A'udzu billahi min asy-Syaitani 'r-Rajim. Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahim.
Dastur Ya Sayyidi Madad
Kita memerlukan disiplin. Kita memerlukannya untuk membawa diri kita dari level
terendah menuju level tertinggi. Level terendah dalam al-Qur’an disebutkan,
“tsumma radadnahu asfala safiliin” “kemudian Kami rendahkan mereka ke tempat
paling rendah” [QS 95:5]. Arti dari asfala safiliin dapat ditemukan dalam
hasrat fisik kita. Selama seseorang masih bersama hasrat kebinatangan yang
tidak pernah berakhir itu, ia akan berada di level terendah. Karakter ini
adalah milik binatang.
Selama kita mengikuti bisikan ego dan keinginan fisik kita berada pada level
yang sama dengan binatang. Tetapi kita telah dipanggil, kita telah diundang
untuk bangkit dari asfal, level terendah menuju ahsan, level tertinggi. Dan
kita telah diberikan sebuah mesin untuk perjalanan ini oleh Yang berada di
Surga. Mesin itu adalah disiplin.
Tanpa disiplin yang kalian letakkan pada ego kalian, kalian tidak bisa beranjak
dari asfal ke ahsan. Syariah membawa disiplin itu dengan dua sayap, satu sayap
dengan perintah dan sayap lainnya dengan hal-hal yang dilarang. Satu sayap
membawa apa yang harus kalian lakukan sementara sayap yang lain membawa apa-apa
yang tidak boleh kalian lakukan. Dengan kedua sayap disiplin itu, kalian bisa
terbang. Jika salah satu sayap patah atau jika bulu-bulunya rontok, kalian
tidak bisa terbang.
Ketika kalian menyetir mobil, setiap bagian dalam mesin harus dalam kondisi
baik. Jika salah satu skrup kecil hilang, bisa jadi mobil itu tidak bisa
bergerak. Semuanya harus sempurna dan semuanya mempunyai kesempurnaan. Mobil
yang tidak sempurna tidak bisa bergerak. Pesawat terbang harus mempunyai
disiplin yang lebih tinggi daripada mobil. Syariah membawa kalian dari satu
tempat ke tempat yang lain dalam level pertama seperti halnya sebuah mobil
membawa kalian dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui sebuah jalan.
Bergerak di jalan merupakan satu hal, terbang adalah hal lain.
Kalian harus menggunakan disiplin pesawat terbang ketika menggunakannya. Dan
itu lebih ketat dibandingkan dengan mobil. Syariah mempersiapkan manusia pada
level pertama. Tarekat adalah untuk mengangkat manusia. Beberapa orang
menghabiskan setengah jam dari waktunya mendiskusikan bagaimana kita harus
mempersiapkan diri kita, bagaimana kita mesti duduk, bagaimana kita harus
bersikap sopan-santun. Disiplin seperti itu bagaikan disiplin sebuah mobil.
Pesawat terbang harus mempunyai disiplin yang lebih banyak lagi. Kekuatan
mesinnya harus mencapai level tertinggi sebelum lepas landas. Pertama, pesawat
berada di landasan pacu di permukaan bumi dengan kecepatan 30 mil per jam. Itu
tidak cukup. Kemudian pada saat berjalan pelan kecepatannya meningkat ke 60,
70, 100, 300 mil, baru kemudian lepas landas. Kemudian kecepatan di udara
mencapai 350, 400, 500 mil per jam dan lebih tinggi lagi.
Orang berpikir bahwa bahkan dengan kemalasan mereka bisa bergerak dari bumi ke
surga. Mereka membayangkan bahwa mereka bisa terbang dengan ego mereka. Tidak,
itu tidak bisa! Kalian harus menanamkan disiplin dengan syariah dan kemudian
dengan tarekat. Tarekat berarti menjaga disiplin. Bila kalian meminta untuk
pergi ke surga, kalian harus mempunyai disiplin itu.
Orang-orang bertanya kepada saya, “Wahai Syekh! Tanpa masuk Islam apakah
mungkin untuk mengikuti Jalan Sufi?” Hal itu seperti bertanya, apakah kalian
bisa men-starter mobil tanpa menggunakan baterai (aki). Atau terbang di udara
dengan mobil. Tidak, itu tidak bisa! Kalian tidak bisa men-starter mobil tanpa
baterai. Kalian tidak bisa terbang di udara dengan menggunakan mesin mobil.
Jika kalian mencobanya, kalian akan bergerak seperti ini (Syekh membuat isyarat
tangan menunjukkan gerakan oleng dan menyamping) dan akhirnya jatuh. Untuk
men-starter mobil, kalian memerlukan baterai. Untuk terbang, kalian memerlukan
mesin pesawat terbang. Orang-orang bertanya kepada saya mengenai hal ini.
Mereka tidak senang jika kalian meminta mereka untuk berdisiplin. Mereka tidak
ingin mengontrol ego mereka. Mereka adalah yang paling bodoh di hadapan Tuhan
mereka.
Orang-orang bertanya tentang penyembahan terhadap berhala. Mereka membuat
patung-patung tertentu lalu membungkuk di hadapannya. Ada banyak sekali patung.
Setiap orang menurut imajinasi mereka menciptakan sebuah figur. Orang-orang ini
menciptakan sendiri pencipta mereka. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Hanya ada
satu Pencipta. Hanya Dia-lah Sang Pencipta.
Orang-orang menciptakan hijab terbesar antara hamba dengan Tuhannya. Setiap
saat seseorang diminta untuk menyembah Tuhannya, egonya berkata, “Tidak! Jangan
ucapkan la ilaha ill-Allah, ucapkanlah la ilaha illa ana (tidak ada tuhan
selain diriku sendiri) atau ucapkan la ilaha illa nafsi (tidak ada tuhan selain
egoku), dan jika Aku tidak memberimu izin, kamu tidak boleh menyembah Tuhanmu.
