[KARENA ITU TETAPLAH DALAM BARISAN SURYALAYA,
Foto: Ajengan KH.Wahfiudin (peci hitam)
dan Ajengan KH.Zezen (tengah) ]
|
Senin pagi (13/01/2014) ribuan orang berkumpul di dalam
Masjid Nurul Asror Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat. Saking
banyaknya, Masjid Nurul Asror tidak mampu lagi menampung jamaah, mereka tumpah
ruah ke pelataran masjid bahkan ke berbagai sudut dan pelataran rumah-rumah
penduduk di sekitar komplek pesantren.
Ribuan orang tersebut mengeksepresikan
rasa cinta yang luar biasa kepada Rasulullah Muhammad SAW dan para pewarisnya,–
ulama-ulama yang memiliki ketersambungan mata rantai silsilah dari Rasulullah
Muhammad SAW, kepada para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, generasi
setelahnya, bersambung hingga saat ini.
Diantaranya adalah Syekh Abdul Qodir
Al-Jaylani QS, juga kepada Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra atau yang
akrab disebut Abah Anom—menghadiri pengajian Manaqib yang rutin diselenggarakan
tiap tanggal 11 bulan-bulan Qomariyah.
KH. Wahfiudin, Wakil Talqin TQN Pondok Pesantren Suryalaya, berkesempatan memberikan khidmah ilmiah manaqib, Di awal tausiyahnya,
beliau mengutip sebuah hadits shahih yang terdapat dalam kitab Ar-Ruh karya
Ibnu Qoyyim Al-jauziyah: “Maa min ahadin yusallim ‘alayya illa raddallahu
‘alayya ruuhii hatta aruda ‘alayhissalam” Artinya: “Tidaklah seorang muslim
berkirim salam kepadaku kecuali Allah segera mengembalikan ruhku ke muka bumi
dan aku akan menjawab salam orang itu”.
Di bulan Rabi’ul Awal atau bulan maulid
ini, dimana-mana orang banyak mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW, Kemudian
kita seringkali mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai figur sejarah yang sudah
hadir ke muka bumi. Dihadirkan ke dalam tubuh badaniah—basyar–, keturunan dari
Abdullah dan Siti Aminah.
Namun perlu juga diingat bahwa hakikat diri manusia,
termasuk hakikat nabi Muhammad SAW bukanlah basyar semata. Maka Allah pun
perintahkan kepada beliau قُلْ إِنَّمَا
أَنَا
بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ
… 18:110 Qul innnama ana basyarun mitslukum Katakanlah sesungguhnya aku basyar
(tubuh badaniah, tubuh biologis) seperti kamu Kalau ternyata basyarnya sama
seperti orang lain lalu dimana letak keistimewaannya? Letak keistimewaan bukan
pada basyarnya, yang lebih hakiki pada ruhnya. Muhammad SAW yang hakiki, adalah
Muhammad SAW yang ruhaniah. Ketika Allah SWT mencipta, sebelum segala sesuatu
dicipta yang paling awal dicipta adalah Ruh Muhammad SAW yang masih dalam wujud
cahaya. Jadi Muhammad SAW yang istimewa itu adalah yang ruhaniah.
Beliau
mengutip QS azzumar ayat 42 (perbedaan mati dan wafat) اللَّهُ
يَتَوَفَّى
الْأَنْفُسَ
حِينَ
مَوْتِهَا
Allah akan mewafatkan individu-individu (manusia) pada saat matinya… Allah akan
mewafatkan diri-diri (individu-individu) manusia, diri yang mana? Diri manusia
yang hakiki, diri yang berwujud Ruh di saat kematiannya Allah akan mewafatkan
diri di saat kematiannya. Jadi mati dulu baru wafat. Mati dan wafat itu
berbeda. Mati adalah peritiswa basyariah. Ketika basyar (badan, tubuh bilogis)
kehabisan energi hayat, dia mati. Ketika basyar mati maka nafs (diri yang
ruhaniah) diwafatkan, dikeluarkan dari basyar (badan). Jadi mati itu pada
basyar, tetapi wafat, ruh yang ada di dalam basyar dikeluarkan. Yang mati
Basyar, Ruh tidak mati. Basyar Muhammad SAW, mati, dikubur di kota Madinah,
tetapi ruhnya tidak mengalami kematian. Begitu juga ruh kita tidak akan mati.
