Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Disarikan dari Buku: Latar Belakang dan Perkembangan PP.Suryalaya
Tulisan : H.Bachtiar Djamily, Tahun 1987. Halaman. 169 - 171.~

Bersumber dari orang yang bersangkutan sendiri yang diceritakan di muka umum beberapa kali di beberapa tempat di depan anggota ikhwan TQN (beliau akhirnya menjadi muballigh TQN), tercatatlah nama seorang Kapten yang kini telah wafat. Berasal dari daerah Jawa Tengah beliau juga seorang kyai yang gagah dan berwibawa terkenal dengan ilmu dan amaliyahnya yang luar biasa.
Ketika itu di saat keadaan Jawa Barat masih belum sepenuhnya aman, Kapten itu bertugas di suatu tempat yang wilayahnya mencakup Pondok Pesantren Suryalaya. Ia mendapat laporan dan bahan cukup tentang Suryalaya yang akhirnya ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa di Suryalaya itu ada Kyai yang banyak ilmunya, tetapi ia meragukan kebaikan dan ajarannya, sebab saat itu banyak laporan dan info pihak-pihak yang dengki bahwa Suryalaya melakukan hal-hal yang tidak benar. Oleh sebab itu sang Kapten menjadi marah dan merasa perlu mengambil tindakan. Setelah didiskusikan dengan atasannya akhirnya ia mendapat persetujuan untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

Kemudian ia mengumpulkan sebanyak 60 orang anggota pasukannya, dinihari menjelang subuh dikepungnya Pondok Pesantren  Suryalaya. Dia sendiri, dengan berpakaian preman datang  ke Suryalaya dan menjadi makmum sholat subuh yang diimamkan/dipimpin oleh Abah Anom di Masjid Nurul Asror.

Setelah sholat subuh dengan berbagai dzikir dan wirid, Sang Kapten bertemu dengan Abah Anom dan ingin membicarakan berbagai persoalan. Namun ia tidak mengatakan bahwa sesungguhnya ia adalah seorang Kapten yang saat ini bersama 60 orang anak buahnya yang sedang mengepung Pondok Pesantren Suryalaya.

"Baik, sesudah makan kita bicara bebas nanti", jawab Abah.
Kapten itu setuju dengan mengangguk, tetapi kemudian dia sungguh kaget, hampir saja ia pingsan kalau saja ia bukan seorang kapten yang cukup terlatih dalam perang fisik maupun perang urat syaraf.
Mengapa demikian...?

Karena kemudian Abah Anom berkata:
"Kalau saudara Kapten sudah setuju kita makan dulu baru bicara, sebaiknya anak buah Kapten yang 60 orang mengepung Pondok ini, dipanggil untuk makan bersama....."
Inilah pangkal kaget dan keheranan pertama, dimana Abah Anom yang dihadapinya itu seorang Kapten, dimana pula Abah tahu anak buah kapten itu berjumlah 60 orang sedang mengepung Pondok dan bagaimana caranya makan bersama 60 orang, sedang persediaan tentu tidak ada, karena tidak diberitahu akan kehadiran tamu 60 orang lagi, namun Abah Anom terus mengulangi anjurannya.

Kapten yang rahasianya sudah kebobolan ini, tidak merahasiakan lagi siapa dia dan apa tindakannya, maka dia komandokan anak buahnya keluar dan turut makan bersama.

Sesudah mereka semua puas dijamu makan, anak buah yang 60 orang itu disuruhnya pulang ke asramanya dan minta disampaikan kepada Komandannya (atasan sang Kapten) bahwa ia sedang bersama Abah Anom. Semua anak buahnya meninggalkan Pondok, kini tinggallah Abah Anom dengan Kapten duduk di sebuah ruangan tempat makan, yang keadaannya bersih.

(Bersambung ke bagian II)

Posting Komentar

 
Top