Pikiran lurus pada akal dan kemuliaan ahlak pada qalbu, keduanya bersifat
kaaffah yaitu berkait erat (saling terhubung) dan tak terpisahkan.
Sehingga insan yang pikirannya lurus pastilah ahlaknya pun mulia (baik).
Begitupun sebaliknya, dimana pikiran yang bengkok niscaya kentara pula pada
ahlaknya yang nampak buruk.
Satu insan yang pola pikirnya paling lurus (super cerdas atau fathonah) dan
ahlaknya amat mulia ialah panutan dan junjungan kita; Rasulullah Salallahu
Alaihi Wassalam.
Beliau SAW itulah insan mulia yang paradigmanya sedemikian kaaffah, sehingga
ucap dan perilakunya menjadi uswatun hasanah.
Allahumma shali wasalim wa'ahlihi wasohbihi wabarikh alaih ...
Oleh sebab itu sebagai umat nabi Muhammad s.a.w. wajiblah kita untuk memerangi hawa nafsu kita agar kecerdasan hakiki dari qolbu dapat menumbuhkan akhlakul kharimah sebagaimana Firman Allah SWT. kepada Nabi Daud as. :
“Wahai Dawud!
Berpeganglah engkau pada firman-firman-Ku. Buanglah sikap “dari dirimu untuk
dirimu” agar kecintaanmu kepada-Ku tak tertutup dari dirimu. Janganlah kamu
jadikan hamba-hamba-Ku berputus asa dari rahmat-Ku, agar Aku tidak putuskan
gelora hasrat nafsumu kepada-Ku. Karena Aku hanya memperkenankan hasrat nafsu
itu bagi makhluk-Ku yang lemah. Makhluk-Ku yang kuat tidak patut untuk menuruti
syahwat, sebab syahwat dapat mengurangi kenikmatan bermunajat kepada-Ku.
Balasan paling ringan bagi makhluk-Ku yang kuat (yang mengikuti syahwatnya)
adalah menghalangi akal mereka dari-Ku. Aku tidak rela jika dunia dinikmati
oleh kekasih-Ku. Aku juga membebaskannya dari dunia itu.
Wahai Dawud! Janganlah berguru kepada orang alim yang kemabukannya akan
menutupi engkau dari kecintaan-Ku. Mereka adalah perampok para hamba-Ku yang
hendak menuju Aku (al-murîdîn). Tinggalkanlah nafsu dengan cara membiasakan
diri berpuasa terus menerus. Jangan sekali-kali mencoba meninggalkan puasa, karena
kecintaan-Ku terhadap puasa tak akan pernah hilang.
Wahai Dawud! Cintailah Aku dengan cara memerangi dirimu! Cegahlah dirimu dari
hawa nafsu. Jika itu dapat engkau lakukan, maka Aku akan memandangmu. Engkau
pun akan melihat tabir antara Aku dan kamu terangkat. Dan, sungguh, Aku pun
akan memenuhi dirimu dengan pahala atas ketakwaanmu jika itu yang engkau
inginkan.”
---Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha
Sumber: status dan komen Ustadz Yefi Mieftah di Grup Facebook Pemuda TQN Suryalaya.
Posting Komentar
Posting Komentar