Menu

TQN PP.Suryalaya

 

(sambungan  dari bagian Ke-62) | AJARAN KE-63 | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :
SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS.
Ku berkata dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan kedirian!" Bertanyalah seseorang di sampingku, "Pernyataan apakah ini?" "Itulah suatu pengetahuan rohani," jawabku.

 -----
AJARAN KE-64 | SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :


Suatu hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di dalamnya tiada kematian."
Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan apakah yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku dari sesamaku, sehingga aku tidak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam ini semua. Kehidupan yang tidak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku tidak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku dengan-Nya.

 -----
AJARAN KE-65| SAYYIDI SYEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI QS. BERKATA :

Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau katakan bahwa tidak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi permohonanmu kepada-Nya tidak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman. Jika kau katakan bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkankah Dia? Jika kau tidak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, berarti kau tidak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketidak-adilan, dan mustahil Dia tidak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketidak-adilan" tidak layak bagi-Nya. Sebab ketidak-adilan ialah keikut-campuran dalam kepunyaan orang lain, tanpa seizin pemiliknya.

Nah, jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tidak kau sukai dan secara lahiriah merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketidak-patuhan benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketidak-patuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketidak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah:
"Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?" (QS.4:147)
"Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri." (QS.10:44)
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.

Karena aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.

INSYA ALLAH  BERSAMBUNG KE BAGIAN KE-66

Posting Komentar

 
Top