(Syeikh Ahmad
ar-Rifa’y)
Diriwayatkan
oleh Ummu Habibah ra, ia berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda:“Tak seorang
pun hamba yang muslim, sholat Lillahi Ta’ala setiap hari dua belas rekaat,
sholat sunnah, bukan sholat fardlu, kecuali Allah membangunkan rumah di
dalam syurga.”
(Hr. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’y).
Hadits ini
memotifasi untuk menegakkan ibadah-ibadah sunnah, karena ibadah sunnah salah
satu bentuk taqarrub kepada Allah Ta’ala, sekalgus menjadi bekal kaum ‘arifun
dalam menempuh jalan menuju kepada Allah swt. Sekaligus menjadi perilaku kaum
yang mengkhususkan (menyendiri) jiwanya di sisi Allah swt.
Ketahuilah siapa
yang hakikat batinnya menyendiri bersama Allah secara total, dan rahasia
sirrnya benar-benar manunggal, akan terbuka seluruh tirai, segala bukti menjadi
nyata, ketika musyahadah pada Cahaya Al-Haq Allah swt. Di sanalah ia
Allah menuangkan minuman dengan gelas CintaNya, hingga ia mabuk dari lainNya,
segalanya menjadi riang nan ringan. Segala diamnya adalah dzikir, nafasnya
adalah tasbih, kalamnya adalah penyucian, dan tidurnya adalah sholat (do’a).
Sang hamba senantiasa menaiki kendaraan ma’rifat, hingga bertemu Yang
Dima’rifati. Bila sudah bertemu, ia abadi selamanya bersamaNya, tidak berpaling
ke lainNya.
Qalbu itu ibarat
istana, dan ma’rifat adalah rajanya, akal adalah menterinya yang punya department
dan instrument. Lisan sebagai penerjemah, sedangkan rahasia batinnya dari
khazanah Ar-Rahman. Masing-masing konsisten dengan posisinya, sedangkan arah
seluruhnya adalah istiqomahnya sirr bersama Allah swt.
Bila Sirr
istiqomah, maka ma’rifat menjadi istiqomah, lalu akal menjadi lurus. Bila akal
konsisten, qalbu akan konsisten. Bila qalbu konsisten, jiwa akan konsisten.
Bila nafsu konsisten (dalam pengendalian), perilaku batin akan konsisten.
Sirr dicahayai
oleh Sifat Jamal dan JalalNya. Akal dicahayai oleh cahaya kesadaran dan
renungan pelajaran. Qalbu dicahayai oleh cahaya rasa takut dan cinta disertai
kontemplasi fikiran.
Nafsu dicahayai dengan cahaya olah jiwa dan pengekangan.
Sirr adalah
lautan dari samudera anugerah pemberianNya, dan gelombangnya tak terhingga,
tiada henti pula. Jika Sirr konsisten bersama Allah swt, maka senantiasa akan
abadi dalam musyahadah, dan sirna dari penglihatan pada Istiqomahnya.
Perlu diketahui
bahwa Jalan Istiqomah (konsistensi) itu laksana tenda agung dari jalan akhirat,
dan berjalan di tepinya lebih sulit disbanding jalan di tepian akhirat. Alam
rahasia bias menjadi tipudaya, karena Allah swt tidak suka pada hati hamba yang
masih ada cinta pada yang lain selain Dia.
Mereka tidak
ingin sesuatu dari Allah kecuali Allah. Dalam sebagaian kitabNya Allah Ta’ala
berfirman : “Bila yang kesibukan jiwa hambaKu lebih kepadaKu disbanding yang
lain, maka Kujadikan nikmat dan hasrat ada dalam mencintaiKu, dan Aku
singkapkan hijab antara diriKu dengan dirinya.” Ada seseorang sedang masuk
dalam tempat Syeikh Sary as-Saqathy, lantas lelaki itu bertanya, “Manakah
yang bias mendekatkan pada Allah Ta’ala, hingga sang hamba bias mendekat
kepadaNya?”
Maka As-Sary
menangis, lalu berkata, “Orang seperti anda ini masih bertanya seperti itu?
Yang paling utama cara mendekatkan hamba kepada Allah Subhanahu
wa-Ta’ala, hendaknya Allah swt, muncul di hatimu, dan anda tidak mau sama
sekali pada dunia dan akhirat, kecuali hanya padaNya.”
Ibrahim bin Adham ra mengatakan, “Puncak dari hasrat dan citaku dalam
hubunganku dengan Allah Ta’ala adalah, hendaknya Dia menjadikan diriku condong
terus kepadaNya, hingga aku tak memandang apa pun selain Dia, dan aku
tidak sibuk dengan siapa pun selain sibuk denganNya, aku tak peduli Dia jadikan
diriku jadi debu, atau hilang sama sekali.”
Nabi Ibrahim as,
pernah ditanya, “Dengan cara apa anda dapatkan keakraban dengan Allah Ta’ala?”
“Dengan memutuskan diriku hanya kepada Tuhanku, dan pilihanku kepadaNya
dibanding lainNya, serta aku tidak pernah makan kecuali bersama tamuku.”
Rabi’ah
al-Bashriyah ra mengatakan :
“Oh Tuhanku,
hasratku di dunia dan di akhirat nanti hanya mengingatmu, dan hasratku di
akhirat dari akhirat hanya memandangMu, maka lakukanlah antara keduanya
sekehendakMu.”
(sumber :
sufinews)
BERSAMBUNG KE
BAGIAN ii
Posting Komentar
Posting Komentar