Sambungan dari bagian III~
Arti
firman Allah SWT, “Dan Aku jadikan mereka pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka mau bersabar”. Ayat itu, kata Ibnu Uyainah, adalah
ketika mereka menghendaki suatu pemimpin dalam suatu urusan, maka Kami jadikan
ia (orang yang sabar) sebagai pemimpinnya.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaaq mengatakan, “yang dimaksud pembatasan sabar adalah
tidak merintangi takdir. Apabila menampakkan cobaan tanpa mengeluh atau
mengadu, maka bukan berarti hal itu menikadakan sabar. Allah SWT berfirman
tentang kisah Nabi Ayub AS, “Sungguh Kami mendapati Ayub sebagai orang yang
sabar, Dia adalah sebaik-baik hamba”. (Shad 44). Ayat ini ditopang oleh
firman-Nya, yang lain seperti perkataan Nabi Ayub AS,“Kemelaratan telah menimpa
diriku” (Al-Anbiya 83). Dari ungkapan ini dapat ditafsirkan bahwa maksudnya
adalah,”Kemelaratan telah menimpa diriku agar Engkau memberikan kesenangan
kepada orang-orang yang lemah.” Menurut sbagian ulama, ayat yang berbunyi,
“sungguh Kami mendapati Ayub sebagai orang yang sabar”. Bukan dengan kata
seorang yang sangat sabar karena semua kondisi Ayub tidak dapat disamakan
dengan sabar. Sebaliknya semua kondisinya telah berubah menjadi ni’matnya
musibah. Sehingga dalam kondisi ni’mat maka tidak dapat diklasifikasikan
sebagai orang yang sangat sabar . Oleh karena itu Allah SWT tidak berfirman
“sebagai orang yang sangat sabar”.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaaq berkata, “Hakikat sabar adalah menghindarkan diri
dari cobaan dan menerima apa yang telah menimpanya seperti Nabi Ayub AS beliau
tetap mengatakan di akhir cobaannya, “Kemelaratan telah menimpa diriku, sedang
Engkau lebih pengasih dari segala yang pengasih” (Al-Anbiya 83).
Dia menjaga etika berbicara dengan mengatakan Engkau lebih pengasih dari segala
yang pengasih tidak mengatakan, Kasihanilah aku.
Perlu diketahui bahwa sabar itu terbagi menjadi dua, yaitu kesabaran orang yang
beribadah, dan kesabaran orang yang cinta. Sebaik-baik sabar orang yang
beribadah adalah terjaga. Dan sebaik baik kesabaran orang yang cinta adalah
tertinggal.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Nabi Ya’qub telah mengoptimalkan perjanjian
sabar dengan dirinya sendiri dengan mengatakan, “As-shabrun jamiil “ Namun
ketika tidak mendapatkannya, beliau mengatakan, “Aduh alangkah duka citaku
mengenang yusuf”.
Wallohua'lam
Sumber: manakib.wordpres.com
Posting Komentar
Posting Komentar