WAJIB BAGI PARA PESULUK UNTUK TETAP BERPEDOMAN PADA AL-QUR'AN DAN HADITS~
dan wajib bagi kamu untuk berpegang teguh kepada Kitab
Allah dan Sunnah Rasul dan bergantung kepada
keduanya, karena keduanya adalah agama Allah yang kokoh dan jalanNya yang
lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, maka ia akan selamat, dan akan
mendapat petunjuk dan akan terjaga. Dan barang siapa yang mengabaikannya
keduanya, maka akan tersesat dan menyesal dan mengalami kerusakan. Maka
jadikanlah keduanya sebagai penunjuk jalan bagimu. Dan kembalilah kepada
keduanya dalam segala hal urusanmu dengan niatan melaksanakan wasiyat Allah dan
wasiyat rasulNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang
beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul dan pemerintah kamu
sekalian. Maka apabila diantara kamu berselisih tentang sesuatu hal maka
kembalikanlah urusannya kepada Allah dan kepada RasulNya- artinya kembalikan
kepada Kitab dan Sunah.
RasuluLlah S.A.W
bersabda, “Aku berwasiat kepadamu dengan sesuatu yang apabila kamu semua
berpegangan kepadanya niscaya tidak akan tersesat selamanya – KitabuLlah dan sunnahku. Jika
dirimu ingin mendapat petujnuk kepada jalan yang lurus yang tidak ada keraguan
di dalamnya, dan engkau menginginkan dirimu dalam keamanan, maka
konsentrrasikan segala niatmu dan akhlakmu dan amalmu dan ucapanmu kepada Kitab
Allah dan Sunah Nabi S.A.W. Maka ambilah apa yang
sesuai dengan keduanya, dan tinggalkanlah apa yang bertentangan dari keduanya.
Dan jalankanlah apa – apa yang ada di dalamnya dan ikutilah kebaikan untuk
selamanya dan janganlah engkau mengada-adakan sesuatu di dalam hal agama (bid’ah) dan
janganlah engkau mengikuti selain jalan orang mukmin maka engkau akan
mengalamii kerugian di dunia maupun di akhirat. Danyang demikian itu adalah
kerugian yang sanat nyata.. dan takutlah kmau sekalian akan mengada-adakan
perkara agama padahal tidak disyariatkan oleh RasuluLlah SAW, maka sesungguhnya
telah bersabda RasuuLLah S.A.W, “sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah bid;ah, dan
setiap yang bid’ah adalah tersesat.
Dan telah bersabda RasuuLLah S.A.W barang
siapa yang mengada-ada tentang perkara kami, maka sedang kami tiada
mengadakannya, maka di tolak .
dan bid’ah itu
ada tiga macam,
bid’ah hasanah, yaitu apa yang disampaikan oleh
orang yang bijaksana dari sesuatu yang bersesuaian dengan Kitab Allah dan sunah
RasuuLLah S.A.W karena menginginkan memilih sesuatu yang lebih baik dan lebih
bermanfaat . maka yang demikian ini contohnya seperti mengumpulkan Al-Qur’an ke
dalam mushaf seperti Abu Bakr, dan salat tarawih dari Umar, dan
menertibkan/menyusun mushaf dan dua adzan awwal yang dilakukan oleh sahabat
Utsman RA.
Yang ke dua adalah bid’ah yang tercela/madzmumah
bagi sebagian orang yang zuhud dan qana’ah seperti
seperti bermewah-mewahan dalam hal makan dan pakaian, dan rumah/tempat tinggal.
Dan yang ketiga adalah bid’ah yang tercela secara mutlak,
yaitu apa – apa yang berselisih dengan nash kitab Allah dan sunah RasuuLLah S.A.W
atau berseberangan dengan ijma’ /kesepakatan para alim ulama.
Oleh karena itu barang siapa yang belum bisa berpegangan dengan kitab Allah dan
mengikuti sunnah RasuuLLah S.A.W kemudian ia mendakwakan dirinya bahwa
ia telah memperoleh suatu kedudukan disisi Allah, maka janganlah mengikutinya
meskipun ia memiliki kemampuan terbang di atas udara atau berjalan di atas air,
dan dapat menembus batas tempat, dan dapat melakukan hal – hal yang istimewa (khariqul
‘adah), karena yang demikian itu kebanyakan terjadi sebagaimana yang
dilakukan oleh syaitan, dan tukang sihir, dan tukang tenung dan ahli nujum
danlain sebagainya dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan. Dan tidak lepas
pula dari yang demikian ini suatu istidraj (cobaan) dari
Allah.
