Alloh SWT
berfirman :
إنّ في ذلك لآيةٍ للمتوسمين
"Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi
orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda,
(QS Al-Hijr 75)
RasuluLloh
SAWW bersabda, :
اتّقوافراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله
"Takutlah
kalian dengan firasat orang mukmin karena mereka melihat dengan cahaya Alloh".
Ustadz
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Firasat adalah suara bathin yang masuk
ke dalam hati dan meniadakan kontradiksi. Setiap suara hati memiliki nilai
hukum yang menguasai hati. Kata firasat merupakan pecahan dari kata frasa yang
mengandung makna menerkam atau memburu. Farisah as-sabu'u memiliki makna
terkaman binatang buas. Akan tetapi makna pembandingnya tidak bisa diartikan
dalam konteks hati (qolbu) secara apa adanya. Keberadaannya mengukuti kualitas iman.
Setiap orang yang imannya lebih kuat, pasti firasatnya lebih tajam."
Abu
Said Al-Kharaz mengatakan "Barang siapa melihat dengan cahaya firasat
berarti dia melihat dengan cahaya Al-Haq. Sumber ilmu yang dipakai memandang
berasal dari Al-Haq. Dia dapat melihat dengan tanpa lupa dan lalai. Hukum
kebenaran Tuhan mengiringi gerakan lidah. Manusia semacam ini berbicara dengan
menggunakan pancaran sinar kebenaran Tuhan. Ucapanya yang menyatakan dia
memandang dengan cahaya Al-Haq artinya melihat dengan cahaya yang dikhususkan
Alloh kepadanya."
Muhammad
Al-Washiti mengatakan, "firasat adalah pancaran cahaya yang memancar ke
dalam hati, dominasi ma'rifat yang membawa rahasia-rahasia ke dalam hati, dari
sesuatu yang gaib menuju yang gaib sehingga dia mampu melihat sesuatu menurut
sisi mana Tuhan memandang. Dia bisa berbicara dengan hati makhluk."
Abul
Hasan Ad Dailami mengatakan, : Saya pernah memasuki kota Antakiya wilayah
Turki, karena sebab seorang pria yang berkulit sangat hitam. Menurut kabar yang
saya terima, dia bisa berbicara yang sifatnya sangat rahasia. Sayapun tinggal
bersamanya sampai dia keluar dari daerah pegunungan Lukam. Sewaktu keluar, dia
membawa sesuatu yang mubah yang hendak dijualnya. Sementara keadaan saya sudah
dua hari tidak makan apa-apa. Saya lihat apa yang dibawanya bisa dimakan.
"Berapa
harganya ?" tanya saya.
Saya
membayangkan bisa membeli sesuatu yang berada di tangannya.
"Duduklah
sampai saya selesai berjualan dan memberikan kamu apa yang hendak kamu
beli." Dia memberi saran kepada saya.
Saya
tidak mempedulikan omongannya. Saya biarkan dia menyelesaikan urusannya,
sementara saya berjalan ke penjual lain yang saya kira akan menawarkan
dagangannya. Akan tetapi penjual itu tidak membutuhkan penawaran saya, sehinga
membuat saya harus kembali kepada lelaki hitam tersebut. Saya mengulangi
tawaran saya dengan suara yang agak keras,"Jika engkau menjual barang ini,
maka katakan pada saya berapa harganya ".
"Engkau
telah kelaparan selama dua hari. Duduklah hingga saya menjual dan memberikan
kepadamu apa yang hendak engkau beli." Dia kembali memberi saran kepada
saya. Sayapun akhirnya duduk. Ketika dia menjual dan memberikan sesuatu kepada
saya, kemudian dia pergi. Saya penasaran lalu mengikutinya. Dia menoleh kepada
saya dan mengatakan," Jika kamu ditimpa keperluan, maka Alloh pasti
menurunkannya kecuali jika nafsumu meminta bagian yang dapat menutupi
keterkabulan dari Alloh."
Bersambung ke bagian Kedua
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar