(sambungan dari bagian Ke-45) | AJARAN KEEMPATPULUH ENAM | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI
QS. BERKATA :
Nabi Suci s.aw. bersabda dari Rabnya:
"Barangsiapa senantiasa mengingat-Ku dan tidak sempat minta sesuatu pun
dari-Ku, maka akan Kuberikan kepadanya yang lebih baik daripada yang Kuberikan
kepada mereka yang meminta."
Hal ini dikarenakan bila Allah menghendaki seorang mukmin bagi
maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melalukannya melalui aneka keadaan rohani,
dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia membuatnya sedih setelah
senang, dan membuatnya hampir minta kepada orang, sedang tiada jalan terbuka
baginya; lalu menyelamatkannya dari meminta dan membuatnya hampir meminjam
kepada orang.
Lalu Ia menyelamatkannya dari meminjam, dan membuatnya bekerja mencari nafkah
dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia dengan perolehannya, dan hal ini
selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit mendapatkan rezeki dan memerintahkannya,
lewat ilham, untuk meminta kepada manusia. Inilah sebuah perintah tersembunyi
yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Dan Ia membuat permintaan
ini sebagai pengabdiannya dan berdosa melecehkannya, sehingga keangkuhannya
pupus, kediriannya hancur, dan inilah pembinaan rohani. Permintaannya karena
dipaksa oleh Allah, bukan karena kesyirikan. Lalu Ia menyelamatkannya dari
keadaan begini, dan memerintahkannya untuk meminjam kepada orang, dengan
perintah yang kuat yang tidak mungkin lagi dielakkan, sebagaimana halnya dengan
keadaan meminta.
Lalu Ia mengubahnya dari keadaan ini, menjauhkannya dari orang dan hanya
bertumpu pada permintaannya kepada-Nya. Maka ia meminta kepada Allah segala
yang diperlukannya. Ia memberinya, dan tidak memberinya jika ia tidak
memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah menjadi meminta lewat hati. Maka
ia meminta kepadanya segala yang dibutuhkannya, sehingga bila ia memintanya
dengan lidah, Ia tidak memberinya, atau bila ia meminta kepada orang, mereka
juga tidak memberinya.
Lalu Ia menafikannya dari dirinya dan dari meminta baik secara terbuka maupun
tersembunyi. Maka Ia mengkaruniainya segala yang membuat orang menjadi baik, -
segala yang dimakan, diminum, dipakai dan keperluan hidup tanpa upaya atau
tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya, dan ini sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya waliku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab dan Ia
adalah wali para saleh." ("S 7:196)
Maka firman Allah yang diterima oleh Nabi saw. menjadi kenyataan, yakni,
"Barangsiapa tidak sempat meminta sesuatu dari-Ku, maka Aku akan
memberinya lebih dari yang Kuberikan kepada mereka yang meminta," dan
inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan yang dimiliki oleh para wali dan
badal. Pada peringkat ini, ia dikaruniai daya cipta, dan segala yang
dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana firman-Nya di dalam Kitab-Nya:
"Wahai anak Adam! Aku adalah Tuhan, tiada tuhan selain-Ku; bila Kukatakan
kepada sesuatu "jadilah", maka jadilah ia. Patuhilah Aku, sehingga
bila kau berkata kepada sesuatu "jadilah", maka juga, jadilah sesuatu
itu.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-47
Posting Komentar
Posting Komentar