Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang
kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada cobaan
seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi. Cobaan Nabi
lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang badal lebih besar
daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan
keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda: "Sesungguhnya kami, para
Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji. Oleh karena itu, Allah terus
menguji pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya
dan tidak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah
orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan
pernah ingin menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari
kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa
senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini
merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka
hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka, kehendak mereka
terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa
mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keredhaan mereka
kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah
mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan
musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan hewani
dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar,
ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah
menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan
kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kamu bersyukur tentu akan
Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya
perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan
kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit.
Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak
memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi
wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati
kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya,
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak segera
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin
dari Allah agar kamu senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN XXII (KE-22)
Posting Komentar
Posting Komentar