Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Menggunakan waktu dengan bijaksana adalah awal dari keselamatan
HAL: MENGGUNAKAN WAKTU DENGAN BIJAKSANA UNTUK IBADAH/AMALIYAH
Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikian akan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap/menuju kepada Allah Ta’ala.
Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja (untuk mencari nafkah). Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah.
Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah lewat –nafas itu- maka tidak ada gantinya.
Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruh waktumu dengan hanya satu wirid meskipun wirid tersebut termasuk wirid yang utama.  Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang yang dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat meninggalkannya –pada waktu yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.
Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdunyang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti kera-.
Dan telah berkata sebagian orang ‘arifiin (orang yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak memiliki Wirid pada dhohiriahnya, maka tidak akan ada wariid pada bathiniahnya/sirrnya.
Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit (secara bertahap dari yang kecil/sedikit menuju yang besar/banyak, red). Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu karena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. 
Dan sebagian dari kebiasaan syaithan dalam  menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak  (yang dilandasi hawa nafsunya) dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka (para murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. 
Maka kemudian dari beberapa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di dikira-kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaah telah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 raka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500 raka’at, ada yang melaksanakan 300 raka’at dan lain sebagainya. (sebagaimana pengajaran kepadamu)

Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada bentuk lahir dan hakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliah lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya di dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. 
Dan seyogyanga beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah S.AW, “sesungguhnya orang yang shalat adalah orang yang sedang bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi S.AW telah bersabda, “apa bila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengan nya dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain sehingga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu aantara lain beberapa rakaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rakaat sesudahnya, dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala ganjil (Maha Satu/maha Esa) dan senang dengan yang ganjil maka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah S.AW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benar maka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan raka’at shalat witir adalah 11 raka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga raka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir.
Dan bagi orang yang tidak memiliki kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .

Bersambung ke Bagian II


Sumber: manakib.wordpres.com

Posting Komentar

 
Top