(sambungandari bagian Ke-34) | AJARAN KETIGAPULUH LIMA | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR
AL-JAELANI QS. BERKATA:
Berpantang dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali
kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan
kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah
keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah keserakahan. Sayyidina Umar ibn Khattab Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal,
sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang halal, karena
kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa."
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram.
Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang
terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya."
Maka, orang yang berbeda di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, orang
yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga
sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang yang berada di pintu
pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya,
sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja,
dan tentaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama,
jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka,
bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang
yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya
dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada
di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan
pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya,
jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa
nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar
dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan
menyimpang dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia
belum bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tidak mengasihinya. Jadi,
bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan
kewajiban
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-36
Posting Komentar
Posting Komentar