II. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menetapkan rukun jual beli para ulama’ berbeda pendapat. Dan menurut Imam Syafi’i adalah :
1. Penjual
2. Pembeli
3. Ijāb dan Qabul (kalimat yang menyatakan adanya transaksi jual beli)
4. Benda atau barang yang diperjual belikan
Dalam jual beli terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan rukun jual beli di atas. Dan syarat-syarat jual beli menurut Imam Syafi’i adalah
a. Syarat orang yang berakad baik pembeli maupun penjual
1. Dewasa atau sadar.
Pembeli ataupun penjual harus baligh dan berakal, menyadari dan mampu memelihara agama dan hartanya. Dengan demikian, akad anak mumayyiz (belum baligh) dipandang belum sah.
Sebagian ulama memperboleh anak kecil untuk melaksanakan jualbeli jika ada izin dan dalam pengawasan orangtuanya dan barang-barang yang dibeli yang harganya murah dan tidak berbahaya.
2. Tidak dipaksa dengan cara yang tidak benar, maka tidak sah jual beli oleh orang yang dipaksa.
3. Islam, bila barang yang akan dibeli kepadanya berupa mushaf al- Quran dan lain sebagainya.
4. Pembeli bukan musuh
Umat Islam dilarang menjual barang berupa senjata maupun sesuatu kepada musuh yang digunakan untuk memerangi dan menghancurkan musuh.
b. Syarat Sighat (hal yang diucapkan ketika transaksi jual beli dilakukan)
1. Berhadap-hadapan
Pembeli dan penjual harus menunjukkan sigat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya, yaitu harus sesuai dengan orang yang dituju.
2. Ditujukan kepada badan yang akad
Tidak sah mengatakan, “ Saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu”.
3. Qabul (kalimat yang diucapkan oleh pembeli kepada penjual saat transaksi) diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijāb. Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh yang mengucapkan ijāb, kecuali jika diwakilkan.
4. Ketika mengucapkan sigat harus disertai niat
5. Harus menyebutkan barang atau jasa.
6. Pengucapan ijāb dan qabul harus sempurna.
Jika seseorang yang sedang bertransaksi itu gila sebelum mengucapkan qabul, maka jual beli yang dilakukan hukumnya batal.
7. Ijāb dan qabul tidak terpisah.
8. Antara ijāb dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain.
9. Tidak berubah lafaż.
Lafaż ijāb tidak boleh berubah, seperti seperti perkataan, “Saya jual dengan lima ribu, kemudian berkata lagi, “Saya menjualnya dengan sepuluh ribu, padahal barang yang dijual masih sama dengan barang yang pertama dan belum ada qabul.
10. Bersesuaian antara ijāb dan qabul secara sempurna.
11. Tidak dikaitkan dengan sesuatu.
Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
12. Tidak dikaitkan dengan waktu.
c. Syarat Barang yang dijual belikan.
1. Suci, maka tidak sah menjual barang najis (atau barang yang haram sesuai ketentuan fiqih)
2. Bermanfaat. Dapat dimanfaatkan secara syara’.
3. Dapat diserahkan.
4. Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain.
5. Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad, baik zat, ukuran maupun sifatnya.
wallohua'lam
Posting Komentar
Posting Komentar