Adapun orang yang memiliki ilmu dan akal kecerdasan dari
orang-orang yang beriman, sungguh mereka mengetahui bahwasanya perbedaan
derajad kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya itu tergantung dari pada sejauh
mana kesempurnaan dalam mengikuti sunah RasuuLLah S.A.W. Dan
sesungguhnya manakala sempurna dalam halitba’ sunnah RasuuLLah S.
Dan dalam sebuah riwayat diterangkan bahwasanya Abu Yazid
Al-Bustami RA telah berniat untuk menziarahi seorang yang termasyhur pada saat
itu dan mereka menganggap sebagai wali Allah. Dan beliau Syaikh Abu Yazid RA.
duduk menanti orang itu untuk mengikuti salat berjama’ah. Maka ketika orang itu
keluar dan dilihat oleh Syaikh Abu Yazib bahwa ia telah meludah di sudut
masjid, maka berlalulah Abu Yazid dan meninggalkan orang itu tidak jadi menemui
orang tersebut. Kemudian ditanyakan kepada Syaikh Abu Yazid mengapa berbuat
demikian, maka beliau menjawab, “Bagaimana seseorang yang percaya kepada
Rahasia Allah padahal ia tidak menjaga adab yang baik dalam hal syari’at”.
Sahal bin AbdulLah RA berkata, “Tidak ada penolong kecuali
Allah, tidak ada dalil/petunjuk kecuali RasuuLLah S.A.W, tidak ada bekal kecuali
taqwa, tidak ada amal kecuali bersabar kepadanya / amal tersebut, dan
ketahuilah bahwasanya tidak akan mampu bagi tiap-tiap orang untuk melaksanakan
kitab Allah dan sunah RasuuLLah S.A.W secara lahir dan bathi dengan sempurna
karena yang demikian ini hanya tertentu bagi para ulama yang sangat mencintai
Allah dan RasuluLlah S.A.W.
Oleh karena itu jika engkau merasa tidak mampu untuk
memahami ataupun melaksanakan Kitab Allah dan sunah RasuluLlah S.A.W maka wajib
bagi kamu untuk kembali / ruju’ kepada orang yang Allah
memerintahkan kepadamu untuk kembali kepadanya, sebagaimana firman Allah
Ta’ala, “Fas’aluu ahlajdzdzikri inkuntum laa ta’lamuun” yang
artinya, ‘tanyakan kepada ahli zikir jika kamu tidak mengetahui”. Dan yang
dimaksudkan ahludzdzikri adalah ulama Billah wabidiinihi yang
mengamalkan ilmunya karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yang zuhud terhadap
dunia, yaitu ulama yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia daripada
dzikirnya kepada Allah Ta’ala, mereka yang selalu mengajak manusia kepada Allah
dengan pandangan hatinya yang terbuka hijabnya akan rahasia-rahasia Allah.
Dan
sungguh sulitlah didapati seseorang yang berperangai demikian di bumi yang luas
ini sehingga para kabaair ulama sepuh menganggap bahwa mereka
kehilangan darinya, padahal sesungguhnya yang benar adalah mereka tetap ada
akan tetapi Allah Ta’ala telah menutupinya dengan selendang keagunganNya
sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Kebiasaan mereka menyembunyikan
diri dari khalayak ramai bahkan orang ramai sama berpaling dari mereka. Maka
barang siapa yang berkeras mencarinya (wali Allah tersebut) dengan niat yang
benar dan bersungguh-sungguh maka tidak akan kesulitan untuk bertemu dengan
salah satu dari mereka – Insya Allah-. Sesungguhnya kesungguhan dan ketekunan
adalah pedang yang tiada ia diletakkan pada sesuatu pasti akan terputuslah
sesuatu tersebut. Dan bumi Allah tidak akan sepi dan kekurangan dari orang yang
menegakkan agama Allah denagn hujahnya. Sungguh telah bersabda RasuluLlah S.A.W
,”Tidak henti-hentinya diantara umatku yang selalu menegakkan kebenaran (haq)
dan segala sesuatu tidak akan dapat membahayakan mereka sampai Allah meetapkan
keputusanNya. Mereka itulah pelita dunia, dan pemegang amanah, dan pewaris para
Nabi S.A.W. Mereka itulah tentara Allah (HizbuLlah) dan ketahuilah sesungguhnya
tentara Allah adalah orang-orang yang beruntung.
Sumber: manakib.wordpress.com
Posting Komentar
Posting Komentar