(Pangersa Abah Anom Ra) |
(Dari Status Ustadz Yefi Mieftah di Facebook Dokumen Pemuda TQN
Suryalaya)
Dalam
kesempatan sekarang ini kami akan mencoba menyampaikan materi pokok bahasan
Mahabbah/Cinta, mengandung maksud menyatakan rasa cinta kepada Al-Khaliq.
Dalam
hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 165 ; artinya:
“Orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah SWT”
Pengertian
ayat tersebut diatas bahwa bukan berarti meniadakan cinta kepada makhluk,
tetapi cintanya itu terus terarah hingga menembus sampai kepada Al-Khaliq, dan
bahwa cinta kepada yang lain itu selalu dibawah naungan cinta kepada Allah Yang
Maha Pencipta.
Seorang
yang telah dikaruniai Allah rasa mahabbah kepada-NYA tentu juga akan mencintai
dan menyayangi kepada ciptaanNYA, antara lain cinta Tanah Air, sehingga segala
keadaannya menjadi terpelihara, teratur, terbina, tertib dan rapih sebagaimana
yang diharapkan. Sebaliknya belum tentu seseorang yang mencurahkan rasa
cintanya kepada makhluk semata, akan bisa sampai cintanya kepada Al-Khaliq.
Sesungguhnya
mahabbah kepada Allah SWT adalah merupakan jembatan emas untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Oleh karena itu orang-orang mukmin yang muttaqin
terus berupaya untuk meningkatkan rasa cinta (mahabbah) kepada Allah SWT, dalam
rangka memperoleh kebahagiaan didunia dan di akhirat kelak.
Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 64:
Artinya
: “Bagi merekalah segala kebahagiaan dalam penghidupan dunia dan akhirat”.
Kemudian
firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 14:
Artinya:”Manusia-manusia
dihiasi rasa cinta serta keinginan diantaranya ; cinta kepada istri,kepada
anak-anak dan kepada kekayaan yang berlimpah-limpah dari emas dan perak, juga
kuda-kuda yang bagus dan binatang ternak lainnya. Demikian juga kepada sawah
dan ladang dan kebun-kebun . Itulah kesenangan untuk hidup didunia. Dan kepada
Allah itu sebaik-baik tempat kembali”
Pengertian
ayat tersebut diatas, ialah janganlah kalah kadar cintanya kepada Allah SWT,
dari cintanya kepada makhluk, sehingga Allah berfirman dalam ayat berikutnya
dalam surat Al-Fajr ayat 20:
Artinya:”Dan
kamu itu hanya mencintai kepada kekayaan saja”
Pengertian
ayat tersebut diatas ialah bahwa semua (dunia dan akhirat) sebagai anugrah dari
Allah SWT, yang diperuntukkan bagi manusia, akan tetapi manusianya sendiri
karena lemah imannya sehingga terlibat hanya mencintai dunia. Oleh karena itu
orang yang demikian diancam dalam Al-Qur’an surat At-Taubat ayat 20:
Artinya:”Katakanlah
kepada mereka, jadi apabila Bapak-bapakmu, anak-anakmu, istri-istrimu,
keluargamu, harta bendamu yang kamu dapati, dan perniagaan yang kamu takut rugi
dan tempat-tempat tinggal(rumah) yang selalu kamu senangi melebihi cintamu
kepada semuanya dari pada cintanya kepada Allah SWT, dan Rosulnya, serta
jihad/berjuang di jalan NYA. Maka tunggulah olehmu sampai Allah SWT,
mendatangkan azab-NYA, karena Allah SWT, tidak akan member petunjuk kepada
orang fasik(melewati batas)”.
Pengertian
ayat tersebut ialah: bahwa kita harus mengupayakan agar cintanya kepada Allah
SWT. Jangan terkalahkan oleh cintanya kepada yang lain, yang mana Allah SWT
member petunjuk dalam firmanNYA agar umat manusia mengikuti jejak Nabi-NYA.
Sebagaimana
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 30:
Artinya
:”Katakan oleh mu Muhammad, jika kamu benar-benar cinta kepada Allah, hendaklah
ikuti Aku, niscaya Allah menyatakan kasih sayangNYA kepadamu, juga diampuni
segala dosa-dosamu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pengertian
ayat tersebut diatas ialah bahwa kewajiban kita semua mengikuti (menteladani)
jejak langkah Nabi yang selalu menjadi panutan dan merupakan standar kita semua
yang membawakan dan menyampaikan wahyu Illahi kepada ummat seluruhnya oleh kita
semua, sehingga akan menyelamatkan di dunia dan di akhirat kelak.
