Satu lagi peristiwa mencengangkan ditunjukkan Rasulullah
pada saat penaklukan kota Makkah. Kota Suci dikuasai umat Islam. Lawan perang
benar-benar tak berkutik. Tapi, Nabi Muhammad memang punya cara-cara tersendiri
dalam menghadapi mantan musuh-musuhnya.
Tak ada darah menetes di dalam ataupun sekitar Masjidil Haram. Penghancuran
patung berhala di sekeliling Ka’bah pun dilakukan atas permintaan penduduk
Makkah. Sejak awal, Nabi mewanti-wanti berbagai bentuk kekerasan dan perusakan
karena musuh tidak lagi menyerang.
Sikap anti-pemaksaan justru mengantarakan peristiwa Fathul Makkah pada
kemenangan yang kian gemilang. Musyrikin Quraisy berbondong-bondong memeluk
Islam, terutama setelah pemimpin tertinggi mereka, Abu Sofyan berikut
keluarganya secara suka rela mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hanya saja, kesadaran tauhid tidak selalu berlangsung segera. Seorang panglima
Quraisy bernama Shofwan bin Umayyah sempat berketetapan masuk Islam tapi urung.
Dia membutuhkan beberapa waktu untuk membulatkan niatnya itu.
“Berilah saya waktu seminggu untuk berpikir, apakah saya harus masuk Islam atau
tidak,” kata Shofwan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
“Jangan seminggu,” sergah Nabi.
Shofwan kaget dan bertanya, “Apakah itu terlalu lama?”
“Tidak,” Rasulullah menyahut, “Terlalu singkat. Kuberi kau waktu selama dua
bulan. Apakah akan mengucapkan syahadat atau tidak. Pikirkanlah masak-masak
sebab Islam adalah agama bagi orang-orang berakal dan menggunakan akalnya untuk
berpikir. Tiada agama bagi orang yang tak memiliki akal.”
sumber: nu.or.id
Posting Komentar
Posting Komentar