Tasawuf memiliki
pengaruh cukup kuat di dalam disiplin ilmu Islam lainnya. Ia merupakan bibit
keharuman dalam Islam. Sebab menjadi inti cahaya (Nur)Muhammad, merupakan
pengajaran jiwa dan ruhaninya. Ia juga memiliki andil cukup besar dalam
mengungkap makna-makna Al-Quran dan hadis Nabi.
Di dalam pengetahuan Islam sendiri, tasawuf
merupakan kekuatan yang besar meski harus menghadapi serangan
bertubi-bertubi dari sayap kanan dan kiri. Tasawuf merupakan khazanah besar
sepanjang penggalian pengetahuan alam.
Bisa dikatakan tasawuf telah berhasil mementahkan filsafat materialisme yang
melanda dan menyerang dunia timur. Menghentikan gelombang kekufuran,
paham-paham sesat yang telah menggenangi alam Islam semenjak kemunculannya.
Tasawauf
telah berhasil menyumbangkan andilnya yang tidak sedikit dalam sejarah perluasan syiar agama Islam. Ia ikut menaklukan kegarangan bangsa-bangsa yang yang selama ini masih
belum tersentuh Islam (hal ini memang diperlukan dalam periode Islam pertama,
karena-ketika itu-obyek dakwah masih asing melihat Islam, dan cenderung
memusuhinya, ed...), atau belum dapat dibangunnya sentral dakwah di
tengah-tengah mereka. Lambat laun kaum sufi berhasil menembus jantung Afrika,
dataran Asia dan hampir merata di kepulauan teduh. Merekalah yang berhasil
menempatkan Islam di hati umat manusia, dengan kelemahlembutan dan kasih sayang
yang mereka kedepankan kepadanya. Merekalah yang berdiri di hadapan umat,
mengobati kebobrokan mental, dan meringankan bencana hidup, serta menyelamatkan
anak manusia dari jurang kesesatan dan kebimbangan. Mereka berani menghadapi
para khalifah, juga para pejabat pemerintah, guna menegakkan keadilan di antara
para pemimpin tersebut.
Dalam buku filsafat Islam, Edward Ross mengatakan,"Munculya kelompok sufi
yang menyebar di dalam Islam, adalah karena adanya pemahaman hubungan rindu
yang kuat dengan Tuhan yang Pengasih dan Penyayang, yang mengalirkan
cinta."
Tanggapan yang tepat. Karena tasawuf merupakan media yang mengajarkan kepada
manusia tentang cinta, menunjukkan hati akan adanya rindu, serta setia kepada
Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Adalah suatu yang ganjil apabila
melupakan budaya tasawuf yang nyata-nyata mempersembahkan nilai positif yang
tinggi. Tasawuf merupakan pengisi sisi kosong kalbu muslim, mengajarkan cinta,
membentangkan kemurnian, dan melarutkan kesucian dalam kehidupan.
Tasawuf
benar-benar berhasil mendirikan perguruan tinggi di jantung dunia
Islam beratus tahun sebelum berdirinya perguruan lainnya. Dengan demikian,
madrasah atau perguruan-perguruan milik para tokoh tasawuf dan pengikutnya
menjadi madrasah atau perguruan percontohan yang bergerak sendiri di planit
bumi. Ia merupakan akademi ilmiah dimana para gurunya menerima cahaya dari
Allah. Mereka terbangkan hati ke langit cinta. Di dalam akademi tersebut juga
mereka tuangkan ilmu kepada para pengikut yang sekaligus sebagai muridnya.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, metode pendidikan mental dan akhlak
masing-masing para tokoh sufi dan pengikutnya di sekolah tinggi mereka itu,
menjadi metode pendidikan tertinggi di dunia. Sebab, pendidikan mereka
mempunyai tujuan yang paling terpuji, semenjak terbentuknya belajar mengajar
antara guru dan anak didiknya.
