(sambungan dari bagian Ke-50) | AJARAN KE-51 | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Orang
saleh menerima pahala dua kali lipat. Pertama, karena penolakannya akan dunia,
sehingga ia tidak terpesona olehnya, bertentangan dengan kedirian, dan memenuhi
perintah Allah, sehingga ia terpilahkan darinya. Bila ia menjadi musuh diri,
maka ia menjadi pentahkik kebenaran, pilihan Allah, badal dan arif (yang tahu
kebenaran). Maka ia diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab kini
dalam dirinya maujud sesuatu yang tidak dapat dibuang dan tidak tercipta dalam
orang lain. Setelah hal itu tertulis, pena takdir menjadi kering, dan
tentangnya Allah telah tahu sebelumnya. Bila perintah telah dipenuhi, maka ia
mengambil bagian duniawinya atau, dengan menerima ma'rifat, ia berhubungan
dengan dunia dengan berlaku sebagai wahana takdir dan tindakan-Nya, tanpa
keterlibatannya, tanpa keinginannya dan tanpa upayanya - ia diberi pahala
karena hal ini untuk kedua kalinya, karena ia melakukan semua ini demi mematuhi
perintah Allah.
Bila dikatakan - bagaimana mungkin kau menyatakan tentang pahala orang yang
telah berada pada maqam rohani yang sangat tinggi dan yang, menurutmu, telah
menjadi badal dan arif, telah lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak
dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam
semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya,
pemudahan-Nya dan pertolongan-Nya, dan orang yang percaya bahwa ia hanyalah
hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahwa dirinya,
gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah dikatakan, tentang
orang semacam itu bahwa ia diberi pahala, mengingat ia tak meminta upah atau
sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak melihat sesuatu
tindakan sebagai berasal darinya, tapi memandang dirinya sebagai orang yang
hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian, maka jawabannya
adalah: "Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan rahmat-Nya
baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan kasih,
kelembutan dan karunia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari hal-hal, dari
dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi kehidupan dan
dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi seperti bayi
yang tidak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan kelembutan
rahmat-Nya dan rezeki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang menjadi
pembimbing dan penjaminnya."
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam hal-halnya, maka Ia
membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih dan sayang-Nya di
hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong kepadanya dan
memperlakukannya dengan baik. Dengan begini segala selain Allah menjadi tak
berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya, menghamba
kepada-Nya di dunia dan di akhirat untuk menjaganya dari segala musibah. Nabi
Saw, bersabda:
"Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab
(Al-Quran) dan Dia melindungi orang-orang saleh."
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-52
Posting Komentar
Posting Komentar