Ia adalah
seorang calon polisi kriminal di Jerman. Latar belakangnya sebagai seorang
muslim sufi yang menjadi polisi membuatnya jadi istimewa.
Arman Kuru
adalah seorang warga Berlin, usianya 24 tahun. Orang tuanya berasal dari Turki,
sedangkan ia besar dan dilahirkan di Jerman. Agama tidak mempunyai pengaruh
besar dalam keluarganya. Meski demikian, berkat dirinya sendiri, ia berhasil
menemukan jalan menuju Islam.
Saat ini ia
adalah anggota kelompok sufi Berlin. Kelompok ini terbuka bagi semua agama.
Kuru berpendapat, tujuan tertinggi sufi adalah berada sedekat mungkin dengan
Tuhan. Awalnya ia datang ke sini diajak oleh seorang teman. Waktu itu usianya
masih 16 tahun.
Sangat tertarik
dengan sufi
Saat datang ke
pertemuan itu, ia duduk di dekat orang yang ia kira muslim. Ia lalu mengucap
“Salam Aleikum“, orang itu menjawab “´Shalom aleich“. Itulah percakapan
pertama, yang ia lakukan di sana, akhirnya ia kemudian tahu bahwa orang yang ia
beri salam adalah seorang Yahudi.
“Selanjutnya,
ceramah-ceramah yang diadakan disana- nilai-nilai kebijaksanaan yang bisa saya
peroleh, membuat saya sangat tertarik. Saya merasa bisa memperoleh sesuatu
disana“, kata Kuru.
Karena bergabung
dengan kelompok sufi ini, Kuru merasa lebih bisa mengerti dan menempatkan diri
dalam situasi yang dihadapi orang lain. Ia juga merasa, bisa lebih tahu apa
yang dialami orang di hadapannya. Menurut Kuru, kemampuan semacam ini akan
sangat berguna bagi pekerjaannya di masa depan sebagai polisi kriminal.
Alasan menjadi
polisi
Sejak lama Kuru
ingin mejadi polisi. Ia merasa pekerjaan sebagai polisi sangat menantang dan
tak membosankan. Selain itu, motivasi utama Kuru menjadi polisi adalah untuk
menolong sesama dan melakukan pekerjaan yang bisa membuat ia bangga.
Warga Jerman
yang punya asal-usul dari Türki sangat disenangi di kepolisian Jerman. ia tak
mendapat tudingan miring, bahkan disini kemampuan khususnya sangat dihargai.
“Orang bertanya kepada saya, dari mana orang tua saya berasal . Lalu saya
jawab, orang tua saya dari Turki, saya dilahirkan dan dibesarkan disini. Dan
sebagian besar dari mereka merasa senang“, kata Kuru. Ia bercerita, ia banyak
berhubungan dengan saksi mata dan korban yang berasal dari Turki, karena itu,
baginya adalah sesuatu hal yang lebih jika bisa berbahasa Turki.
Kuru mempunyai
hobi lain, yakni menjadi penari Darwish yang sudah ia lakukan sejak tiga tahun.
Kali ini, ia melakukan pertunjukan di sebuah gereja. Tarian Darwish adalah
sebuah tarian yang dianggap sebagai bentuk doa aktif, dimana dalam keadaan suka
cita, seseorang bisa begitu dekat dengan Tuhan.
“Tarian Darwish
buat saya punya arti seperti melakukan meditasi, dimana saya bisa lepas dari
dunia dan bersama Tuhan di dalam hati. Dan semua yang ada di dunia, di
sekeliling saya serta apa yang bisa saya lihat jadi luntur”, kata Kuru.
Tarian `Darwish`
bisa dilakukan dimana saja- di gereja,
kuil dan sinagoge. Kuru menari dimana saja, dan ia merasa senang jika ia bisa
membuat orang dari agama manapun bahagia.
SUMBER: dw.de
Posting Komentar
Posting Komentar