Sesungguhnya menghadirkan (menyertakan) Syekh
Mursyid dalam berzikir dan beribadat tidak hanya terdapat dalam Tarekatullah Qodiriyyah dan Naqsyabandiyah, tetapi juga terdapat pada seluruh lembaga tarekat-tarekat
muktabarah.
Sabda Rasulullah saw :
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ
وَكِيْعٍِ
أخْبَرَنَا
أبِيْ
عَنْ
سُفْيَانَ
عَنْ
عَاصِمِ
بْنِ
عُبَيْدِ
اللهِ
عَنْ
سَالِمٍِ
عَنْ
ابْنِ
عُمَرَ
عَنْ
عُمَرَ
أنَّهُ
اِسْتَأ
ْذَنَ
النَّبِيَّ
صلعم
فِى
الْعُمْرَةِ
فَقَالَ
أَيْ
أُخَيَّ
اَشْرِكْنَا
فِى
دُعَائِكَ
وَلاَ
تَنْسَنَا
Artinya : Menceritakan kepada kami Sofian bin
Waki’, mengabarkan kepada kami Bapakku dari Sofian, dari `Ashim bin Ubaidillah,
dari Salim, dari Ibnu Umar, dari Umar bin Khattab, bahwa sesungguhnya Umar bin
Khattab pada waktu minta ljin kepada Nabi SAW untuk melaksanakan ibadat Umrah,
maka Nabi bersabda : “Wahai saudaraku Umar, ikut sertakan aku/hadirkan aku,pada
waktu engkau berdo’a nanti, dan jangan engkau lupakan aku”. (Hadits ini adalah
hadits Hasan Sahih). (HR. Abu Daud dan Turmuzi).
Demikian pula menurut riwayat Saidina Abu
Bakar r.a. dan Saidina Ali r.a. menyampaikan kepada Rasulullah SAW bahwa mereka
tidak pernah lupa, tetapi selalu teringat kepada Rasulullah pada setiap
melaksanakan ibadat bahkan sampai pada waktu di kamar kecil. Rasulullah
membenarkan apa yang telah mereka alami itu.
Para pakar Tarekat Naqsyabandiah sepakat
membolehkan dan membenarkan untuk menghadirkan Syekh Mursyid karena fungsinya
sebagai ulama pewaris Nabi, sebagai Imam/pembimbing rohani, dengan tujuan agar
orang yang berzikir dan beribadat itu terhindar dari segala was-was, rupa-rupa/pandangan-pandangan
lain, bisikan-bisikan lain, perasaan-perasaan lain, yang diciptakan oleh iblis
dan setan yang selalu mengganggu orang-orang yang berzikir dan beribadat itu,
padahal yang bersangkutan belum tinggi kualitas iman dan takwanya.
Rasulullah SAW bersabda :
كن مع
الله
فإن
لم
تكن
مع
الله
كن
مع
من
مع
الله
فإنه
يصيلك
الى
الله
“Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika
kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu
beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang
itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud).
WASILAH dan ROBITOH
Sebagaimana halnya masalah mursyid, masalah
wasilah dan robitoh dalam suatu tarekat pada waktu melaksanakan zikir dan
ibadah menempati posisi penting dan menentukan. Seluruh sufi yang bertarekat
pasti bermursyid, berwasilah dan merobitohkan rohaniahnya dalam beramal dan
beribadah, Allah SWT. Berfirman:
Hai orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses). (QS.Al
Maidah :35).
Dalam Kamus al Munjid dikatakan :
اَلْوَسِيْلَةُ مَا
يَتَقَرَّبُ
إلىَ
الْغَيْرِ
“Wasilah adalah sesuatu yang mendekatkan kepada
yang lain.”
Ibnu Abbas menegaskan :
اَلْوَسِيْلَةُ هِيَ
الْقَرَابَةُ
“Wasilah adalah suatu pendekatan “
Dalam Tafsir Ibnu Katsir II :52-53 pada waktu
menafsirkan QS Al Maidah :35 , menyatakan :
اَلْوَسِيْلَة هِيَ
الَّتِى
يُتَوَصَّلُ
بِهَا
إلَى
تَحْصِيْلِ
الْمَقْصُوْدِ
“Wasilah itu ialah sesuatu yang menyampaikan
kepada maksud”
Syekh Sulaiman Zuhdi pada waktu menafsirkan
QS.Al Maidah:35 menyatakan :
اَلْوَسِيْلَةُ عَامٌُ
لِكُلِّ
مَا
يَتَوَصَلُ
بِهِ
إلَ
الْمَقْصُوْدِ
وَالنَّبِيُّ
صلعم
اَقْرَبُ
الْوَسَا
ئِلِ
إلىَ
اللهِ
تَعَالىَ
ثُمَّ
تَوَائِبُهُ
صلعم
مِنَ
الْمُسْتَكْمِلِيْنَ
الْوَاصِلِيْنَ
إلىَ
اللهِ
تَعَالىَ
فِيْ
كُلِّ
قَرْنٍِ
“Pengertian umum dari wasilah adalah sesuatu
yang dapat menyampaikan kita kepada suatu maksud atau tujuan. Nabi Muhammad SAW
adalah wasilah yang paling dekat untuk sampai kepada Allah SWT, kemudian kepada
penerusnya-penerusnya yang Kamil Mukammil yang telah sampai kepada Allah SWT
yang ada pada tiap-tiap abad atau tiap-tiap masa”
Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz
Mursal :
مِنْ إطْلاَقِ
الْمَحَلِّ
وَإرَادَةِ
الْحَال
artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya
yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah,
tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani
Rasulullah SAW.
Prof.DR.H.S.S Kadirun Yahya menyatakan bahwa
wasilah itu adalah suatu channel, saluran atau frekuensi yang tak terhingga
yang langsung membawa kita kehaderat Allah SWT.
Wasilah itu ialah :
نُوْرٌُ عَلىَ
نُوْرٍِ
يَهْدِاللهُ
لِنُوْرِهِ
مَنْ
يَشَآءُ
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki “(QS An-Nur :35).
Wasilah itu telah ditanamkan ke dalam diri
rohani Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW yang merupakan sentral penghubung
antara Rasulullah SAW dan ummatnya menuju kehaderat Allah SWT.
Para Sahabat dan ummat Rasulllah SAW harus
mendapatkan wasilah ini di samping menerima Alquran dan As-Sunah.
Sumber: Prof. Dr. H.S. S. Kadirun Yahya dalam tausyiahnya pada
peringatan hari Guru dan Hari Silsilah tanggal 20 Juni 1996.
Posting Komentar
sebaik kita pertama marifatullah agal semua amalan atau ibadah atau munajat kita tidak terhalang kepada siapapun juga wasilah kita atau tujuan jikir kita.
Posting Komentar