Umar bin Abdul Aziz, salah seorang penguasa di antara
penguasa-penguasa Dinasti Umawiyah, sebelum menjadi khalifah, setiap hari
mengganti pakaian lebih dari satu kali. Ia memiliki emas dan perak, pembantu
dan istana, makanan dan minuman serta segala yang ia inginkan.
Tapi, seperti dikisahkan Dr Aidh Al Qarni dalam bukunya Sentuhan
Spiritual terbitan Al Qalam, ketika Umar bin Abdul Aziz memangku
kekhalifahan dan menjadi penanggung jawab urusan kaum Muslimin, ia meninggalkan
semua itu, sebab ia ingat malam pertama di dalam kubur.
Umar bin Abdul Aziz berdiri di atas mimbar di hari Jumat. Ia kemudian
menangis. Ia telah dibaiat umat Islam sebagai pemimpin. Di sekelilingnya
terdapat para pemimpin, menteri, ulama, penyair dan panglima pasukan.
Ia berkata, ''Cabutlah pembaiatan kalian!'' Mereka menjawab, ''Kami tidak
menginginkan selain Anda.'' Umar bin Abdul Aziz kemudian memangku
jabatan itu, sedang ia sendiri membencinya.
Tak sampai seminggu kemudian, kondisi tubuhnya sangat lemah dan air mukanya
telah berubah. Bahkan, ia tidak mempunyai baju kecuali hanya satu. Orang-orang
bertanya kepada istrinya tentang apa yang terjadi pada khalifah.
Istrinya menjawab, ''Demi Allah, ia tidak tidur semalaman. Demi Allah, ia
beranjak ke tempat tidurnya, membolak-balik tubuhnya seolah tidur di atas bara
api. Ia mengatakan, ''Ah, ah, aku memangku urusan umat Muhammad saw, sedang
pada hari Kiamat nanti aku akan dimintai tanggungjawab oleh fakir dan miskin,
anak-anak dan para janda.''
Salah seorang ulama berkata kepadanya, ''Wahai Amirul Mukminin. Kami
melihat Anda di Makkah sebelum menjabat kepemimpinan, Anda berada dalam kondisi
penuh nikmat, sehat dan bugar.Gerangan apa yang telah mengubah diri Anda?''
Umar bin Abdul Aziz kemudian menangis hingga tulang rusuknya nyaris
terkilir. Umar berkata kepada ulama yang tak lain adalah Ibnu
Ziyad.
''Wahai Ibnu Ziyad, bagaimana bila engkau melihatku di dalam kubur
setelah tiga hari, satu hari aku melepaskan pakaianku dan aku berbantal debu,
meninggalkan kekasihku, meninggalkan teman-temanku? Bagaimana jika engkau
melihat setalah tiga hari? Demi Allah, engkau akan melihat pemandangan yang
buruk!''
Maka, kita meminta kepada Allah SWT untuk mendapatkan perbuatan baik.
Aidh Al Qarni kemudian berkata, ''Demi Allah, seandainya seorang pemuda
hidup seribu tahun dari umurnya dengan mengurusi urusannya, menikmati semua
kelezatan selama seribu tahun itu, mencicipi kelezatan selama seribu tahun itu
di dalam istana yang dihuninya, ia tidak akan terlena oleh bingung sepanjang
hidupnya.
''Tidak, kebingungan itu tidak bisa ditolak dari dalam dadanya. Tidaklah semua
kenikmatan selama seribu tahun itu cukup untuk memenuhi satu malam di dalam
kuburnya,'' kata Aidh Al Qarni mengingatkan.
(Bersambung ke bagian kedua).
(Dokumen Pemuda TQN Suryalaya News, sumber: republika.co.id)
Posting Komentar
Posting Komentar