Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon.
Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi,
buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang
menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua
buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan
buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah
agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa
pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat
dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila
kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini
dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara
yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil
buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu,
otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan.
Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat
menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh
anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu.
Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini
pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. Maka, tak baik
menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada
kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah yang
Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang kau
lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan
penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah
adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi
Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau
lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya
mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan
amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan kasih-sayanng-Nya. Nabi saw.
Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya
sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda, Ya Rasulullah?" Ia
berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku." Dalam
berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh
Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari
larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah
kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis
dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami," (QS 12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika
kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia
lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam
kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu
bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu." (QS
14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap
pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya
Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian
hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada
orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan
ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu,
sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang
kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan
nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya.
Allah berfirman:"Allah tak menciptakan bagi manusia dua hati." (QS
33:5) "Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki sebuah kota,
menghancurleburkannya, dan menghinakan penduduknya." (QS 27:34)Lalu mereka
menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di
awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka
demi berbagai dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya,
yaitu dada, menjadi bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid,
dan pelataran telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah
akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda: "Kami,
para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain
sesuai dengan kedudukannya.""Aku lebih tahu tentang Allah daripada
kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada kamu."
Siapa pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di
hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah
seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang
baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan
seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya
bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari
pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan ke
patuhannya
kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di
antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada
mereka." (QS 33:30)
Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini, karena telah
disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkanmereka kepada
Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah
Mahatinggi atas ciptaan-Nya."Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar
lagi Mahamelihat."(QS 42:11)
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN XXVIII
(KE-28)
Posting Komentar
Posting Komentar