(sambungan dari bagian Ke-35) | AJARAN KETIGAPULUH ENAM | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR
AL-JAELANI QS. BERKATA:
Jadikanlah kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu
sebagai keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan
duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu
sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa
waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan setelah mati dan memenuhi
kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu,
agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tidak layak terhadapnya, dengan
menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti
keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya,
sehingga kau tidak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga
kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tidak
memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam kehidupan
duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan menggunakannya
sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala kenikmatannya, dan kau
akan terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang
keselamatan di akhirat tidak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."
Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat
merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan
berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau
menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau perolehi, yaitu syurga
dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu
darinya akan sepenuhnya kau perolehi, sebab segala suatu patuh kepada
Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi dan berpaling
dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat,
dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, karena
murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda:
"Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang
satu, maka yang lain akan marah kepadamu."
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan
sebagiannya lagi mencintai akhirat." (QS 2:151)
Kesemua ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah
kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di neraka.
Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang, kata
Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebagian yang lain berada di meja
makan yang di atasnya makanan, buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang
sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis:
"Mereka akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta
pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana mereka
memasuki rumah mereka di dunia ini."
Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai
akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan
kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian
mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak
sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu
dengan pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di
antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan
jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu,
renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh
oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berfirman:
"Segala yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang
dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)
"Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari
kediriannya, maka ikutilah."
"Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu."
(QS 3:30)
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah
adalah keadaanku."
Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti
berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah
kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Dan kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman
kepada Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya." (QS
3:158)
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi
juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat sesuatu yang
tidak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak."
Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita
ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang
dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tidak
menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari
jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah
mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-37
Posting Komentar
Posting Komentar