Menu

TQN PP.Suryalaya

 

1. KALIMAT TAUHID
Ia disebut dengan kalimat tauhid karena menunjukkan adanya penolakan terhadap semua bentuk kemusyrikan secara mutlak. Allah SWT. berfirman yang artinya,"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia." (Tarjamah QS. Al-Baqarah ayat 163). 
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari kalimat tauhid ini,yakni :
Pada mulanya manusia diciptakan sebagai entitas yang mulia dan terhormat. Sebagaimana Allah berfirman,"Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam."(Tarjamah QS.Al-Isra' ayat 70). Jika pada mulanya manusia itu makhluk yang mulia, maka ketika ia mensucikan dirinya (dengan kalimat tauhid) berarti itu sesuai dengan asalnya (fitrahnya), tapi kalau ia najis (kotor ) berarti ia telah menyalahi fitrahnya. Manusia menjadi najis ketika ia mempersekutukan Allah, sebagaimana firman-Nya,"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis."(Tarjamah QS.At-Taubah ayat 28). Najis itu telah menyalahi kejadian aslinya. Sementara bila bertauhid, ia akan terkembalikan pada kondisi bersih (suci) karena hal itu sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itu orang yang bertauhid adalah termasuk hamba Allah yang istimewa. Allah berfirman,"dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan lak-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula." (Tarjamah QS.An-Nur ayat 26).
Syirik merupakan sebab hancurnya dunia, sementara tauhid adalah sebab makmurnya dunia. Kedua prinsip ini (syirik dan tauhid) merupakan dua prinsip yang saling bertentangan. Jika kalimat tauhid sebab makmurnya dunia, maka yang paling tepat dimakmurkan adalah qalbu sebab ia merupakan wadah tempat bersemayamnya keEsaan Allah. Setelah itu adalah lidah sebagai sarana untuk berzikir menyebut keEsaan-Nya. Hal itu sesuai dengan ampunan Allah yang diberikan terhadap para ahli tauhid.

2. Kalimat Ikhlas
Kalimat LAA ILAHA ILLALLAH  Disebut juga Kalimat Ikhlas karena pada prinsipnya ia merupakan perbuatan qalbu (hati). Dengan qalbunya manusia bisa mengetahui keEsaan Allah. Pengetahuan yang terwujud dalam qalbu itu tidak bisa ditunjukkan untuk tujuan lain selain taat kepada Allah, mencintai-Nya dan beribadah kepada-Nya. Pengetahuan ini ditujukan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk yang lain. Ini berbeda dengan semua ibadah fisik. Sebab, ibadah-ibadah tersebut di satu sisi bisa untuk mengagungkan Allah, tapi bisa pula untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat duniawi seperti riya, ingin mendapatkan pujian dan sanjungan orang lain. Karena itulah kalimat Kalimat LAA ILAHA ILLALLAH disebut juga dengan kalimat ikhlas. Hanya untuk Allah (Ilahi anta maqsudi...)

bersambung ke bagian kedua

Sumber : Tarjamah Kitab Al-Qashd al-Mujarrad fi Ma'rifat al-Ism al-Mufarad, Karya Syaikh Ibnu Athaillah Al-Sakandari (Penulis Kitab Al-Hikam)

Posting Komentar

 
Top