Para penyair tasawuf telah berjasa dalam mengangkat prosa sebagai salah satu
bentuk di antara disiplin ilmu yang ada. Prosa-prosa karya mereka menjadi
senjata di dalam aktifitas dakwah, memperbaiki warna kehidupan, serta sedikit
demi sedikit meredam kebrutalan (vandalisme) dan kebiadaban serta setiap gerak
yang mengarah kepada prilaku amoral.
Khazanah
tasawuf dalam bentuk prosa merupakan satu kebanggaan tersendiri, yang
pena-pena lain tiada mampu menyainginya, karena karya-karya mereka benar-benar
cemerlang, mencakup seluruh arah hasil karya penulis prosa lainnya.
Penulis cerita misalnya, banyak mengambil materi dari kehidupan Rabiah
al-Adawiyah. Sudah lima puluh lebih buku cerita mengupas tentangnya. Juga
hikayat Hallaj dan kematiannya. Petualangan Muhyiddin Ibnu Arabi. Perubahan
drastis yang terjadi pada diri Ibrahim bin Adham, dari seorang yang serakah
dunia dengan segala macam hobi negatifnya, menjadi tokoh iman dan amal salih.
Pelajar ilmu jiwa dan sosial telah menemukan perilaku sempurna pada diri
al-Jilani ad-Dasuqi dan Al-Busthami. Yang menentukan taat dan maksiat, keluar
dari satu sumber dalam bentuk yang berbeda. Dia juga menentukan risalah cinta
bagi setiap yang hidup, bahkan juga terhadap benda-benda mati.
Tidakkah pada benda-benda mati itu terdapat kehidupan? Tidakkah benda-benda
mati itu juga memuji dan menyucikan Tuhannya? Tidakkah bebatuan juga ada rasa
takut terhadap Allah?
Pada Ibnu al-Farid, Al-Junaid, Dzunnun dan orang-orang yang meneladaninya,
terdapat tentang iman, suka cita makrifat dan mabuk kepayang cinta.
Tasawuf
adalah dunia sempurna. Di dalamnya terdapat ilmu, akhlak, pengetahuan,
filsafat, fiqh, usul, kisah-kisah serta segala macam yang diperlukan pada
pendalaman ilmu, budi pekerti, kabahagiaan, kelezatan, ketentraman, kebahagiaan
yang harum. Darinya mengalir cinta dan sukacita.
Tasawuf
adalah tata krama kesopanan yang tinggi lagi sempurna. Ilmu yang tidak
memendam keraguan, bahkan menjadi cahaya petunjuk, taat dan iman.
Pernah Abu Muhammad bin Yahya mendengarkan perbincangan orang -orang sufi, dia
lantas keluar dari forum seraya berbisik, "Kata-kata mereka itu datang
dari Allah. Ada unsur paksaan dari Dzat yang tiada pernah berbohong."
Perhatikan salah satu goresan Hasan al-Bashri di bawah ini:
"... Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba. Sebagaimana
orang yang melihat ahli surga, kekal di dalamnya, atau orang melihat ahli
nereka, yang juga kekal di dalamnya. Hati mereka sedih, perilaku jahat mereka
aman terkendali, kebutuhan mereka ringan, jiwa mereka bersih, bersabar pada
sejumlah hari yang pendek, kemudian disusul kelegaan yang panjang. Adapun malam
hari, adalah saat-saat mengheningkancipta, air mata meleleh membasahi pipi,
sambil berdoa kepada Allah "Ya Tuhan ... Ya ... Tuhan." Sedang di siang
hari, mereka dalah orang-orang arif yang alim. Orang-orang yang suci lagi
bersih seperti kuncup bunga. Orang menyangka mereka sedang sakit, meski mereka
sebenarnya tidak sakit. Atau menganggap pikiran mereka sedang kacau. Benar,
mereka memang sedang kacau. Kacau oleh cintanya kepada Tuhan dan mengingat
akhirat. Dan hal itu adalah luhur."
(Hasan al-Bashri)
Sumber: sufismenews.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar