Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Meski para nabi dan rasul memiliki kedudukan yang mulia serta mendapatkan ‘ishmah (penjagaan) dari Allah SWT agar tidak tercebur ke dalam dosa, namun dalam prakteknya masih dimungkinkan mereka berbeda pandangan, bukan dengan kaumnya, tetapi dengan sesama nabi dan rasul, yang sama-sama menjadi utusan Allah SWT. 
Nabi Musa dan saudaranya sendiri, yaitu Nabi Harun,  mereka berdua pernah berselisih dan berbeda pandangan dalam satu urusan. Dan Musa juga pernah berbeda pandangan dengan Nabi Khidhir as.
Nabi Sulaiman as. dan ayahnya yang juga sama-sama utusan Allah, yaitu Nabi Daud as., juga pernah berbeda pandangan ketika memutuskan perkara di tengah umat mereka.

a. Nabi Musa as. dan Harun as.
Nabi Musa pernah berselisih dengan saudaranya, nabi Harun alaihimassalam. Perselisihan itu bukan hanya sebatas perang kata-kata, bahkan sampai Musa menarik rambut di kepala dan jenggot saudaranya itu dengan marah dan kecewa.
Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, . (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (QS. Thaha : 92-93)
Sumber perselisihan antara keduanya berhulu ketika Nabi Musa SAW dipanggil Allah SWT untuk menerima wahyu di atas bukit Thursina. 
Musa menitipkan urusan kaumnya itu kepada saudaranya, Harun. Namun pendekatan/sudut pandang  Harun agak sedikit berbeda dengan Musa. Harun konon lebih lemah lembut, halus, lebih banyak bermain perasaan, sehingga memberikan lebih banyak toleransi atas kedegilan bangsa Yahudi itu. Tidak seperti sikap Nabi Musa yang lebih keras dalam menghadapi mereka. Sehingga ketika Musa kembali dari menghadap Allah SWT dan dilihatnya kaumnya seperti itu, meledaklah marahnya.
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia, "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musa pun melemparkan luh-luh itu dan memegang kepala saudaranya sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata, "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim"(Q. Al-A'raf: 150)
Dalam pada itu, Nabi Harun saudaranya itu pun menjawab :
Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata, "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".(QS. Thaha : 94)
Penting untuk kita garis-bawahi disini, bahwa Musa dan Harun, keduanya adalah saudara, sama-sama diangkat menjadi nabi untuk kaum yang sama, yaitu kaum Yahudi.
Tetapi pola pendekatan yang masing-masing lakukan ternyata berbeda, dan terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka. Padahal kalau dipikir-pikir, Nabi Musa ini amat kuat fisiknya, dan pernah meninju orang dengan sekali pukulan hingga mati. Dan dalam riwayat yang shahih disebutkan bahkan malaikat Izrail pun pernah kena tinju matanya hingga picek, lalu mengadu kepada Allah SWT.
Artinya, perbedaan pendapat antara Musa dan Harun malah sampai kepada keributan fisik. Tetapi begitulah, keduanya tetap berkedudukan sebagai utusan Allah SWT.

b. Nabi Musa as. dan  Nabi Khidhir as.
Masih terkait dengan Nabi Musa lagi, kali ini beliau berbeda pandangan dengan Nabi Khidhir alaihissalam. Kisahnya disebutkan juga di dalam Al-Quran, meski tidak sampai keributan fisik.
Sebab saat itu posisi Nabi Musa bukan sebagai pemimpin, melainkan sebagai murid yang sedang belajar untuk mendapatkan ilmu dari orang yang derajatnya lebih tinggi.
Dan begitulah, keduanya selalu berselisih dan beda pendapat dalam perjalanan. Musa selalu mempertanyakan semua tindakan shahabatnya itu, meski pada akhirnya beliau selalu harus dibuat mengerti. Tetapi intinya, beda pemahaman itu adalah sesuatu yang wajar dan mungkin terjadi, bahkan di kalangan sesama para nabi. Dan tidak ada kebenaran tunggal dalam hal ini.
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS. Al-Kahfi : 65)
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS. Al-Kahfi : 66)
Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. (QS. Al-Kahfi : 67)
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (QS. Al-Kahfi : 68)
 Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".(QS. Al-Kahfi : 69)
Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".(QS. Al-Kahfi : 70)
Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatanperbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. ".(QS. Al-Kahfi : 78)

c. Nabi Sulaiman dan Daud
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, 
(Surah Al-Anbiya' ayat 78)

dokumen pemuda tqn suryalaya news, dari berbagai sumber.

Posting Komentar

 
Top