Jika kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah
- dan bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah
agar kau bisa ridha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan
akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan
rohaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila
kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati maupun anasir
tubuh.
Bersyukurlah lidah berupa pengakuan bahwa rahmat berasal dari Allah dan
penghindaran dari menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan
mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana
sampainya rahmat. Pemberi dan pencipta sejati rahmat yaitu Allah, Yang Maha
kuasa lagi maha agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain.
Misal, orang tidak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim
hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman
tentang orang yang tidak bersikap selayaknya:
"Mereka mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat,
mereka sungguh lalai." (QS 30:7)
Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tidak
melebihi ini, adalah jahil dan rusak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk
orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan
kukuh bahwa segala rahmat, kesenangan dan milik yang kau punyai, berasal dari
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu
melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:
"Dan apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)
"Dan (Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin."
(QS 31:20)
"Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu
menghinggakannya." (QS 14:34)
Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi karunia selain Allah. Dan
bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi
perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali
makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk
dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah
kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, berarti kau menyimpang
dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang
diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Barangsiapa tidak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang zalim." (QS 5:45)
Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila
kau tidak tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa
tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah,
menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tidak bisa
lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah maupun
keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai
dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa
musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun,
jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan
pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di
akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab,
dengan begitu, kau berarti menyekutukan-Nya.
Tidak satu pun berhak atas milikan-Nya, tidak satu pun mampu memberikan
mudharat, manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana,
menyembuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh
ciptaan, baik secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan
menguntungkanmu. Bersabar dan ridhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke
dalam kehendak-Nya.
Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya,
menunjukkan kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan
kejahatan dirimu dan akan menjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui
rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan
berganti dengan karunia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu
terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelap malam dan datang cerahnya
siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan
aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka kesabaran
adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang
terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan iman."
Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha
mulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-60
Posting Komentar
Posting Komentar