Dan
ajaran Al-Qur’an mencakup zahir bathin, sebagaimana sabda Nabi:
Artinya:”Sesungguhnya
petunjuk Al-Qur’an itu meliputi zahir dan bathin”.
Kemudian
sebagian isinya untuk mengatur Hablumminallah(hubungan dengan Allah) dan juga
mengatur Hablumminannaas(hubungan dengan sesame manusia) dengan segala
cara-caranya.
Orang
yang beriman yang mengikuti Nabinya, baik dalam mengatur Hablumminallah maupun
dalam mengatur Hablumminannas, memiliki rasa cinta/mahabbah kepada Allah, sebab
rasa cinta/mahabbah kepada Allah itu bisa menimbulkan dan menumbuhkan keinsafan
ber-amal ibadah dengan rasa ikhlas, baik itu melakukan amal ibadah wajib,
seperti sholat lima waktu, puasa, zakat dan lain-lain, maupun ibadah sunnat,
demikian juga akan timbul semangat tolong menolong dengan sesame manusia,
seperti memberikan jariyah, sodaqoh dan amal ibadah lainnya serta bakti sosial
lainnya.
Untuk
memiliki rasa cinta/mahabbah kepada Allah, Nabi Muhammad pernah menunjukkan
kepada Sayyidina Ali ra.
Artinya:”Ciri
– ciri cinta kepada Allah terlebih dahulu cinta dzikir kepadaNYA, dan
sebaliknya, cirri-ciri membangkang kepada Allah, enggan dzikir kepadaNYA”.
Semoga kita semua termasuk insane yang cinta dzikir kepada Allah agar
senantiasa memperoleh rasa mahabbah/cinta kepadaNYA.
Jadi
jelas dan yakin sekali bahwa dzikir itu adalah alat/jalan untuk mencapai
mahabbah/cinta kepada Allah; sedang cinta itu menempati diujung perasaan, oleh
karena itu para Ulama Thoreqat senantiasa menjeritkan hati memohon dan berdo’a
kepada Allah agar dapat mahabbah kepadaNYA. Dengan mengamalkan dzikir agar
terarah dan terbina rasanya.
Adapun
dalam mengamalkan dzikirnya ada yang menggunakan cara/thoreqat, diantaranya
melaui Thoreqat Qoodiriyah Naqsyabandiyyah, yang mengamalkan dzikirnya selain
diucapkan dengan bibirnya, juga diisikan didalam ingattannya, sehingga
memperoleh kemantapan dan rasa meresap kedalam latifah-latifahnya.
Latifah-latifah
itu menurut Ulama Tassawuf adalah anggota manusia yang halus, artinya yang
tidak bisa diraba dan dilihat, banyaknya 7 sampai 10 macam, yang disebut oleh
Imam Al-Ghazali, HAKIKAT INSAN juga tempat jumpanya ma’rifat kepada Allah dan
juga wadahnya NUR ILLAHI, sehingga disitulah dianugrahi Mukasyafah dan
Musyahadah.
Ulama
Tasawwuf lainnya menjelaskan bahwa latifah itu adalah merupakan proses untuk
meningkatkan iman manusia. Uraian Latifah tersebut erat sekali hubungannya
dengan hadist Qudsi yang tertulis dalam makalah Bapak Prof. Dr. H.A.Sanusi.
Artinya:
“Firman Allah, AKU jadikan pada anak Adam(manusia) itu ada istana, disitu ada
dada, didalam dada itu ada qalbu(tempat bolak balik ingatan), didalamnya lagi
ada fuad(jujur ingatannya), didalamnya pula adasyagof(kerinduan),juga
didalamnya ada lubbun(merasa terlalu rindu), dan didalamnya ada sirrun(merasa
mesra) didalam itulah ada AKU”
Kemudian
diterangkan pula dalam hadist lainnya, yang erat hubungannya dengan hadist
qudsi tersebut diatas, sebagai berikut:
Artinya:”Manusia
itu rasa KU, dan AKU dirasakan manusia”.
Uraian
hadist tersebut menunjukkan bahwa manusia harus melakukan ibadah kepada Allah
SWT, dengan keadaan lurus dan terarah sehingga tembus dari mulai kulit sampai
isi. Jadi bukan hanya kulitnya saja yang disebut yang disebut sadrun/dada jasmani
manusia semata, dan begitu juga bukan hanya isinya saja yang disebut
sirrun/rasa, tetapi kedua-duanya harus dihadapkan kepada Allah SWT baik diwaktu
Hablumminalloh maupun di waktu Hablumminannaas agar lebih lengkap dan sempurna.
Sesuai
dengan ucapan Ulama Tasawwuf Syekh Zainuddin bin Ali Al Malibari dalam kitabnya
Al Azkiya:
Artinya;”Melakukan
syari’at tanpa hakikat adalah kosong tidak berisi, sebaliknya melakukan hakikat
tanpa syri’at adalah bathal”
Demikian
juga ucapan Imam Al Ghazali ;”bahwa ilmunya pun harus lengkap”.
Artinya:”
Siapa orang yang berfiqih saja tanpa tasawwuf adalah fasik, sebaliknya
orang-orang bertasawwuf tanpa fiqih adalah zindik, dan siapa orang yang
berfiqih dan bertasawwuf maka sesungguhnya adalah benar”.
Jadi
untuk itu, demi kesempurnaan mengabdi kepada Allah SWT, agar kedua-duanya
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Demikian
seseorang Mukmin yang Muttaqien melaksanakan isi Al-Qur’an, sebagaimana sabda
Nabi:
Artinya:”
Sesungguhnya petunjuk Al-Qur’an itu meliputi zahir bathin”.
Sebagaimana
diuraikan didalam hadist qudsi tersebut diatas, bahwa di dalam dada ada lima
rongga, yaitu Kalbu,Fuad,Syagof,Lubbun dan Sirrun, yang kesemuanya it uterus
menerus dilintasi oleh godaan syetan dan bujukan nafsu.
Oleh
karena itu manusia yang mengharapkan kebahagian dan kesejahteraan lahir bathin
harus sanggup dan terus berusaha untuk membendung godaan-godaan syetan dan
bujukan nafsu dalam rangka mewujudkan dan mengokohkan ibadah kepada Allah SWT,
pada khususnya dan beramal baik dengan sesame manusia pada umumnya.
Dalam
hal ini, didalam ilmu tasawwuf yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist
harus benar-benar menggunakan thoreqat atau metode, agar berhasil dengan baik
dan tepat mengenai sasaran, apakah itu yang diucapkan dan dilakukan(amalan
badan jasmani), demikian juga yang diingatkan yang dimulai dari qolbun sampai
ketingkat sirrun (amalan badan ruhani).
Didalam
rasa mesra itulah tempat wusulnya manusia kepada Allah, disitulah tempat rasa
syukur manusia atas nikmat yang diperoleh dari Allah Yang Maha Pengasih, disitu
pulalah tempat sabarnya manusia terhadap musibah dari Allah SWT.
Juga
disitulah tempat rasa kasih sayang dan tolong menolong serta rasa maaf me
maafkan dengan sesama manusia, dan disitulah tempat rasa Mahabbah kepada Allah
Yang Maha Kuasa, dan disitulah tempat terbukanya hijab antara abid dengan
ma’bud dan disitu juga adanya rasa setia, patuh dan rela mengamalkan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT, dan rela menjauhi apa-apa yang
dilarangnya(taqwa).
Jadi
kesimpulannya bahwa eseorang Mukmin yang Muttaqien telah terisi rasa cintanya
merembes mengalir pada gerak kegiatannya, baik zahir maupun bathinnya selalu
dipersembahkan serta diserahkan sepenuhnya kepada Allah Jalla Jalaahu.
Hal ini
sebagaimana sebuah ayat Allah yang selalu kit abaca setiap melaksanakan sholat
fardlu maupun sholat sunnat dalam do’a iftitah.
Artinya:”Sesungguhnya
sholatku,ibadatku, hidup dan kehidupanku, serta matiku, kami serahkan semuanya
kepada Allah SWT”.
Demikianlah
sekedar uraian yang dapat kami sampaikan, semoga semua penjelesan-penjelasan
ini ada manfaatnya bagi kita semua. Aamiin.
Posting Komentar
Posting Komentar