Ruh kita dibawa malaikat ke alam barzakh. Dan masih ada kemungkinan ruh itu
dihadirkan kembali ke muka bumi. Sebagaimana hadist di awal tadi, “Tidaklah
seorang muslim berkirim salam kepadaku kecuali Allah segera mengembalikan ruhku
ke muka bumi dan aku akan menjawab salam orang itu” Dikembalikannya Ruh Nabi
Muhammad SAW dan menjawab salam orang yang menyampaikan salam kepadanya,
ternyata berlaku juga kepada kita umat muslim, sebagaimana hadits Rasulullah
SAW dalam kitab Ar-Ruh :
ما من
مسلم
يمر
على
قبر
أخيه
كان
يعرفه
في
الدنيا
فيسلم
عليه
إلا
رد
الله
عليه
روحه
حتى
يرد
عليه
السلام
Tidaklah ada di antara orang Muslim yang lewat di dekat kubur saudaranya yang
dikenalnya selagi di dunia, lalu dia mengucapkan salam kepadanya, melainkan
Allah mengembalikan rohnya kepadanya hingga dia membalas salamnya itu (HR. Ibu
Abd Barr)
Maka Nabi memberi contoh, ketika beliau memasuki pekuburan baqi’ di
kota Madinah, Nabi mengucapkan “Assalamu alaykum ya ahladdiyarol muslimin”
artinya Salam homat untuk kalian wahai ahli kampung muslim. Nabi Muhammad SAW
menggunakan Kum (kalian, [kamu,tunggal]) Nabi tidak menggunakan him, sebab jika
him (mereka), somewhere, entah dimana.
Beliau menggunakan KUM, karena tertuju
langsung. Rasulullah S.A.W melihat, begitu beliau mendatangi pekuburan baqi para
arwah dihadirkan disitu. *** Muhammad itu bukan sembarang orang, beliau adalah
Rasul, apakah kemudian muhammad saw basyarnya mati, lalu kamu akan lari
meninggalkan barisan umat Muhammad S.A.W. Tidak…! Karena Muhammad SAW sebagai
basyar boleh mati, tetapi orang-orang yang setia tidak akan lari meninggalkan
barisan dan ajaran Muhammad SAW.Begitu juga para pelanjut Muhammad SAW. Siapa
pelanjut nabi Muhammad S.A.W? Para Auliya Allah. Salah satu wali, diantara
wali-wali yang begitu dekat dengan kita, yang kita hadir di rumahnya. Yang kita
hidup di jaman beliau, siapa itu? Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad ra,
Syekh Ahmad shohibul wafa Tajul ‘Arifin. Ucapkan salam untuk mereka, maka arwah
mereka dikembalikan ke muka bumi dan menjawab salam kita. Ayo kita sama-sama
mengucapkan salam… Assalamu ’alayka ya Mursyidana syekh Abdullah mubarak bin
Nur Muhammad Assalamu ’alayka ya Muryidana Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul
‘Arifin…5x Beliau hadir dan menjawab salam kita.
Apakah setelah mati basyarnya,
kalian akan lari meninggalkan beliau ? Apakah setelah mati basyarnya, padahal
ruhnya tidak mati dan ruhnya terus menjalankan peran kemursyidan, kalian akan
lari meninggalkan Suryalaya? Apakah setelah Abah Anom mati basyarnya ruhnya
tetap hidup dan terus menjalankan bimbingan ruhani terhadap qalbu-qalbu kita,
kalian akan meninggalkan amaliah beliau?
Apakah kalian akan manambah-nambah
ajaran beliau?
Apakah kalian merasa perlu mencari orang lain pengganti beliau?
Apakah kalian akan meninggalkan Muhammad SAW hanya karena beliau terbunuh?
Tidak...Beliau tetap hadir. Bodoh sekali kalau kita menganggap manusia itu hanya tubuh.
Hanya badan. Badan, basyar bakal mati, terutama setelah pensiun, orang kalau
sudah pensiun gak lama kemudian lemah kemudian pada mati, maka biasanya
diberikan program MPP untuk para pensiunan, kepanjangannya Mati
Pelan-Pelan….(grrr …jamaah tertawa kecil) Tapi yang mati kan badan, ruh tidak
mati apalagi ruh guru kita. Beliau tetap hadir. Saya, Alhamdulillah,
terimakasih bukan pasrah, bukan menyesal, tapi betul Alhamdulillah salah satu
wakil talqin yang banyak diperjalankan ke berbagai daerah, dan pengamatan saya
seluruh murid-murid abah anom masih kompak, tidak berubah tidak bergeser
sedikitpun terus menjalankan amaliah. Ribut-ribut itu hanya segelintir saja,
hanya segelintir gonggongan-gonggongan kecil di facebook, di internet. Tapi
dalam realitas semua tetap kompak, semua tetap sama, tidak ada keraguan sedikit
pun. Maka siapa bilang ada perpecahan di suryalaya? Tidak ada.
Suryalaya tidak
pecah. Bahwa ada yang memisahkan diri, segelintir orang, biarkan saja.
Suryalaya tidak pecah. Semua tetap kompak amaliah tetap berjalan. Coba saja
tengok keluar sekarang, segitu hujan dari kemarin siang, basah itu jalanan.
Tadi pagi pun hujan rintik-rintik, apakah berkurang orang-orang yang duduk
menghadiri manaqib duduk2 di luar itu? Lihat parkiran mobil parkiran bus,
apakah berkurang meskipun sudah dua tahun abah naom mati tubuhnya wafat ruhnya?
Tidak berkurang! Jadi karena itu tetaplah dalam barisan Suryalaya.
Sumber tulisan dan foto: status ustadz Rizal Fuad Fai di grup Facebook Cageur Bageur Saratus Geneup Lima.
Sumber awal : tqnnews.com
Sumber awal : tqnnews.com
Posting Komentar
Posting Komentar