24 jam sehari harus untukku. Tetapi jika kamu mau melakuakan sesuatu untuk-Nya,
1 menit lebih dari cukup. Selama 24 jam kamu harus menjadi hambaku. Untuk-Nya 1
menit saja cukup. Atau mungkin 1 menit dalam 1 minggu atau 1 menit dalam 1
bulan. Kadang-kadang 1 menit dalam 1 tahun.”
Ego mencegah orang dari disiplin, untuk mi’raj mereka—Kenaikan mereka menuju ke
Hadirat Ilahi. Setiap orang mempunyai suatu perjalanan yang harus ditempuh dari
tempat di mana ia berasal menuju satu tempat di surga. Allah SWT telah
memberikan satu tempat di surga bagi setiap orang. Surga menanti kalian. Mari,
mari (Syekh membuat isyarat ajakan).” Jika kalian menjaga disiplin, kalian bisa
mencapai tempat yang istimewa itu, bangku yang istimewa diberikan kepada kalian
di Hadirat Ilahi.
Tetapi orang-orang di abad 21 adalah budak terhadap ego mereka. Mereka
menyembah ego mereka. Dan mereka berperang bukan untuk surga tetapi untuk ego
mereka. Mereka memerangi Tuhan mereka seperti Namrud. Mereka telah menjadi
hamba Setan dan budak tubuh fisik mereka. Inilah orang-orang di abad 21.
Di abad ini, jarang terdapat orang yang mengarahkan pandangannya ke Surga.
Banyak cahaya di Surga. Namun mayoritas orang menjalani hidupnya tanpa mencari
suatu cahaya. Orang-orang datang ke asosiasi (dan tarekat adalah asosiasi) ini
untuk mengerti. Begitu banyak orang yang bertanya, “Apa itu tarekat? Tarekat
adalah untuk mengetahui realitas. Orang yang ingin mengetahui realitas dari
eksistensi mereka dan untuk mengetahui realitas hubungan mereka dengan Tuhannya
harus mengikuti tarekat. Jika ia datang untuk menerima cahaya, ketahuilah bahwa
cahaya telah dikirimkan kepada seluruh rasul dan cahaya terakhir diberikan
kepada Rasul terakhir, Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia. Kami senang
untuk mengambil cahaya itu dan meneruskannya kepada kalian.
Banyak orang akan pergi (ke kuburnya) dengan lilin yang padam. Ketika mereka
bertemu Tuhan mereka, Allah SWT bertanya, “Wahai hamba-Ku! Berapa tahun kamu
hidup di bumi? Aku memberimu begitu banyak lilin, begitu banyak cahaya dari
Surga, begitu banyak rasul yang datang kepadamu dengan cahaya Surga, di mana
cahayamu? Apakah kamu mengikuti cahaya itu?” Apa yang akan kalian katakan?
Jadi, semua rasul harus diikuti. Kalian harus mencari cahaya yang telah
diberikan dari Surga melalui semua Rasul. Cahaya itu selalu berada di sana .
Tetapi ia membutuhkan sebuah transformer (sebuah receiver, penerima), kabel,
dan sebuah bola lampu bagimu agar bisa terlihat. Cahaya Surga dikirimkan kepada
semua rasul untuk membantu seluruh hamba Tuhan untuk melihat dan mengamati.
Kalian merasakan eksistensi Allah SWT melalui Samudra Kekuatan yang tanpa
akhir, melalui Samudra Keindahan-Nya yang tanpa akhir, melalui Samudra
Rahmat-Nya yang tanpa akhir. Jika kalian menerima cahaya dari seluruh rasul,
maka eksistensi Tuhan pemilik Surga akan menjadi jelas bagi kalian.
Jika tidak ada cahaya Surga, kalian tidak dapat melihat apa-apa. Yang ada hanya
kegelapan. Melalui kegelapan orang tidak dapat melihat, kecuali jika ada
bintang, bulan atau matahari. Orang-orang yang tidak mendapat cahaya dari rasul
menganggap bahwa Allah SWT tidak ada. Mereka tidak bisa melihat. Mereka
mencintai Setan dan mempelajari ajaran Setan. Mereka menolak untuk membawa
cahaya kerasulan ke pusat-pusat pendidikan agar orang-orang menjadi tahu,
kemudian bertanya, mengamati, belajar dan mengajar. Bila kalian membawa cahaya
Surga ke universitas, mereka akan berkata, “Tidak! Kami tidak menerimanya.”
Mereka bertekad untuk menjadi buta, berada dalam kegelapan, menjadi teman
seluruh Setan dan untuk menempatkan kekuatan di tangan Setan.
Kita berbicara kepada orang-orang ini, “Sekarang waktu kalian telah habis.
Periode kalian telah berakhir. Kesultanan kalian akan lenyap dan cahaya Surga
akan tampak bagi setiap orang.” Semoga Allah SWT memberkahi Shahib uz-Zaman, Imam
Mahdi AS. Semoga Dia segera mengirimkannya begitu pula dengan Nabi ‘Isa AS yang
akan menyingkirkan kesultanan Setan tersebut. Kita memohon dengan kerendahan
hati kepada Allah SWT agar bisa mencapai hari-hari yang penuh kedamaian,
hari-hari yang diberkahi, Hari Akhir, untuk hidup hanya untuk Allah SWT, dan
untuk bekerja hanya untuk Allah SWT. Semoga Allah SWT memberkahi kalian.
Wa min Allah at tawfiq
Sumber :
Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani
Lefke, Siprus
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Arief Hamdani
posted by Arief Hamdani
Posting Komentar
Posting Komentar