Menu

TQN PP.Suryalaya

 


Dalf Asy-Syibli pernah ditanya.”Kapan kamu beristirahat ?”
“Jika saya tidak melihat orang yang mengingatnya” jawabnya.

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq pernah menyampaikan sabda Nabi SAWW tentang tabiat beliau kepada seorang pasukan berkuda dari suku badui yang mengundurkan diri, lalu beliau mengijinkannya.
“Semoga Alloh memanjangkan usiamu,” kata Baduwi, “dari suku manakah kamu?”
Seseorang dari Quraisy” jawab Nabi SAWW.
Para sahabat yang mendengar menjadi marah dan langsung menghardiknya, “Celakalah kamu sampai kamu tidak tahu Nabimu”
Menurut Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq jawaban Rasul yang berbunyi “Seseorang dari Quraisy” adalah suatu gambaran tentang kecemburuan. Jika tidak, maka bagi setiap muslim wajib mengetahui RasuluLloh SAWW. Alloh kemudian menjadikan lisan para sahabat untuk memperkenalkan Beliau kepada orang baduwi. 

Sementara menurut sebagian ulama Sufi, cemburu adalah termasuk sifat sufi pemula. Sesunguhnya orang yang mengesakan tidak dapat menyaksikan kecemburuan dan tidak punya pilihan lain dan juga tidak bertindak sesuka hatinya dalam kekuasaan. Akan tetapi, urusan-urusan Alloh lah yang paling utama dalam memutuskan semua yang diputuskan.

Sa’id bin Salam Al-Maghribi berkata, “Cemburu itu perbuatan orang-orang yang belum mantap tauhidnya, adapun orang-orang yang ahli hakikat, tidak “
Dalf Asy-Syibli berkata, “Cemburu ada dua, kecemburuan manusia kepada yang lain dan kecemburuan Tuhan kepada hati memberi tenaga pada manusia untuk tidak peduli pada selain Alloh”. 
Lebih jelasnya dapat difahami pada keterangan berikut ini : 
Cemburu itu ada dua, kecemburuan Alloh pada hamba yang mengandung makna mengajak manusia untuk tidak menjadikan makhluk sebagai sekutu-Nya sehingga ia menninggalkan-Nya. 
Kecemburuan hamba karena Alloh mengandung pengertian tentang seorang hamba yang tidak melakukan apa saja selain karena Alloh. Dengan demikian cemburu pada Alloh adalah suatu kebodohan, atau bisa saja menjadikannya meninggalkan agama. Sedangkan cemburu karena Alloh bisa menjadikannya megagungkan hak-hak Alloh dan membersihkan perbuatan untuk ditujukan semata-mata karena Alloh. Dan ketahuilah bahwa termasuk sunatuLloh kepada para Wali-Nya adalah bahwa jika mereka berada pada selain Alloh, cenderung pada selain-Nya, maka Alloh akan mengacaukan hati-Nya, sehingga mereka kembali membersihkan hatinya semata-mata karena Alloh tanpa tergiur kepada selain Alloh. Sebagaimana Nabi Adam AS ketika merasa senang diabadikan di surga, maka Alloh mengeluarkannya. Sebagaimana Nabi Ibrahim AS ketika Beliau heran diperintah untuk menyembelih Nabi Ismail AS, maka Alloh mengeluarkan sifat heran tersebut dari hati Nabi Ibrahim AS : 
“Ketika keduanya berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya (nyatalah kesabaran keduanya) (QS Ash-Shafat 103)
‘Dan Alloh pun membersihkan hatinya dengan tebusan yang lain’
Muhammad bin Hasan bercerita :
Ketika saya mengelilingi gunung libanon, tiba-tiba muncul seorang pemuda di hadapan kami yang badannya terbakar oleh panasnya udara. Ketika melihat saya dia langsung berpaling dan berlari, lalu saya mengejar dan mengikutinya.
“Nasihatilah saya !” teriak saya dari jarak yang agak dekat.
Tanpa berpaling, pemuda itu meninggalkan pesan, Hati-hatilah sesungguhnya Dia sangat pencemburu. Dia tidak ingin di hati hamba-Nya ada ketertarikan kepada selain-Nya”. Pemuda itu segera menghilang dan saya merenungkan kata-katanya”.

An-Nashr Abadzi berkata, “Alloh itu sangat pencemburu. Diantara kecemburuann-Nya adalah Dia tidak memberikan jalan untuk menuju kepada-Nya di jalan selain jalan-Nya.” Dikatakan bahwa Alloh telah mewahyukan kepada sebagian Nabi-Nya bahwa si Fulan membutuhkan-Ku dan Aku juga membutuhkannya. Jika ia telah memenuhi kebutuhan-Ku maka Aku akan memenuhi kebutuhannya”.
Setelah memperoleh wahyu, maka Nabi tersebut bertanya dalam munajatnya, “Tuhan, bagaimana Engkau mempunyai kebutuhan ?”
“Dia mempunyai kecenderungan kepada selain-Ku, kemudian membersikan hatinya, sehingga Aku memenuhi kebutuhan-Nya, “ Jelas Alloh.

Al-Kisah, Abu Yazid Al-Bustami pernah melihat dalam mimpi ada sekelompok bidadari. Dai memandang mereka sampai menghabiskan waktunya dalam berapa hari. Ketika mimpinya terulang lagi, ia tidak menoleh dan mengatakan kepada mereka, “Kamu sekalian hanya akan menyibukkan saya”.

Suatu hari Rabiah Al-Adawiyah mengalami sakit. Salah seorang pengunjung menanyakan keadaannya.
“Apa penyebab penyakitmu ?”

“Saya telah melihat surga di hatiku, lalu Tuhan mendidikku. Dia menegurku,dan saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Dia berkata sambil memandang Tuhan di dalam hatinya.

Bersambung ke bagian ketiga

Sumber: manakib.worpress.com

Posting Komentar

 
Top