Termangu sang bima di tepian samudera dibelai
kehangatan alun ombak setinggi betis tak ada lagi tempat bertanya sesirnanya sang naga nemburnawa
dewaruci, sang marbudyengrat, memandangnya iba dari kejauhan, tahu belaka bahwa
tirta pawitra memang tak pernah ada dan mustahil akan pernah bisa ditemukan oleh manusia mana pun.
menghampir sang dewa ruci sambil menyapa: 'apa yang kau cari, hai werkudara,
hanya ada bencana dan kesulitan yang ada di sini di tempat sesunyi dan sekosong
ini'
terkejut sang sena dan mencari ke kanan kiri setelah melihat sang penanya ia
bergumam: 'makhluk apa lagi ini, sendirian di tengah samudera sunyi kecil
mungil tapi berbunyi pongah dan jumawa?
serba sunyi di sini, lanjut sang marbudyengrat mustahil akan ada sabda
keluhuran di tempat seperti ini sia-sialah usahamu mencarinya tanpa peduli
segala bahaya
sang sena semakin termangu menduga-duga, dan akhirnya sadar bahwa makhluk ini
pastilah seorang dewa ah, paduka tuan, gelap pekat rasa hatiku. entahlah apa
sebenarnya yang aku cari ini. dan siapa sebenarnya diriku ini
ketahuilah anakku, akulah yang disebut dewaruci, atau sang marbudyengrat yang
tahu segalanya tentang dirimu anakku yang keturunan hyang guru dari hyang brahma,
anak kunti, keturunan wisnu yang hanya beranak tiga, yudistira, dirimu, dan
janaka.
yang bersaudara dua lagi nakula dan sadewa dari ibunda madrim si putri
mandraka.
datangmu kemari atas perintah gurumu dahyang durna untuk mencari tirta pawitra
yang tak pernah ada di sini
bila demikian, pukulun, wejanglah aku seperlunya agar tidak mengalami kegelapan
seperti ini terasa bagai keris tanpa sarungnya
sabarlah anakku,.memang berat cobaan hidup ingatlah pesanku ini senantiasa
jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya.
tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud
hanya dari tindakan.
janganlah bagai orang gunung membeli emas, mendapat besi kuning pun puas
menduga mendapat emas bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan
duh pukulun, tahulah sudah di mana salah hamba bertindak tanpa tahu asal tujuan
sekarang hamba pasrah jiwaraga terserah paduka.
nah, bila benar ucapanmu, segera masuklah ke dalam diriku. lanjut sang
marbudyengrat
sang sena tertegun tak percaya mendengarnya ah, mana mungkin hamba bisa
melakukannya
paduka hanyalah anak bajang sedangkan tubuh hamba sebesar bukit
kelingking pun tak akan mungkin muat.
wahai werkudara si dungu anakku, sebesar apa dirimu dibanding alam semesta?
seisi alam ini pun bisa masuk ke dalam diriku, jangankan lagi dirimu yang hanya
sejentik noktah di alam.
mendengar ucapan sang dewaruci sang bima merasa kecil seketika, dan segera
melompat masuk ke telinga kiri sang dewaruci yang telah terangsur ke arahnya
heh, werkudara, katakanlah sejelas-jelasnya segala yang kau saksikan di sana
hanya tampak samudera luas tak bertepi, ucap sang sena alam awang-uwung tak
berbatas hamba semakin bingung tak tahu mana utara selatan atas bawah depan
belakang
janganlah mudah cemas, ujar sang dewaruci yakinilah bahwa di setiap kebimbangan
senantiasa akan ada pertolongan dewata dalam seketika sang bima menemukan
kiblat dan melihat surya setelah hati kembali tenang tampaklah sang dewaruci di
jagad walikan.
heh, sena! ceritakanlah dengan cermat segala yang kau saksikan!
awalnya terlihat cahaya terang memancar, kata sang sena kemudian disusul cahaya
hitam, merah, kuning, putih. apakah gerangan semua itu?
