Disarikan dari Buku: Latar Belakang dan Perkembangan PP.Suryalaya
Tulisan : H.Bachtiar Djamily, Tahun 1987. Halaman. 165 - 167.~
Terhadap orang-orang yang datang mengadukan, bahwa dia digencet (dizolimi) orang di kantor (tempat kerjanya), dia ditindas dalam mencapai karirnya, dia dikerjain dalam istilah macam-macam, malahan ada yang mengadu bahwa dia dikenakan guna-guna oleh orang tertentu yang dia curigai dan lain-lain pengaduan sepertiitu temanya, maka Abah Anom mendengarkan semua pengaduan itu dengan penuh ketelitian, menunjukkan perhatian dan simpati sewajarnya.
Setelah selesai yang bersangkutan memberikan pengaduannya, Abah Anom bertanya tentang maksud orang itu selanjutnya. Biasanya Abah Anom akan mengadakan dialog sebagai berikut :
"Saudara sekarang dalam kesusahan, bukan?", tanya Abah Anom.
"Ya, susah sekali dibuat orang itu".
"Saudara mengerti betul apa artinya susah, bukan?', tanya Abah Anom.
"Ya, berat sekali penderitaan saya, itulah sebabnya saya datang mengadu dan meminta bantuan kemari kepada Abah".
Abah Anom akan memandang wajah orang itu dengan tepat matanya seperti menembus lubuk hati yang bersangkutan. Biasanya yang bersangkutan langsung menunduk, pandangannya kalah menatap mata Abah Anom. Oleh sebab itu, ketika yang bersangkutan itu tertunduk, Abah Anom melanjutkan pandangannya:
"Yang membuat kita susah dalam hidup sehari-hari pada umumnya, karena kita (sibuk) memikirkan orang lain, karena kita memikirkan yang bukan urusan kita, jadi pikiran kita lebih banyak tertumpah pada pribadi orang lain. Kenapa kita tidak mengurus urusan kita sehari-hari yang diutamakan?" Abah Anom bertanya.
"Bagaimana caranya mengurus diri sendiri, Abah?"
"Dialog dan berkomunikasi dengan Tuhan!"
"Cara berdialog dengan Tuhan?"
"Ingatlah Tuhan".
"Cara mengingat Tuhan itu bagaimana, Abah?"
"Zikirullah, Zikirullah, Zikirullah !"
Yang bersangkutan terdiam seketika dan dia mengangkat kepalanya sejenak dan mencoba menatap wajah dan pandangan Abah sambil keluar ucapan dari mulutnya:"Zikirullah, Zikirullah".
"Ya, Zikirullah", Sahut Abah Anom.
Begitulah gambaran dialog singkat itu, jadi apa yang dimaksud dengan Abah Anom sebagai mursyid telah "nyambung" dengan yang bersangkutan yang mengadukan berbagai persoalannya.
Kalau sudah "nyambung" persoalan jadi mudah,maka Abah Anom segera memberikan bimbingan rohani, yaitu menerangkan dengan jelas kepada orang itu, apa gunanya kita membalas kalau benar orang itu menyusahkan kita,toh kita sendiri sudah merasakan disusahkan orang. Lebih baik, kita perdulikan orang itu, tapi kita tingkatkan iman kita, berdialog atau berkomunikasi dengan TUHAN, melalui zikirullah, mengingat ALLAH, maka ALLAH akan selalu pula mengingat kita. Dengan zikirullah, semuanya akan beres, semua persoalan teratasi.
Begitulah Abah Anom memantapkan pengertian mengingat Allah kepada setiap orang, sehingga kepada uraian, bahwa apa juga sakit lahir dan bathin yang diderita dan yang dialaminya, obat yang paling mujarab adalah ZIKIRULLAH yang mantap.
Kalau zikirullah sudah dibiasakan, Allah akan selalu mendampingi setiap hamba-Nya, itu janji Allah, bukan ungkapan yang tidak ada arti sama sekali. Siapa yang ingat Allah maka Allah akan mengingatnya pula.
Jangan kita ingat Allah hanya ketika ditimpa susah atau terkena musibah. Jangan hanya ingat Allah, manakala kita perlu saja, lepas keperluan kita, Allah entah di mana....
Uraian Abah Anom sederhana, dalam bahasa yang umum mudah difahami dan dimengerti, biar oleh mereka yang terpelajar tinggi atau oleh orang yang berpendidikan rendah.
Oleh sebab itu, Abah Anom berhasil menarik perhatian kalangan yang luas, sejak dari kaum terpelajar dan berkedudukan tinggi sampai kepada orang kampung yang tidak bisa membaca atau tidak mengerti peredaran dunia yang luas ini.
Wallohua'lam..
(Terimakasih kepada Muchlis TQN yang berkenan memberikan buku Latar Belakang dan Perkembangan PP.Suryalaya tersebut guna pembuatan artikel di website ini)
+dokumen pemuda tqn suryalaya
Posting Komentar
Posting Komentar