JAKARTA
-- "Memberi resapi sehati/ Berbagi saling menyayangi/ Warnai menghargai/
Saling mengasih menjadi madani"
Sepenggal lirik itu terucap dalam lantunan lagu berjudul Madani. Sang penyanyi
adalah komunitas Akar Bambu. Lagu ini dikemas dalam aransemen pop ballad yang
sarat dengan pesan positif untuk berbuat kebaikan kepada sesama dan lingkungan
sekitar.
"Musik kami pilih sebagai cara untuk menyampaikan atau ajakan berbuat
kebaikan. Kami hanya berharap orang yang mendengarkan lagu-lagu kami bisa
terpanggil untuk melakukan hal positif buat lingkungan sekitarnya,'' kata
Muhammad Nur Amin, sang vokalis Akar Bambu.
Sebagai debut karya, Akar Bambu memperkenalkan album berjudul "Hikayat
Negeri Petani". Dalam album ini dihadirkan enam buah lagu, satu
diantaranya dikemas dalam bentuk instrumen. Madani adalah salah satu karya yang
bercerita tentang esensi kehidupan.
Akar Bambu sendiri dihuni oleh Amin dan Wahono sebagai lead vokal. Lainnya
adalah Ola pada bass, Acoy (gitar), Deli (drum), dan Edu (keyboard). Kelompok
ini terbentuk pada 2011.
Wahono menjelaskan perihal makna filosofi dari nama kelompoknya. Secara
morfologis akar bambu itu memiliki akar serabut. Akarnya kecil-kecil tetapi
memiliki jumlah yang banyak serta memiliki fungsi yang efektif untuk menahan
erosi.
"Jika dimaknai secara harfiah maka kami ini adalah orang-orang kecil di
dunia musik ini. Tetapi kami ingin memberi peran sebagaimana halnya akar
serabut yang mampu memberi manfaat bagi kehidupan," kata alumnus Institut
Pertanian Bogor (IPB) ini.
Wahono mengatakan album ini dihadirkan pula sebagai bahan refleksi untuk
melihat Indonesia pada masa kini. Persoalan utamanya terkait dengan nasib
petani dan lingkungan. Kedua persoalan besar tersebut, kata dia, masih menjadi
pekerjaan rumah yang tak kunjung terselesaikan .
"Album ini bisa dibilang sebagai pengingat atau memberi kesadaran buat
kita semua bahwa potret dunia petani dan lingkungan masih belum banyak berubah.
Konversi lahan, nasib buruh tani yang terabaikan hingga degradasi lingkungan
yang kian tak terkendali," tuturnya.
Kritikus musik, Denny MR, mengakui kekuatan utama dari kelompok Akar Bambu ini
terletak pada lirik lagu dan aransemen musiknya yang simpel. "Mereka mampu
menyampaikan persoalan itu secara lugas tetapi langsung mengena pada
sasarannya. Saya rasa, lagu-lagu dari kelompok ini bisa menjadi pencerahan buat
kita semua," kata Denny.
Denny menyejajarkan kelompok musik ini seperti halnya band indie semacam
Bangkutaman dan Efek Rumah Kaca. Kedua band tersebut, kata dia, memiliki
kekuatan pada lirik lagunya yang bertema humanis dan lingkungan.
"Nah saya melihat hal yang sama pada Komunitas Akar Bambu ini. Semoga
peruntungan yang mereka akan bisa seperti halnya Efek Rumah Kaca dan
Bangkutaman," ujarnya.
Sementara itu untuk menyemaikan pesan positif yang termaktub dalam album
Hikayat Negeri Petani, komunitas ini telah merancang safari musik ke sejumlah
kota di Pulau Jawa. Safari tersebut akan dilakukan pada 2014.
''Kita sudah merencanakan safari di 24 kota. Semoga dengan safari musik ini
pesan-pesan yang ada di album ini bisa sampai,'' kata Said Abdullah, manager
Akar Bambu.
Sumber: republika.co.id
Posting Komentar
Posting Komentar