SIFAT
ORANG BERAMAL BATIN:
Telah
kita katakan bahwa kita mesti beribadah kepada Allah lahir dan batin. Ibadah
lahir disebut syariat. Ibadah batin disebut hakikat. Orang yang sudah
melaksanakan syariat akan terlihat oleh kita tandanya yaitu mengucap dua
kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Quran, selawat,
zikrullah, menutup aurat, menuntut ilmu, bersilaturrahim dan cara hidup lainnya
yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan meninggalkan (tidak melakukan) segala
sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya.
Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di
dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan
arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati
yang masih durhaka.
Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah
sudah taat atau masih durhaka, saya akan tunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat
hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan
ibadah batin.
1. SYARIATNYA KUAT
Orang yang kuat beribadah batin niscaya akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat).
Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat
ibadah batinnya.
Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan
anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita
menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita
hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja.
Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak
akan melangkah pergi.
Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab
itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan
mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua
perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan
ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya : Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat.”
(Dan mereka berdoa), “Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat
kembali” (Al Baqarah : 285)
Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan.
Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca
Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah
menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama
Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan
letih karena perjuangan.
Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat
Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya
diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu
rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya
menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan
orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa
takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama
kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan
di luar jemaah.
Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti
tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan
taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan
Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk
durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan
Allah.
Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang
haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum
arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah
atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak
mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak
mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan
musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan
lain-lain.
Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan
yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua
perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang
bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau
hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep ‘hati baik’ itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ”Tidak
shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak
apa, asal hati kita baik.”
Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita
telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan
Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka
pada Allah.
Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada
Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati
taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita
akan kuat bersyariat.
2. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN
Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya
(batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Terjemahannya : Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula
merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)
Terjemahannya : Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada
hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)
Terjemahannya : Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya,
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka
secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan
dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar
Raad : 22)
Terjemahannya : (Yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan
anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu
masuk. (Ar Raad: 23)
Terjemahannya : (Sambil mengucapkan) “Salam sejahtera karena kesabaran kamu”,
maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)
Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah.
Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di
waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup
sebagai hamba dan rela menerima apa saja qadha dan qadar Allah tanpa
mempertanyakan lagi atau resah gelisah.
Sifat-sifat dari hati (qalbu) antara lain:
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa
Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan
lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada
kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab
itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut
dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan
maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di
depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan
kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak
sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima
amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan
redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya
yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran
Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu
adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa
takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang
diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa
tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena
merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa
lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia
adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak
baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang
menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa
dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak
akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama
sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan
kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa
tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa
sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam
setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada
Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang
itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan
dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu
adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan
tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau
kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak
memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada
yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa
kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia
merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya
dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya’.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak
di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga
atau Neraka
Sumber: ahmedelkariem.blogspot.com
Posting Komentar
Posting Komentar