Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Diceritakan langsung oleh:  KH.Wahfiudin Sakam,S.E.,MBA :

Kita tahu kisruhnya Jakarta pada saat reformasi tahun 1998, menjelang sidang umum MPR tahun 1999 lebih gawat lagi karena berbagai kekuatan "siluman" sudah siap-siap dengan berbagai pasukannya. 

Saat itu jam 2 pagi saya lari dengan mobil ke Suryalaya tiba disini jam 7 pagi, jumpa dengan Abah. Abahpun bertanya : apa kabar jakarta, saya jelaskan situasi politik, situasi keamanan,semua yang saya dapat dari berbagai jamaah, dari teman-teman para perwira tinggi saya ceritakan, situasi betul-betul gawat. Abah waktu itu air mukanya/wajahnya tenang saja tidak ada gusar, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa apa-apa, Abah tenang saja. Ya sudah, ayo makan dulu kata Abah. Diajak makan sambil makan berdampingan, lalu karena penasaran tidak dapat juga arahan saya bertanya lalu apa yang harus kita perbuat oleh para ikhwan TQN ini dalam situasi seperti ini. Abah dengan tenang menjawab, masing-masing ada tugasnya kita orang dzikir ya dzikir saja, tapi kan situasi gawat harus ada dong yang melakukan pencegahan-pencegahan situasi menjadi lebih buruk ?, Abah bilang: kan ada Rijalul ghoib. 

Apa itu rijalul ghoib?, 
Abah menjelaskan. Jadi memang dalam kehidupan sehari-hari selain manusia-manusia fisik, manusia-manusia ruhaniah yang kita lihat badannya ini ada hal-hal yang rohaniyah, makhluk-makhluk rohaniayah. Bisa jadi itu para malaikat, bisa jadi itu ruh arwah para auliya allah, mereka pun bekerja.  Jadi memang kita harus membalik pemahaman kita karena selama ini kita menganggap kalau tubuh kita, diri kita cuma badan, setelah mati badan ini busuk, hancur, musnah, maka dengan kematian badan menjadi musnah, selesai. Ternyata tidak, yang mati adalah badan,bashar, tubuh kita bisa jadi busuk, musnah tapi ruh tidak dan khusus ruh para Nabi, ruh para Auliya Allah, ruh para Sholihin, ruh mereka pun masih sering dihadirkan ke muka bumi untuk menjalankan tugas-tugas sebagai rijalul ghoib. 
Situasi yang sudah begitu gawat menjelang sidang umum MPR tahun 1999, Abah bilang ada rijalul ghaib, dan saya kembali ke Jakarta. Saya menyaksikan di jalan-jalan situasi yang tadinya begitu gawat, tiba-tiba seperti bara disiram oleh air, maka sidang umum MPR tahun 1999 tidak ada hal yang berarti sama sekali. Saya terkagum-kagum sekali dengan Abah, betul rupanya.
Ilahadlroti Syeikhuna wal Mursyidina Syeikh Ahmad Shohibul Wafa tajul Arifin RA.
ALFATIHAH

Posting Komentar

 
Top