SURABAYA -- Ratusan
masjid milik ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) atau masjid yang dikelola
warga NU di Jawa Timur terancam disusupi paham radikal.
"Modus pengambilalihan itu bermacam-macam, mulai mencoba menyusup menjadi
pengurus takmir, sampai memaksakan paham lain agar dianut di masjid NU
itu," kata Ketua PW Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) Drs KH Fuad Anwar MSi
di Surabaya, Jumat (29/11/2013) malam.
Data PW LTMNU mencatat masjid-masjid NU yang terancam itu rata-rata di kota
besar, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Jember, dan Madiun. "Awalnya,
mereka menjadi makmum di shaf terdepan, lalu menjadi tukang azan dan
lama-kelamaan masuk menjadi pengurus takmir, kemudian mempengaruhi agar tidak
pakai qunut," katanya.
Selanjutnya, shalat tarawih minta "diskon" dan beduk pun hilang.
"Lama-lama masjidnya yang hilang," kata mantan Ketua Umum LPSNU Pagar
Nusa Pusat itu. Menurut dia, kondisi itu tidak bisa dibiarkan agar ancaman itu
tidak menjadi kenyataan, maka pengurus PC LTMNU se-Jatim pun dikumpulkan dalam
rapat koordinasi (Rakor) di kantor PWNU Jatim.
"Rakor dibuka oleh Ketua PWNU KH Mutawakkil Alallah dan dihadiri Ketua
LTMNU Pusat, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Roziqi, dan ketua-ketua PC
LTMNU se-Jatim," katanya.
Mantan Sekretaris PWNU Jatim itu mengatakan salah seorang narasumber rakor
adalag Ketua Aswaja Center PWNU Jatim KH Abdurrahman Navis Lc. "Salah satu
misi LTMNU adalah 'salamatan fiddin' yaitu menyelamatkan masjid NU dari
rongrongan paham Islam transnasional atau paham lain di luar paham Ahlussunnah
Waljamaah (Aswaja) yang dianut NU," katanya.
Ia menambahkan misi LTMNU lainnya agar masjid NU menjadi "maghfirah bakdal
maut" dengan memantapkan kebiasaan tahlil dan yasinan sehingga warga yang
sudah mati terus menerus mendapat ampunan.
Hal ini harus pula dicermati di seluruh Indonesia maraknya paham-paham yang mengatasanamakan kemurnian agama Islam yang berasal dari luar negeri pada akhirnya dapat membuat disintegrasi bangsa. (red)
Sumber: republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar