Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Shalat Tarawih merupakan salah satu dari sekian banyak syi’ar Islam di bulan suci yang penuh barakah yang diagungkan oleh kaum muslimin dan memiliki nilai tambah berupa pahala dari Allah SWT. Nabi kita Muhammad SAW., para sahabat dan para tabi’in selalu mengamalkan secara muwadzabah (terus menerus) setiap malam di bulan ang suci ini. Demikian pula kaum muslimin di seluruh belahan dunia sampai zaman kita sekarang.

Pengertian Shalat Tarawih
Shalat Tarawih adalah shalat malam yang dikerjakan pada bulan suci Ramadlan sesudah mengerjakan shalat Isya’ dan sebelum witir.

Hukum Shalat Tarawih
Hukum shalat Tarawih adalah sunnah Muakkadah, Berdasarkan hadits Nabi :
من قام رمضا إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. [رواه البخاري]
Artinya :
“Barang siapa yang melakukan ibadah di bulan Ramadlan (shalat tarawih) hanya karena iman kepada Allah dan mencari keridlaanNya, maka diampuni dosa-dosa yang lewat”. (HR. Bukhari)

Bilangan Rakaat Shalat Tarawih
Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan tentang bilangan rakaat shalat Tarawih, antara lain :
a.    Hadits riwayat Ibnu Abbas :
عن ابن عباس رضي الله عنهما كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي في رمضان في غير جماعة بعشرين ركعة والوتر
Artinya :
“Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata : Rasulullah SAW. shalat pada bulan Ramadlan tanpa berjama’ah 20 rakaat dan witir”. (HR. Ibnu Abi Syaiban dan Baihaqi)

b.    Hadits riwayat Yazid bin Ruman
عن يزيد بن رومان قال : كان الناس يقومون في زمن عمر رضي الله عنه بثلاث وعشرين ركعة. [رواه مالك في الموطأ]
Artinya :
“Orang-orang di zaman Umar ra. melakukan shalat malam 23 rakaat (20 Tarawih, 3 Witir)”. (HR. Malik dalam kitab Muwattho’)

c.    Hadits riwayat Siti A’isyah ra. :
روي عن عائشة رضي الله عنها قالت : ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان وغيره على إحدى عشرة ركعة. [رواه البخاري]
d.   Hadits riwayat Jabir
صلى بنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان ثمان ركعات ثم أوتر. [رواه ابن حبان]
Artinya :
“Rasulullah SAW. melakukan shalat bersama kita (para sahabat) pada bulan Ramadlan delapan rakaat. Kemudian melakukan witir”. (HR. Ibnu Hibban)
Karena beberapa hadits tersebut satu sama lain saling bertentangan, maka kita kembali pada Ushul Fiqih :
إذا تعارضت الأدلة تساقطت ووجبت العدول إلى غيرها.
Artinya :
“Apabila beberapa dalil itu bertentangan, maka semua saling menggugurkan dan wajib pindah pada dalil lainnya”.
Oleh karena itu, mengenai bilangan rakaat shalat tarawih ini para ulama madzhab pindah pada pedoman/dalil yang kongkrit yaitu ijma’ pada sahabat pada zaman Sayyidina Umar ra. yakni melaksanakan Tarawih 20 rakaat. Sebagaimana tersebut dalam kitab Muwattho’.

Cara Melakukan Shalat Tarawih
a.    Setiap dua rakaat salam (20 rakaat 10 kali salaman).
b.    Lebih afdlol dilakukan dengan berjamaah. Imam Bukhari meriwayatkan :
عن عبد الرحمن بن عبد القاري قال : خرجت مع عمر بن الخطاب ليلة في رمضان فإذا الناس أوزاع متفرقون يصلي الرجل لنفسه ويصلي الرجل فيصلي بصلاته الرهط. فقال عمر : إني أري لو جمعت هؤلاء على قارئ واحد لكان أمثل، ثم عزم فجمعهم على أبي بن كعب. [رواه البخاري]
Artinya:
“Abdur Rahman bin Abdul Qori berkata : pada suatu malam di bulan Ramadlan saya keluar bersama Umar bin Khatthab dan orang-orang terbagi berkelompok-kelompok, ada yang shalat sendiri dan ada yang diikuti sekelompok orang. Lalu sahabat Umar berkata : “Sesungguhnya saya berpendapat, jika mereka dikumpulkan menjadi satu (untuk berjamaah shalat Tarawih) dengan diimami oleh seseorang yang bagus bacaan Al-Qur’annya, tentu hal itu lebih utama”. Kemudian beliau dengan tekad yang man tap mengumpulkan mereka dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab”. (HR. Bukhari)
c.    Diakhiri dengan shalat Witir 3 rakaat dengan terpisah, yakni 2 kali salam. Dalam kitab Majmu’ juz IV halaman 18 diterangkan:
الصحيح أن الأفضل أن يصليها مفصولة بتسليمتين لكثرة الاحاديث ولكثرة العبادات. إهـ [المجموع 4/18]
Artinya :
“Menurut pendapat yang shahih bahwa yang paling utama yaitu seseorang melakukan shalat witir dengan dipisah dua kali salam, karena banyak hadits yang meriwayatkan hal itu, dan lagi karena bertambah banyaknyaamalan dalam beribadah”.
Pada akhir pembahasan ini, penulis ingin menyampaikan dua catatan penting untuk para warga Nahdliyyin :
1.    Kutipan fatwa Syaikh Muhammad Ali as-Shobuni maha guru fakultas Syari’ah di Makkah al-Mukarramah yang ditulis dalam risalahnya yang berjudul الهدي النبوي الصحيح في صلاة التراويح pada awal Sya’ban 1403 H. :
وبعد، فإن ما يفعله المسلمون اليوم في مشارق الأرض ومغاربها من صلاة التراويح عشرين ركعة هو الحق الذي دلت عليه النصوص الكريمة، وهو الذي درج عليه السلف الصالح وأجمع عليه الأئمة الأعلام، والذي اتفقت عليه الأمة الإسلامية من خلافة عمر الفاروق رضي الله عنه إلى زماننا هذا. وصلاة التراويح عشرين ركعةهو ما يتفق مع هدي النبوة ولا يخالف السنة النبوية الشريفة لأنه اتباع لأمر الرسول صلى الله عليه وسلم، فعليكم بسنة وسنة الخلفاء الراشدين المهدين.
Artinya :
“Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh kaum muslimin pada saat ini baik di belahan bumi bagian timur atau barat, yang berupa shalat tarawih dua puluh rakaat adalah yang benar sesuai dengan yang ditunjukkan oleh teks-teks dalil yang mulia dan dilakukan oleh ulama salaf yang shalih serta disepakati oleh para Imam yang tinggi ilmunya dan diseutujui oleh seluruh ummat Islam sejak zaman Khalifah Umar al-Faruq sampai dengan zaman kita sekarang ini. Shalat Tarawih 20 rakaat merupakan suatu hal yang sesuai dengan petunjuk Nabi dan tidak bertentangan dengan sunnah Nabi yang mulia, karena telah ittiba’/mengikuti perintah Rasulullah SAW. berpegangteguhlah kamu dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk”.
2.    Sangat disayangkan amaliyah kebanyakan imam shalat tarawih dari kalangan warga Nahdliyyin yaitu di satu sisi mereka berupaya mengamalkan shalat tarawih yang sesuai dengan sunnah (20 rakaat), akan tetapi di sisi lain mereka tidak merasa terjebak dalam tindakan BID’AH selama sebulan penuh, yaitu melakukan shalat tarawih dengan gaya super cepat, sehingga diindikasikan tidak ada sikap khusyu’ atau thuma’ninah dalam shalatnya. Maka dari itu penulis yang dla’if dan awam ini kalau boleh ngaturi pengemut kepada sesama warga dengan menyontek (jawa: ngrepek) dari fatwa dua orang ulama yang alim di bidang ilmu fiqih :
a.    Syaikh Nawawi Banten dalam kitabnya Kasyifatus Saja hal 74 menulis :
والمكروهات في الصلاة اثنان وعشرون، أحدها جعل يديه في كمية ..... إلى أن قال : وسادسها إسراع في الصلاة أي عدم التأني في أفعالها وأقوالها. إهـ
“Hal-hal yang hukumny makruh di dalam shalat itu ada 22, yang pertama, memasukkan kedua belah tangannya ke dalam lengan baju ..... sampi kata-kata kyai mushannif : yang keenam, melakukan shalat dengan cepat yakni tidak adanya sikap perlahan-lahan dalam perbuatan dan ucapan sewaktu shalat”.
b.    Syaikh Abdur Rahma Ba Alawi dalam kitabnya Bughyatul Mustarsyidin hal 61 memberi penjelasan :
وأما التخفيق المفرط في صلاة التراويح فمن البدع الفاشية لجهل الأئمة وتكاسلهم. ومقتضى عبارة التحفة أن الانفراد في هذه الحالة أفضل من الجماعة. إن علم المأموم أو ظن أن الإمام لايتم بعض الأركان لم يصح الاقتداء به أصلا. اهـ
Artinya :
“Mempercepat shalat Tarawih sampai keterlaluan itu termasuk salah atu tindakan bid’ah yang sudah tersebar di mana-mana. Hal itu terjadi karena faktor bodohnya para imam shalat dan wujud kemalsan mereka dalam beribadah. Isi ta’bir kitab Tuhfah : bahwa melaksanakan shalat tarawih sendirian dengan sikap khusyu’ dan tuma’ninah itu lebih afdlol dari pada berjamaah/mengikuti seorang imam yang shalatnya serba cepat. Apabila makmum yakin atau menduga bahwa sang imam tidak menyempurnakan sebagian rukun shalat, maka jamaahnya sama sekali tidak sah”.
Dari ta’bir yang ada dalam kitab tersebut, warga kita tentunya bisa memahami
1.    Shalat model gaya cepat itu hukumnya MAKRUH apabila sang imam dan para jamaah melaksanakan semua rukun shalat dengan sempurna;
2.    Apabila diyakini/diduga bahwa sang imam dan para jamaahnya tidak menyempurnakan salah satu rukun shalat, maka shalatnya tidak sah;
3.    Lebih baik shalat TARAWIH sendirian dengan sikap khusyu’ dan tuma’ninah dari pada berjamaah/mengikuti imam yang shalatnya SUPER CEPAT.

Sumber: ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com

Posting Komentar

 
Top