(Foto: Salah Satu Bangunan yang roboh akibat gempa kemarin) |
Jakarta - Kepala
Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Selepas tengah hari, pukul 12.14 WIB, gempa
berkekuatan 6,5 pada skala Richter mengguncang kawasan selatan Jateng, tepatnya
di 104 kilometer Barat Daya Kebumen atau 147 kilometer barat daya Yogyakarta.
Gempa bahkan terasa hingga Solo, Boyolali, Klaten, Magelang, Sragen hingga
Semarang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
mencatat, guncangan sangat kuat dirasakan di sepanjang pantai Selatan mulai
dari Cilacap, Kebumen hingga Purworejo selama sekitar 30 detik. Di Kebumen,
gempa dirasakan sekitar 20 menit.
Gempa yang
mengguncang Kebumen, Jawa Tengah, kemarin bisa memicu lindu lebih dahsyat yang
berpotensi tsunami. “Lokasi gempa ini daerah baru. Ribuan tahun lalu merupakan
zona aktif, sudah tidur sekian lama,” kata Kepala Bidang Mitigasi Bencana
Geologi pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gede Suantika..
Dalam situasi tidur lama, menurut Suantika,
ia menyimpan energi yang bisa melepaskan gempa bermagnitudo lebih besar. “Bisa
aja patahan aktif itu melalui Kuningan, Cilacap, Bumiayu, dan daerah Pantai
Selatan, lalu menyebabkan zona itu teraktivasi kembali,” ujarnya.
Apalagi, gempa kemarin berada di subduksi
atau pertemuan dua lempeng, yakni Indo-Australia dan Eurasia. “Gempa yang terjadi
di zona ini biasanya berkekuatan besar dan bisa dirasakan sampai jauh,”
ujarnya.
Lindu berkekuatan 6,5 pada skala Richter
kemarin berpusat di koordinat 8 derajat Lintang Selatan dan 109,2 derajat Bujur
Timur. Pusat gempa berada di kedalaman 80 kilometer dari permukaan dasar laut.
Pakar gempa dari Geoteknologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Danny Hilman, berpandangan sama
dengan Suantika. “Dari analisis tektonik, masih ada potensi energi besar yang
bisa lepas karena sudah lama belum ada gempa besar,” katanya. “Kekuatannya bisa
sampai 9 skala Richter. Tapi kapan dan di mana, tidak bisa diprediksi,”
ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Pusat Gempa Bumi dan
Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Suhardjono, menjelaskan,
setelah gempa pertama pada pukul 12.14 WIB, seismograf telah mencatat ada lima
hingga enam kali gempa susulan hingga sekitar pukul 16.30. Namun gempa susulan
ini tak terasa karena berkekuatan di bawah 5 pada skala Richter “Kalau di
mesin, terlihat. Tapi di daratan tidak terasa,” ujarnya.
Suhardjono juga mengatakan, posisi Indonesia yang berada di pertemuan lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Eurasia membuat wilayah ini rentan terhadap gempa
bumi. “Pertemuan lempeng itu dari barat Sumatera sampai Selat Sunda, belok kiri
sampai NTT, masuk ke Laut Banda. Daerah-daerah ini yang menjadi titik-titik
potensi gempa.”
Sumber: tempo.co
Posting Komentar
Posting Komentar