berani di antara mereka.
Waktu
itu jumlah sahabat masih sedikit sehingga diperlukan sikap berhati-hati,
karena perilaku kaum kafir Quraisy semakin kejam dan beringas.
Tapi,
apa kata Abdullah? “Saat ini tak ada yang lebih berharga bagiku kecuali
menghadapi musuh-musuh Allah. Jika kalian kehendaki, akan aku kerjakan lagi
besok,” ujarnya bersemangat.
“Tidak
usah. Dengan tindakanmu hari ini, mereka telah mendengar apa yang mereka
benci,” kata para sahabat.
Air
Susu Domba Perawan
Keyakinan
Abdullah masuk Islam diawali dengan peristiwa yang membuatnya heran sekaligus
takjub.
Suatu
hari, ketika tengah menggembala domba di padang pasir, ia didatangi dua orang
pria setengah baya.
“Nak,
apakah kamu punya susu untuk kami minum?” tanya salah seorang.
“Maaf,
saya tidak dapat memberikan susu domba itu, karena domba-domba tersebut bukan
milik saya tapi milik Uqbah bin Abu Ma’ith,” jawab Abdullah.
“Apakah
ada domba yang masih perawan?” tanyanya lagi.
“Ada,”
kata Abdullah sambil mendorong seekor domba berukuran sedang.
Orang
itu lantas menangkap domba tersebut dan mengusap susunya sambil berdoa
kepada Allah SWT.
Ajaib,
susu domba itu tampak berisi. Kemudian diperahnya susu itu dan ditampung di
sebuah batu cekung yang telah disiapkan. Kemudian diminumnya susu itu sampai
habis.
“Menyusutlah,”
kata orang itu lagi.
Maka
menyusutlah susu domba itu seperti semula.
Setelah
mengucapkan terima kasih, pergilah kedua orang itu. Ternyata mereka adalah
Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar Shiddiq.
Rupanya
begitulah cara Allah SWT memperlihatkan kebesaran-Nya kepada Abdullah, yang
masih kecil. Di kelak kemudian, hari Abdullah menjadi tangan kanan Rasulullah
SAW dan dikenal dalam sejarah Islam sebagai orang yang paling mengetahui
ihwal Al-Qur’an sehingga Rasulullah SAW menyarankan kepada para sahabat yang
ingin membaca Al-Qur’an, persis seperti yang diwahyukan, agar mengikuti cara
Abdullah. Demikian besarnya kepercayaan Rasulullah SAW kepadanya sehingga
Abdullah leluasa mendekati beliau kapan pun.
Meski
demikian, hal itu tidak lantas membuat Abdullah tinggi hati, ia malah semakin
hati-hati menjaga kepercayaan itu.
Selain
taat, ia juga kian tawadhu’ kepada junjungannya itu. Ia juga terlibat dalam
Perang Badar, Uhud, dan Khandak.
Bahkan
setelah Rasulullah SAW wafat, ia tetap menunjukkan sikap hormatnya kepada
Rasulullah SAW. Meski ia tidak terlibat dalam urusan hadits, badannya
selalu bergetar bila menyebut atau mendengar nama Rasulullah SAW.
Hal
itu disaksikan dan diakui beberapa sahabat seperti Alqamah bin Qais, Amr bin
Maimun, Masruq. Secara terpisah ketiganya menegaskan, “Setiap mengucapkan
kalimat, saya dengar Rasulullah SAW bersabda, badan Abdullah gemetar dan
keringat dingin bercucuran, dan tongkat penopang tubuhnya pun bergetar.” Ia khawatir
ada perkataan yang sengaja, atau tidak, akan mengurangi atau menambah sehingga
terjadi kekeliruan dalam menyampaikan sabda Rasulullah SAW.
Banyak
Memberikan Nasihat
Pada
masa pemerintahannya, Umar bin Khaththab mengangkat Abdullah sebagai bendahara
kota Kufah. Selama menjalankan tugasnya, ia menjadi orang yang disegani di kota
tersebut. Ia terkenal sebagai orang yang teliti, jujur, dan bersih.
Abdullah,
yang diberi umur panjang dan masih hidup di zaman Khalifah Utsman, juga banyak
memberikan nasihat. Di antaranya, “Sebaik-baik kaya adalah kekayaan jiwa.
Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Seburuk-buruk buta adalah buta hati.
Sebesar-besar dosa adalah mendustakan Allah. Sejelek-jelek usaha adalah riba.
Seburuk-buruk makanan adalah makan harta anak yatim.
Siapa
yang memaafkan orang akan dimaafkan Allah SWT. Siapa yang mengampuni orang akan
diampuni oleh Allah SWT.”
Abdullah
telah dikarunia taufiq dan rahmat Allah SWT sehingga termasuk dalam golongan
sepuluh orang sahabat Rasul yang pertama masuk Islam dan dijanjikan masuk
surga. Sungguh Allah SWT Maha Menepati janji.
(Dokumen
Pemuda TQN Suryalaya News, sumber: majalah-alkisah.com)
Posting Komentar
Posting Komentar