Meski para nabi
dan rasul memiliki kedudukan yang mulia serta mendapatkan ‘ishmah (penjagaan)
dari Allah SWT agar tidak tercebur ke dalam dosa, namun dalam prakteknya masih
dimungkinkan mereka berbeda pandangan, bukan dengan kaumnya, tetapi dengan
sesama nabi dan rasul, yang sama-sama menjadi utusan Allah SWT.
Nabi Musa dan
saudaranya sendiri, yaitu Nabi Harun, mereka
berdua pernah berselisih dan berbeda pandangan dalam satu urusan. Dan Musa juga
pernah berbeda pandangan dengan Nabi Khidhir as.
Nabi Sulaiman as. dan ayahnya yang juga sama-sama utusan Allah, yaitu Nabi Daud as.,
juga pernah berbeda pandangan ketika memutuskan perkara di tengah umat mereka.
a. Nabi Musa as. dan
Harun as.
Nabi Musa pernah
berselisih dengan saudaranya, nabi Harun alaihimassalam. Perselisihan itu bukan
hanya sebatas perang kata-kata, bahkan sampai Musa menarik rambut di kepala dan
jenggot saudaranya itu dengan marah dan kecewa.
Berkata Musa:
"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah
sesat, . (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja)
mendurhakai perintahku?"
(QS. Thaha : 92-93)
Sumber perselisihan antara keduanya berhulu ketika Nabi Musa SAW dipanggil Allah SWT untuk menerima
wahyu di atas bukit Thursina.
Musa menitipkan urusan kaumnya itu kepada
saudaranya, Harun. Namun pendekatan/sudut pandang Harun agak sedikit berbeda dengan Musa.
Harun konon lebih lemah lembut, halus, lebih banyak bermain perasaan, sehingga
memberikan lebih banyak toleransi atas kedegilan bangsa Yahudi itu. Tidak
seperti sikap Nabi Musa yang lebih keras dalam menghadapi mereka. Sehingga
ketika Musa kembali dari menghadap Allah SWT dan dilihatnya kaumnya seperti
itu, meledaklah marahnya.
Dan tatkala Musa
telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia,
"Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!
Apakah kamu hendak
mendahului janji Tuhanmu? Dan Musa pun melemparkan luh-luh itu dan memegang
kepala saudaranya sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata, "Hai anak ibuku,
sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka
membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan
musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam
golongan orang-orang yang zalim"(Q. Al-A'raf: 150)
Dalam pada itu,
Nabi Harun saudaranya itu pun menjawab :
Harun menjawab'
"Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku;
sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata, "Kamu telah memecah
antara Bani Israil dan
kamu tidak memelihara amanatku".(QS. Thaha : 94)
Penting untuk
kita garis-bawahi disini, bahwa Musa dan Harun, keduanya adalah saudara,
sama-sama diangkat menjadi nabi untuk kaum yang sama, yaitu kaum Yahudi.
Tetapi pola
pendekatan yang masing-masing lakukan ternyata berbeda, dan terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka. Padahal kalau dipikir-pikir, Nabi Musa ini
amat kuat fisiknya, dan pernah meninju orang dengan sekali pukulan hingga mati.
Dan dalam riwayat yang shahih disebutkan bahkan malaikat Izrail pun pernah kena
tinju matanya hingga picek, lalu mengadu kepada Allah SWT.
Artinya,
perbedaan pendapat antara Musa dan Harun malah sampai kepada keributan fisik.
Tetapi begitulah, keduanya tetap berkedudukan sebagai utusan Allah SWT.
b. Nabi Musa as. dan Nabi Khidhir as.
Masih terkait
dengan Nabi Musa lagi, kali ini beliau berbeda pandangan dengan Nabi Khidhir
alaihissalam. Kisahnya disebutkan juga di dalam Al-Quran, meski tidak sampai
keributan fisik.
Sebab saat itu
posisi Nabi Musa bukan sebagai pemimpin, melainkan sebagai murid yang sedang
belajar untuk mendapatkan ilmu dari orang yang derajatnya lebih tinggi.
Dan begitulah,
keduanya selalu berselisih dan beda pendapat dalam perjalanan. Musa selalu
mempertanyakan semua tindakan shahabatnya itu, meski pada akhirnya beliau selalu
harus dibuat mengerti. Tetapi intinya, beda pemahaman itu adalah sesuatu yang
wajar dan mungkin terjadi, bahkan di kalangan sesama para nabi. Dan tidak ada kebenaran
tunggal dalam hal ini.
Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. (QS. Al-Kahfi : 65)
Musa berkata
kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku
ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS.
Al-Kahfi : 66)
Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. (QS.
Al-Kahfi : 67)
Dan bagaimana
kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang hal itu?" (QS. Al-Kahfi : 68)
Musa berkata: "Insya Allah kamu akan
mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam
sesuatu urusanpun".(QS. Al-Kahfi : 69)
Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".(QS. Al-Kahfi
: 70)
Khidhr berkata:
"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan
kepadamu tujuan perbuatanperbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
".(QS. Al-Kahfi : 78)
c. Nabi Sulaiman
dan Daud
Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai
tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan
adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
(Surah Al-Anbiya' ayat 78)
dokumen pemuda tqn suryalaya news, dari berbagai sumber.
Posting Komentar
Posting Komentar