ketahuilah werkudara, cahaya terang itu adalah pancamaya, penerang hati, yang
disebut mukasipat (mukasyafah), penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala
sifat lebih. cahaya empat warna, itulah warna hati hitam merah kuning adalah penghalang
cipta yang kekal, hitam melambangkan nafsu amarah, merah nafsu angkara, kuning
nafsu memiliki. hanya si putih-lah yang bisa membawamu ke budi jatmika dan
sanggup menerima sasmita alam, namun selalu terhalangi oleh ketiga warna yang
lain
hanya sendiri tanpa teman melawan tiga musuh abadi. hanya bisa menang dengan
bantuan sang suksma. adalah nugraha bila si putih bisa kau menangkan di saat
itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar.
duhai pukulun, sedikit tercerahkan hati hamba oleh wejanganmu setelah lenyap
empat cahaya, muncullah nyala delapan warna, ada yang bagai ratna bercahaya,
ada yang maya-maya, ada yang menyala berkobar.
itulah kesejatian yang tunggal, anakku terkasih semuanya telah senantiasa ada
dalam diri setiap mahluk ciptaan.sering disebut jagad agung jagad cilik
dari sanalah asal kiblat dan empat warna hitam merah kuning putih seusai
kehidupan di alam ini semuanya akan berkumpul menjadi satu, tanpa terbedakan
lelaki perempuan tua muda besar kecil kaya miskin, akan tampak bagai lebah muda
kuning gading amatilah lebih cermat, wahai werkudara anakku
semakin cerah rasa hati hamba.
kini tampak putaran berwarna gading, bercahaya memancar. warna sejatikah yang
hamba saksikan itu?
bukan, anakku yang dungu, bukan, berusahalah segera mampu membedakannya zat
sejati yang kamu cari itu tak tak berbentuk tak terlihat, tak bertempat-pasti
namun bisa dirasa keberadaannya di sepenuh jagad ini.
sedang putaran berwarna gading itu adalah pramana yang juga tinggal di dalam
raga namun bagaikan tumbuhan simbar di pepohonan ia tidak ikut merasakan lapar
kenyang haus lelah ngantuk dan sebagainya. dialah yang menikmati hidup sejati
dihidupi oleh sukma sejati, ialah yang merawat raga tanpanya raga akan terpuruk
menunjukkan kematian.
pukulun, jelaslah sudah tentang pramana dalam kehidupan hamba lalu bagaimana
wujudnya zat sejati itu?
itu tidaklah mudah dijelaskan, ujar sang dewa ruci, gampang-gampang susah
sebelum hal itu dijelaskan, kejar sang bima, hamba tak ingin keluar dari tempat
ini
serba nikmat aman sejahtera dan bermanfaat terasa segalanya.
itu tak boleh terjadi, bila belum tiba saatnya, hai werkudara mengenai zat
sejati, engkau akan menemukannya sendiri setelah memahami tentang penyebab
gagalnya segala laku serta bisa bertahan dari segala goda, di saat itulah sang
suksma akan menghampirimu, dan batinmu akan berada di dalam sang suksma sejati
janganlah perlakukan pengetahuan ini seperti asap dengan api, bagai air dengan
ombak, atau minyak dengan susu perbuatlah, jangan hanya mempercakapkannya
belaka
jalankanlah sepenuh hati setelah memahami segala makna wicara kita ini jangan
pernah punya sesembahan lain selain sang maha luhur pakailah senantiasa keempat
pengetahuan ini pengetahuan kelima adalah pengetahuan antara, yaitu mati di
dalam hidup, hidup di dalam mati hidup yang kekal, semuanya sudah berlalu tak
perlu lagi segala aji kawijayan, semuanya sudah termuat di sini.
maka habislah wejangan sang dewaruci, sang guru merangkul sang bima dan
membisikkan segala rahasia rasa terang bercahaya seketika wajah sang sena
menerima wahyu kebahagiaan bagaikan kuntum bunga yang telah mekar. menyebarkan
keharuman dan keindahan memenuhi alam semesta
dan blassss . . . !
sudah keluarlah sang bima dari raga dewaruci sang marbudyengrat kembali ke alam
nyata di tepian samodera luas sunyi tanpa sang dewaruci sang bima melompat ke
daratan dan melangkah kembali siap menyongsong dan menyusuri rimba belantara
kehidupan
Posting Komentar
Posting Komentar