TEL AVIV -- Orang Yahudi dikenal unggul dalam
sejumlah bidang seperti perdagangan, obat-obatan, dan keuangan sejak abad
pertengahan. Mereka juga terkenal dengan kepandaian intelektual. Apa yang
membuat mereka memiliki keunggulan itu menjadi misteri dalam sejarah panjang
Yahudi.
Zvi Eckstein dan Maristella Botticini mencoba
mengungkap misteri tersebut melalui bukunya berjudul: "The Chosen
Few". Buku yang baru-baru ini diterjemahkan dalam bahasa Ibrani tersebut
merupakan tesis yang mengungkap perkembangan intelektual orang Yahudi.
Dalam tulisan Manuel Trajtenberg, seorang ekonom Israel yang diterbitkan
Haaretz, setiap orang Yahudi dituntut belajar membaca dan menulis setelah
kehancuran Yerusalem pada 70 Masehi. Mereka dituntut memiliki ilmu pengetahuan
agar dapat berasimilasi. Dengan kebutuhan itu, orang-orang Yahudi memiliki
keterampilan yang penting untuk pembangunan ekonomi mereka.
Dari waktu pembuangan Babilonia, pada abad keenam sampai pada 70 Masehi,
Yudaisme berdiri di atas dua pilar utama: ritual di kuil dan membaca Taurat.
Elit kecil dari pendeta mengepalai kuil dan pembelajaran Taurat. Tidak adanya
suatu pusat nyata ritual, kelangsungan hidup Yudaisme bergantung pada kemampuan
menciptakan alternatif yang bisa beradaptasi dengan kondisi baru.
Kewajiban setiap orang Yahudi membaca dan mempelajari Taurat merupakan dasar
dari keberadaan orang-orang Yahudi pada saat itu. Untuk memastikan kontinuitas,
setiap orang ditugasi untuk mengajari membaca dan menulis anak-anak sejak usia
muda. Hal itu dinilai merupakan perkembangan revolusioner dalam dunia yang
waktu itu masih didominasi penduduk buta huruf.
Menanamkan membaca dan mengajari Taurat mensyaratkan pengeluaran tinggi. Namun,
kebanyakan orang Yahudi pada saat itu masih bertani dengan kemiskinan dan
penderitaan. Karena itu, orang Yahudi menanggung beban keuangan pendidikan.
Dengan beban tersebut, mereka memilih antara tetap belajar atau melupakan
Yudaisme.
Pada masa Talmud, sekitar abad keenam, dua pola muncul di komunitas Yahudi
yakni tingkat melek huruf meningkat di komunitas Yahudi yang ekonominya
berbasis pertanian. Di sisi lain, ada perpindahan agama khususnya ke Kristen.
Perpindahan agama membuat populasi Yahudi menurun dari 5,5 juta pada tahun 65
menjadi hanya 1,2 juta pada tahun 650. Epidemi dan pembantaian juga
berkontribusi pada penurunan populasi ini.
Sumber: republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar