Dalam sejarah
berbagai peradaban, ternyata pemuda merupakan pelopor dan penggerak perubahan
di garda terdepan. Posisi pemuda dalam sebuah bangsa menempati mata rantai yang
paling sentral sehingga disebutkan bahwa pemuda adalah tulang punggung sebuah
negara atau peradaban. Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno pernah mengatakan
“100 orang hanya bermimpi, tetapi berikanlah aku 10 pemuda maka akan kuguncang
dunia!”. Ini menandakan sangatlah besar peran pemuda dalam melakukan
perubahan.
Dalam sejarah
Islam kita mengetahui Nabi Muhammad diutus Allah Swt sebagai rasul di usia 40
tahun, pengikut pertamanya juga banyak berasal dari kalangan muda, Umar bin
Khattab berusia 27 tahun saat memeluk Islam, Abu Ubaidah Ibnu
Jarrah, Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabi’ah, Nu’aim bin Abdillah, Usman bin
Mazh’un, Abu Salamah, dan Abdurrahman bin Auf, semuanya berusia 30 tahun.
Tidak
terbantahkan bahwa pemuda merupakan tonggak kebangkitan umat Islam, untuk itu sudah
seharusnya pemuda dituntut untuk berfikir panjang, mengolah sikap, akal dan
ilmu pengetahuan dengan bijak, serta bergerak dan bekerja dengan semangat
kemaslahatan, dan yang paling utama adalah maju untuk menjadi penyelamat dengan
menunaikan hak-hak umat dengan baik. Pemuda secara fitrah, memiliki potensi
yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya karena dianggap
memiliki kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, juga dianggap memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan.
Pemuda adalah agent
of change, dengan sikap kritisnya yang sangat didambakan umat, pemuda menjadi
motor penggerak kemajuan ketika terjadi proses pembangunan. Di zaman modern
seperti saat ini, kita patut prihatin, para pemuda terutama aktivis Islam
terjebak dalam perdebatan masalah-masalah yang tidak prinsipil dan melupakan
hal-hal besar yang berhubungan dengan eksistensi dan masa depan umat. Mereka
lebih senang mempersoalkan masalah-masalah usang yang telah lama diperdebatkan.
Sungguh ironis
melihat pola hidup pemuda muslim sekarang, mereka terbawa arus globalisasi yang
tidak seimbang dan tidak terkendali. Berapa banyak pemuda muslim yang
mengunjungi masjid guna menunaikan ibadah salat fardhu atau
kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya. Kita mungkin sudah jarang menemukan
pemuda muslim yang mengkaji dan menghafalkan kitabullah, memperdalam ilmu
agama.
Pemuda saat ini
telah mengalami degradasi, mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan
mengunjungi tempat-tempat hiburan seperti mall, bioskop, game center,
karaoke, salon, dan banyak lagi tempat hiburan yang lain. Padahal secara
ekonomi, pergi ke tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan lebih banyak mudharatnya.
Sedangkan untuk pergi ke masjid serta memakmurkannya, kita tidak usah
mengeluarkan uang sepeser pun. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di masjid termasuk dalam ibadah dan bermanfaat, serta berpahala.
Umat Islam tidak
mungkin meraih kemuliaan bila umatnya terutama pemuda hanya memperhatikan
kepentingan pribadi. Islam mustahil akan bangkit dengan kondisi pemudanya yang
telah sekarat karena kecintaannya yang berlebihan pada kebutuhan duniawi,
mereka menjadi korban sistem kapitalis yang semakin mencengkram hampir di
seluruh negara-negara Islam.
Islam akan
kembali muncul melalui orang orang muda yang ikhlas mewakafkan kehidupannya
demi tegaknya Islam. Islam akan besar dan menemui masa keemasannya kembali di
tangan mereka yang memegang Islam meskipun seperti menggenggam bara api.
Meskipun secara kehidupan materi keadaan mereka kurang baik namun perjuangan
mereka tidak akan pernah reda, karena kemuliaan surga yang dijanjikan
Allah yang mereka dambakan.
Seorang pemuda
muslim yang mengaku berjuang di jalan Allah harus selalu meyakini bahwa setiap
tetes keringat yang dicucurkan hanya untuk mendapatkan keridhoan dari Allah semata. Mari kita kembalikan niat kita sebagai takaran mutlak
bagi sebuah manifestasi keIslaman kita. Kalau niat sudah tulus semata-mata
untuk kemuliaan Islam dan umat, maka layak baginya mendapatkan surga yang
dijanjikan. Namun sebaliknya jika hati kita sebagai seorang pemuda muslim
niat beribadah bukan karena Allah, maka tunggulah balasan dari Allah.
Sesungguhnya siksa dari Allah itu sangatlah pedih.
Namun diantara
keprihatinan kita masih ada secercah cahaya, beberapa kegiatan kepemudaan yang
berorientasi pada nilai-nilai keislaman mulai marak kembali, mereka mulai bangkit untuk memakmurkan masjid dan majelis dzikirullah. Insya Allah mereka
yang tertidur dan terlena mulai bangkit, sadar dan bangun dari tidurnya bahwa
Islamlah satu-satunya pandangan hidup mereka. Yang merupakan dorongan
besar dalam diri mereka untuk memperjuangkan Islam, bersama gerakan-gerakan
Islam yang saat ini sudah ada di seluruh dunia Islam yang jumlahnya sudah
mencapai ratusan dan anggotanya kebanyakan adalah dari kalangan pemuda. Inilah
masa kebangkitan pemuda Islam.
Demikianlah
kondisi realita pemuda yang terlahir dan hidup pada saat ini. Citra keIslaman
mereka tidak sedikit yang terkikis dan terdegradasi oleh kebudayaan asing yang
membius dan meracuni harapan serta cita-cita mereka. Cinta mereka terwarnai
kasih sayang semu, cinta yang lahir dari napsu demi kenikmatan sesaat. Namun
kita masih bisa tersenyum karena Insya Allah kita tidak termasuk bagian dari
mereka.
Semoga terlahir pemuda-pemuda Islam yang tangguh yang memiliki semangat dzikirullah (selalu mengingat Allah SWt.) guna kebangkitan Islam dan menjadi kekuatan jayanya bangsa serta negara ini.
Sumber tulisan : lazuardibirru.org
Posting Komentar
Posting Komentar