Sambungan dari bagian II~
Menurut satu cerita, Asy-Syibli dicegat di tengah
perjalanan di daerah Maratsani. Sekelompok orang datang kepadanya.
“Siapa kalian”. Tanya Asy-Syibli.
“Para kekasihmu yang sedang berziarah kepadamu.”
Kemudian beliau melemparkan batu kepada mereka sehingga mereka lari. Beliau
mengatakan kepada mereka, “Wahai orang-orang pembohong, jika kalian para
kekasihku, maka tentu engkau akan sabar menerima cobaanku”.
Di dalam sebagian hadits disebutkan, “Dengan penjagaan Mata-Ku (Allah),
orang-orang yang sabar sebenarnya tidak bersabar untukku. Allah SWT berfirman,
“Bersabarlah engkau kepada hukum Tuhanmu, sesungguhnya engkau dalam penjagaan
Kami”. (At-Thuur 48).
Sebagian ulama mengatakan, saya berada di Makkah, saya melihat orang fakir
mengelilingi BaituLlah. Dia mengeluarkan Ruq’ah (semacam azimat atau bungkusan
yang berisi tulisan) dari dalam sakunya. Dia melihat ruq’ah itu lalu pergi.
Esok hari ia berperilaku seperti itu, beberapa hari saya memperhatikannya. Dia
selalu mengerjakan hal itu setiap hari untuk kepentingannya sendiri. Suatu hari
ia berkeliling dan melihat ruq’ahnya. Sedikit demi sedikit ia menjauh lantas
terjatuh dan meninggal dunia. Ruq’ah itu kemudian saya keluarkan dari dalam
sakunya. Ternyata di dalam ruq’ah itu berisikan firman Allah SWT,”Bersabarlah
engkau terhadap hukum Tuhanmu sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan
Kami”. (At-Thuur 48).
Sebagian ulama lain mengatakan, “saya memasuki negara India. Saya melihat
seorang laki-laki menggunakan satu mata. Orang-orang memberikan nama kepadanya
si Fulan yang sangat sabar. Saya bertanya kepada mereka tentang keadaannya,
lantas dijawab bahwa ketika dia menginjak awal remaja, saat teman-temannya
hendak bepergian dia keluar dari tempat tinggalnya. Salah satu dari kedua
matanya melelehkan air mata, sedang mata yang satunya tidak menangis. Dia
mengatakan kepada mata satunya yang tidak melelehkan air mata, ‘Kenapa engkau
tidak melelehkan air mata atas perpisahan temanku? Saya tentu akan
mengharapkanmu untuk melihati dunia’. Dia memejamkan matanya selama dua tahun
tanpa pernah membukanya.
Menurut satu pendapat, yang dimaksud firman Allah SWT, “Bersabarlah engkau
dengan sabar yang baik”. (Al-Ma’arij 5) adalah sabar yang benar sehingga orang
yang tertimpa musibah di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diketahui. Umar
bin Khatab pernah mengatakan, “seandainya sabar dan syukur diibaratkan dua ekor
unta, maka saya tidak peduli mana diantara keduanya yang akan saya naiki”.
Dalam satu ungkapan, Ibnu Syibrimah apabila mendapat cobaan dia mengatakan,
“Sekarang berawan, besok ia akan hilang”. Di dalam hadits pernah disebutkan
bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Iman beliau menjawab, “As-shabru
wassamaahah”. ‘Sabar dan toleransi.’
Syaikh Sary pernah ditanya tentang sabar. Ketika beliau hendak menjawab, kaki
beliau dihinggapi kalajengking yang menyengat berulang-ulang. Beliau tetap diam
dan tak bergerak. Beliau ditanya, ‘mengapa kalajengking itu tidak kau jauhkan dari
kakimu ?’. beliau menjawab, “Saya malu kepada Allah SWT membicarakan sabar
sementara saya belum bisa bersabar”.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang-orang fakir yang bersabar adalah
tamu-tamu Allah SWT di hari kiyamat. Dalam suatu cerita Allah SWT menurunkan
wahyu kepada sebagian Nabi-Nya,”Cobaan-Ku telah Aku turunkan kepada sebagian
hamba-Ku kemudian ia berdo’a kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengabulkannya.
Kemudian ia mengeluh kapada-Ku. Aku berfirman kepada-Nya, ‘wahai hamba-Ku,
bagaimana Aku dapat mengasihimu dengan suatu pemberian sehingga Aku akan
mengasihimu”.
Bersambung ke Bagian IV
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar