Diriwayatkan
dari Syaikh Sariy As-Shaqthi ra. yang menceritakan : Saya pernah mencari seorang teman.
Daerah-daerah yang saya duga menjadi tempat tinggalnya saya datangi, sampai
akhirnya saya tiba dan melewati daerah berbukitan. Tiba-tiba saya dikejutkan
oleh sekelompok orang yang terkena penyakit parah. Diantara mereka ada yang
buta, ada pula yang menderita penyakit yang menyengsarakan. Saya Tanya kepada
seseorang tentang keadaan mereka.
“Di
tempat ini setahun sekali dilewati oleh seorang laki-laki aneh yang mendoakan
orang-orang sakit yang meminta doanya, dan ternyata mereka sembuh”. Jawab
mereka. Kemudian
dengan sabar saya ikut menanti kedatangannya bersama mereka. Waktupun berjalan dan waktu yang saya tunggu pun tiba, ia mendekati orang-orang yang
memohon berkah doanya, lalu mendoakan dan mereka sembuh. Tanpa berkata berkata
apa-apa lelaki aneh itu melanjutkan perjalanannya. Saya memandangnya sejenak
lalu mengikuti jejaknya. Setelah agak jauh, saya menyapanya, “Tuan saya
mempunyai penyakit batin, apa obatnya ?”.
“Wahai
Sariy, tinggalkanlah saya. Sesunguhnya Dia sangat pencemburu. Dia tidak mau
melihatmu cenderung kepada selain-Nya sehingga Dia berpaling darimu.” Laki-laki
aneh itu meninggalkan pesan kemudian pergi.
Syaikh
Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Diantara kecemburuan-Nya terlihat ketka orang-orang
berzikir kepada-Nya dengan hati yang lengah, maka Dia tidak mempedulikan
mereka”.
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq Ra. berkata, “ketika seorang Baduwi masuk
masjid RasuluLloh SAWW dan kencing di dalamnya, para sahabat marah dan
mengusirnya. Mereka merasa malu dan tidak bisa menerima perbuatannya. Demikian
juga seorang hamba yang tahu keagungan Tuhannya. Dia merasa sulit mendengarkan
zikir orang yang lengah dan beribadah dengan tidak menjaga kesopanan”.
Al-Kisah
ketika Dalf Asy-Syibli ditinggal mati puteranya yang bernama Abul Hasan,
isterinya gelisah dan memotong-motong rambutnya. Sementara Asy-Syibli masuk
kamar mandi dan melumuri jenggotnya dengan sabun yang hendak dicukurnya. Setiap
orang yang datang hendak berta’ziyah menanyakanya, “Apa yang kamu lakukan,
wahai Abu Bakar ?”
“Ikut
berduka cita bersama isteriku”. Jawabnya.
“Jelaskan
kepada kami wahai Abu Bakar, mengapa seperti itu yang kamu lakukan ?”
“Saya
tahu mereka mengucapkan bela sungkawa kepadaku dengan hati (qalbu) yang lengah. Mereka
mengatakan, ‘semoga Alloh memberimu pahala’ maka saya menebus
kelengahan zikir mereka dengan jenggotku.” Jawab Asy-Syibli.
Ahmad
An-Nuri seoarng sufi pengembara ketika sedang dalam perjalanannya dia
mendengar suara azan, lalu menjawabnya dengan jawaban lain, “Tusukan dan racun
kematian.” Selang beberapa detik dia mendengar lolongan suara anjing, lalu
menjawab, “Baik, semoga engkau berbahagia”. Orang yang mendengarnya memprotes,”
Sesungguhnya hal ini sama dengan meninggalkan agama karena mengatakan tusukan
dan racun kematian untuk jawaban suara azan dan menyambut lolongan anjing
dengan jawaban yang baik.” Dia menjawab, “Karena suaranya bagaikan kepala orang
yang berzikir kepada Alloh dengan hati (qalbu) yang lengah. Sedangkan tentang anjing
itu Alloh berfirman :
وإنّ من شئء إلا يسبح بحمده
Dan
tidak satupun makhluk melainkan bertasbih dengan memuji-Nya (QS Al-Isra 44)
Dalf
Asy Syibli pernah berazan. Ketika sampai pada kalimat syahadatain ia
berkata, “Kalau bukan karena Engkau memerintahkan saya, pasti saya tidak ingat
selain-Mu”.
Al-Kisah
seseorang mengucapkan “Maha besar Alloh” lalu ditimpali seorang
ulama sufi, “Saya suka jika kamu membersihkan zikirmu ini”. (Karena orang tersebut berdzikir lisannya namun hati (qalbunya) lengah.
Abul
Hasan Al-Khazfani mengatakan, Tiada Tuhan selain Alloh dari
dalam hati : Muhammad utusan Alloh, dari telinga. Barang siapa
melihat dari lahir kata ini, pasti dia akan mengira bahwa ucapan ini meremehkan
syariat dan tidak mengingat bahaya kecemburuan Alloh. Karena kekuasaan Alloh
mengecilkan yang lain-Nya”
Wallohua'lam...
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar