(sambungan dari bagian Ke-36) | AJARAN KETIGAPULUH TUJUH | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR
AL-JAELANI QS. BERKATA
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup
senang, yang memperolehi rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tau bahwa
yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan
membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahwa Allah
berfirman: "Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat Kami"?
Belumkah kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis
kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas, kenapa kau
iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau
iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka berarti kau tidak selaras
dengan firman-Nya:
"Kami karuniakan di antara mereka rezeki mereka di kehidupan duniawi
ini." (QS 43:32)
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia
Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya
sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu
kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh selainmu?
Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman Kami takkan berubah, dan Kami tidak menzalimi hamba-hamba
Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya
bagimu dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri
terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan
batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti 'Ad,
Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi - daripada iri terhadap
saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan,
tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak,
memeras mereka demi keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi
tidak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk
kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan
diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini
mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin
menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia,
atau membina sikap agamis dan ridha dengan nasibnya. Adakah manusia, di
sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi oleh
tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak mematuhi Allah, padahal ia
menikmati karunia-karunia-Nya dan tidak memanfaatkan karunia-karunia itu untuk
mengabdi kepada-Nya?
Belumkah kau dengar keterangan ini:"Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok
orang yang menghendaki, pada Hari Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan
dari tubuh mereka dengan gunting, karena mereka melihat pahala bagi
penderita-penderita kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari kebangkitan, kedudukanmu di dunia
ini, karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya
selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup
duniawi yang telah direguknya.
Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari
makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu dalam menghadapi nasibmu dan
keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang yang
sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya dan memasrahkan
segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-38
Posting Komentar
Posting Komentar