(sambungan dari bagian Ke-55) | AJARAN KE-56| SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Bila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak
akan dunia dan akhirat, maka ia tidak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang
Maha perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia
menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima
karunia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan
janji-Nya, dan Ia tidak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang
hamba memilih Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui
kehendak-Nya, ridha dengan keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tidak
melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha
agung. Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tidak memenuhi hamba-Nya, dan yang
didambakan sama hamba dalam hal ini tidak datang kepadanya, kareana
keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan
kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa
lagi Maha agung. Maka tiada janji atau pun pengingkaran janji dalam hal ini,
karena hal ini ada pada orang yang berkeinginan.
Pada maqam ini, janji Allah
Yang Maha kuasa lagi Maha agung terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan
dengan contoh seorang yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan
sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah
Yang Maha kuasa lagi Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw
wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya:
"Wahyu yang kami hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan
yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahwa Allah berkuasa atas segala-nya?""
(QS.2:106)
Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat
tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci,
sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu
menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu
akhirat; dan Ia Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan karena hukum
Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas
yang kau lakukan."(QS.8:67-68)
Nabi saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada
ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di
tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan
firman-firman-Nya:
"Tidakkah kau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106)
Dengan kata lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya
mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian
setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.
Maka janganlah coba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang
Maha perkasa lagi Maha agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian
Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia akan
mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan
diri-Nya dengan berbagai karunia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap
para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam
hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap
yang tidak terlihat oleh mata, yang tidak terdengar oleh telinga, dan yang
tidak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tidak dapat difahami dan tidak
dapat dijelaskan.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-55
Posting Komentar
Posting Komentar