Dikisahkan pula bahwasanya ada seorang wanita yang memiliki anak yang sangat
jahat dan hari-harinya pun dilalui dengan lumuran dosa. Si ibu yang
merupakan sosok wanita shalihah yang menyadari anaknya seperti itu, tentu saja
menyuruh si anak untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya dan kemudian
berbuat kebajikan serta tidak berpindah lagi kepada kebiasaan buruknya
tersebut.
Tetapi, anaknya tetap membandel, ia tidak mau berpindah dari kelakuan jahatnya
yang telah dilakukannya selama ini. Perbuatan maksiat itu terus dilakukannya
sampai ia menemui ajalnya. Maka bersedihlah sang ibu demi melihat anaknya yang matitanpa
tobat, dimana ia tidak melihat satu sisi pun dari kehidupan anaknya yang akan
menyelamatkannya di hadapan Tuhan Penguasa Akhirat. Sang ibu tampaknya
pasrah dengan nasib buruk yang akan dialami oleh sang anak di dalam kubur dan
lebih-lebih di neraka.
Di suatu malam, ketika wanita itu tertidur, ia bermimpi tentang anaknya disiksa
oleh malaikat penjaga kubur di dalam kuburnya. Akibatnya, semakin bertambah
kedukaan sang ibu tersebut manakala bayangannya selama ini dilihatnya secara langsung
sekali pun hanya dalam mimpi. Tetapi benarkah sang anak disiksa? Ternyata,
ketika sang ibu memimpikan lagi anaknya di lain kesempatan, ia melihat anaknya
dalam rupa dan kondisi yang sebaliknya dalam mimpi sebelumnya. Ia melihat
anaknya saat itu diperlakukan dengan perlakuan yang sangat elok, yang berada
dalam keadaan suka dan bahagia. Sehingga, ibunya pun terheran-heran dan
bertanya pada sang anak, “Apa gerangan yang membuatmu bisa diperlakukan seperti
ini, padahal dulu semasa engkau hidup engkau penuh dengan lumuran dosa?” Sang
anak menjawab, “Wahai ibunda, di suatu ketika telah lewat di hadapanku
sekelompok orang yang sedang mengusung jenazah yang hendak
dikuburkan. Mayat itu kukenal, dan ia semasa hidupnya ternyata lebih jahat
daripada diriku. Kemudian aku ikut mengiringi pemakamannya, dan disana aku
sempat menyaksikan makam-makam lainnya. Ketika itulah aku berpikir bahwa
laki-laki sial itu sudah pasti ditimpa oleh huru-hara akhirat akibat
perbuatan maksiatnya. Secara tidak sadar aku menangis dan membayangkan kalau
diriku juga bakal ditimpa peristiwa yang mengerikan yang sama. Pada saat itulah
aku menyesali segala kesalahan dan dosa yang telah kuperbuat, dan bertobat
dengan sebenar-benarnya tobat di hadapan Ilahi.
Kemudian, aku membaca ayat-ayat Al-Quran dan shalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W. sebanyak sepuluh
kali dan membacakan shalawat kesebelas kalinya dan pahalanya kuhadiahkan kepada ahli kubur yang naas tersebut, sehingga disitulah Allah SWT menunjukkan
kemahapengampunanNya. Dia mengampuni dosa-dosaku. Jadi apa yang telah engkau
lihat wahai ibunda, itulah nikmat yang telah diberikan Allah SWT atasku.
Ketahuilah ibunda, bahwa shalawat atas Nabi S.A.W. itu menjadi cahaya di
dalam kuburku, menghapuskan dosa-dosaku dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang
hidup maupun yang sudah meninggal.”
Allohumma sholli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi washohbihi wasallim
sumber: toyinkgondrong.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar