Sambungan dari bagian VI~
Ibrahim Al-Khawash menceritakan, "Saya di Baghdad di tempat kumpulan orang-orang kota. Dalam kumpulan itu terdapat juga kumpulan orang-orang fakir. Kemudian datang seorang pemuda yang sangat elok, baunya harum, dan wajahnya sangat menawan. Saya menoleh kepada kawan-kawan dan membisikkan sesuatu kepada mereka.' Dia adalah yahudi'.
Semua orang menjadi membencinya. Saya keluar dan dia juga keluar, kemudian dia kembali dan menanyakan sesuatu kepada jama'ah,'apa yang dikatakan syaikh tersebut tentang saya.' Mereka marah dan tidak mempedulikan pertanyaannya. Akan tetapi dia terus mendesak sampai orang-orang menjawabnya,'Engkau adalah yahudi'. Pemuda itu terkejut. Dia heran dengan apa yang dikatakan orang-orang. Diapun beranjak pergi dan menemui saya. Dia duduk bersimpuh di hadapan saya lalu menyatakan keislamannya.
'apa yang menyebabkan anda masuk islam ?' seseorang bertanya
Dia menjawab, "Di dalam kitab-kitab kami disebutkan bahwa orang yang benar firasatnya tidak pernah salah. Saya hanya menguji orang-orang islam. Saya memikirkan mereka. Jika memang ada orang yang benar diantara mereka, maka di dalam kelompok Islam inilah adanya karena mereka mengucapkan firman Alloh. Dan ketika hal itu diperlihatkan kepada saya dan saya berfirasat, maka tahulah saya bahwa dia benar.' Pemuda itu akhirnya menjadi ulama sufi yang besar.'
Ahmad Al-Jariri mengatakan, "Diantara kalian ada orang-orang yang jika Al-Haqq menghendakinya bisa berbicara tentang kerajaan langit, apakah dia megetahuinya sebelum ditampakkan kepadanya ?'
"Tidak" jawab mereka.
"Saya menangisi hati manusia yang di dalamnya tidak dijumpai sesuatu yang berasal dari Alloh," jelas saya.
Abu Musa Ad-Dailami mengatakan pengalamannya, Saya pernah bertamu ke rumah AbduRrahman bin Yahya untuk menanyakan makna tawakal, lalu dijawab, 'Kalau engkau memasukkan tanganmu ke mulut seekor naga sampai ke pergelangan tangan, bersama Alloh engkau tidak takut apapun selain-Nya.'
Saya keluar dan pergi ke rumah Abu Yazid Al Bustomi juga untuk menanyakan makna tawakal. Saya ketuk pintu rumahnya dan dia menyahut dari dalam,' Bukankah jawaban yang kamu peroleh dari AbduRrahman sudah cukup ?' saya penasaran dan mengatakan kepadanya, 'Bukalah pintunya.' Dia menyahut dari dalam, engkau tidak mengunjungiku sebagai pengunjung, tetapi hanya untuk bertanya, dan saya cukup menjawabnya dari balik pintu.'
Saya diam sejenak di depan pintu lalu pulang. Setahun kemudian saya mendatangi lagi. "Selamat datang engkau sekarang adalah pengunjungku.' Saya kemudian tinggal bersamanya selama sebulan. Selama itu tidak ada bisikan di dalam hati saya selain membisikkan tentangnya. Ketika hendak berpamitan saya sempat menanyakan sesuatu kepadanya, 'apakah ada faedah untuk saya ?' Dia menjawab, 'Ibu saya ketika mengandung saya pernah membisikkan sesuatu kepada saya. Jika disodorkan kepadanya makanan yang halal maka beliau mengambilnya. Jika makanannya syubhat, beliau mencegah tangannya untuk mengambilnya."'
Ibrahim AL-Khawash berkata, "Saya masuk desa, namun di tengah perjalanan saya tertimpa musibah yang cukup berat. Ketika sampai di Makkah, sesuatu yang mengherankan menarik perhatian saya. Tiba-tiba seorang lelaki tua yang sangat lemah muncul di hadapan saya dan memanggil saya,' Hai Ibrahim, saya memperhatikanmu sejak memasuki desa. Saya sengaja tidak menyapamu karena tidak ingin mengganggu kesibukan hatimu. Sekarang saya mengeluarkan rasa was-was dari dalam hatimu.'"
Bersambung ke Bagian VIII
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar