Ku berkata dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak
dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam
tindakan dengan kedirian!" Bertanyalah seseorang di sampingku,
"Pernyataan apakah ini?" "Itulah suatu pengetahuan rohani,"
jawabku.
-----
AJARAN
KE-64 |
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Suatu hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata:
"Aku menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan
kehidupan, yang di dalamnya tiada kematian."
Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan
apakah yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah
kematianku dari sesamaku, sehingga aku tidak melihat manfaat dan mudharat mereka,
dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan
duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam
kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam ini semua.
Kehidupan yang tidak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya,
sehingga aku tidak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah
kemaujudanku dengan-Nya.
-----
AJARAN KE-65| SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
Kenapa
marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau katakan bahwa tidak
boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi
permohonanmu kepada-Nya tidak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah
engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman.
Jika kau katakan bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda
penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada
seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau
salahkankah Dia? Jika kau tidak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam
menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia
telah memilihkan yang terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, berarti kau tidak
beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketidak-adilan, dan mustahil Dia
tidak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik
berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketidak-adilan" tidak layak bagi-Nya.
Sebab ketidak-adilan ialah keikut-campuran dalam kepunyaan orang lain, tanpa
seizin pemiliknya.
Nah, jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu
meski tidak kau sukai dan secara lahiriah merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur,
bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketidak-patuhan
benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib
pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat
yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya,
bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketidak-patuhan
terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan kepada dirimu
sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal
ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah
dirimu sendiri, nisbahkanlah ketidak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya
firman Allah:
"Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?"
(QS.4:147)
"Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil
terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri
mereka sendiri." (QS.10:44)
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda
Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya,
sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
Karena
aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.
INSYA
ALLAH BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-66
Posting Komentar
Posting Komentar