(sambungan dari bagian Ke-77) | AJARAN KE-78 | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Ada
sepuluh sifat pada salik, pemawas-diri dan peraih tujuan rohani.
1. Tidak
bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak. Sebab
bila hal ini termapankan, dan lidah terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya
kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan
sengaja atau tidak. Nah, bila ia menjadi begini, Allah membukakan baginya pintu nur-Nya.
Hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya
terkuatkan. Maka, dipujilah dan dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan
sahabatnya, sehingga yang tahu dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut
kepadanya.
2. Menghindar
dari berbicara tidak benar, entah serius atau bercanda. Sebab bila ia melakukan
dan mengukuhkan hal ini pada dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya,
maka Allah membuka dengannya hatinya, dan menjernihkan dengannya
pengetahuannya, sehingga ia nampak tidak tahu kepalsuan. Bila ia mendengarnya
dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan termalukan olehnya.
Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka baginya pahala.
3. Menjaga
janji. Sungguh, hal ini demikian menguatkannya, sebab mengingkari janji
termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya
kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq dan mulialah ia di
hadapan Allah.
4. Tidak
mengutuk sesuatu makhluk pun, tidak merusak sesuatu pun, meski sekecil atom
pun, dan bahkan yang lebih kecil darinya. Sebab hal ini termasuk tuntutan
kebenaran dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip ini,
memperolehi husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan
kedudukannya, Ia melindunginya dari kehancuran, dan mengkaruniainya kasih
sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5. Tidak
mendoakan keburukan bagi seorang pun, meski ia telah dizalimi. Lidah dan
geraknya tidak mendendam, tapi bersabar demi Allah. Hal ini membawanya kepada
kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia menjadi dicintai dan disayangi oleh
semua penerima kebenaran, baik dekat maupun jauh.
6. Tidak
berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan mereka yang se-kiblat.
Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari
mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat
dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari
Allah Yang Maha mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai
balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7. Tidak
melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun batiniah. Mencegah anasir
tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa
balasan bagi hati dan anasir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah
menganugerahi kita daya untuk berlaku begini, dan menjauhkan kedirian (penting
diri) dari hati kita.
8. Tidak
membebani seorang pun, entah dengan beban ringan atau berat. Tapi, melepaskan
orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikan hamba-hamba
Allah dan para saleh mulia, dan memacu orang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar.
Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah dan para saleh, dan
baginya segenap makhluk nampak sama. Maka Allah membuat hatinya tidak butuh,
yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tidak meninggikan seorang pun, bila masih
terikat kedirian. Bagi orang semacam ini, semua makhluk memiliki hak yang sama,
dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan bagi para mukmin dan para
saleh, dan pintu terdekat kepada keikhlasan.
9. Bersih
dari segala harapan insan, dan tidak merasa tergoda hatinya oleh milikan
mereka. Sungguh, inilah kemuliaan besar, ketakbutuhan sejati, kerajaan besar,
pujian agung, kepastian nan tegar kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu
segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang memampukan orang meraih ketakwaan
kepada-Nya, dan pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
10. Rendah hati. Dengan ini, sang hamba
termuliakan dan sempurna di hadapan Allah (Maha agung Dia) dan insan. Inilah
sifat penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala
suka dan duka, dan inilah kesalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang
hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia berkata, "Mungkin orang ini
lebih baik dariku di hadapan Allah, dan lebih tinggi kedudukannya."
Mengenai orang kecil, sang hamba berkata, "Orang ini tidak menentang
Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia lebih baik dariku." Mengenai
orang tua, sang hamba berkata, "Orang ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum
aku." Mengenai orang alim, sang hamba berkata, "Orang ini telah
dianugerahi yang tidak ada padaku, ia telah memperoleh yang tidak kuperoleh, ia
mengetahui yang tidak kuketahui, dan ia bertindak dengan pengetahuan."
Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata, "Orang ini tidak mematuhi-Nya
karena tidak tahu, dan aku tidak mematuhi-Nya meski aku tau, dan ku tidak tau
akhir hayatku dan akhir hayatnya." Mengenai orang kafir, sang hamba
berkata, "Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin
aku akan menjadi tidak beriman."
Inilah
pintu kasih sayang dan ketakutan.Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka
Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan
menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu
kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri
terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan.
Inilah
hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini,
lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tidak
sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari
hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tidak
menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah
dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-79
Posting Komentar
Posting Komentar