Menu

TQN PP.Suryalaya

 

Manakib di Pesantren Suryalaya.


Oleh:Ajengan KH.Sandisi :Ada dua musuh yang akan menjerumuskan kita supaya tidak taat kepada Allah, melanggar perintahnya dan melakukan apa yang dilarangnya. Yang pertama; musuh dari luar yaitu syetan dan yang kedua, musuh dari dalam yaitu berupa hawa nafsu yang ada dalam diri kita pribadi. Salah satu ayat dalam al-Qur'an menyatakan : "...Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu". (QS. Yaasiin : 60). Bersyukur kita, karena pada saat ini kita telah mampu melaksanakan perintah Allah yaitu shalat Subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan dzikir, mendengarkan kuliah subuh dan melaksanakan ibadah Shaum. Nabi bersabda : "A'daa a'daauka nafsukallati baina jambaika". Ketahuilah bahwa musuhmu adalah nafsu yang telah berada dalam dirimu. Dari kedua macam musuh ini, musuh dari dalam yaitu hawa nafsu jauh lebih berat dan paling berbahaya daripada syetan. Kita bisa lihat di bulan Ramadhan ini, bahwasanya syetan-syetan dibelenggu, tapi masih banyak kita saksikan orang-orang tidak berpuasa dan melakukan kemaksiatan.

Alhamdulillah, kita telah dibekali oleh Guru Mursyid dengan dua macam dzikrullah yaitu dzikir Jahar untuk membentengi diri kita dari godaan syetan dan Dzikir Khofi untuk membentengi diri kita dari bujukan nafsu. Oleh karena itu, puasa yang sedang kita laksanakan sekarang jangan hanya sebatas puasa syariat saja yaitu menahan diri dari tidak makan dan minum dan melakukan hubungan suami istri serta hal-hal yang membetalkan dari puasa dari terbit fajar hingga maghrib, waktunya hanya setahun sekali yaitu selama bulan Ramadhan. Tapi tingkatkanlah menjadi puasa tharekat yaitu menjaga diri semua anggota badan kita (Penglihatan, pendengaran, ucapan dan lain-lain) supaya tidak berbuat maksiat dimana waktunya adalah selama hayat masih dikandung badan. Salah satu yang harus kita latih untuk berpuasa adalah lisan kita supaya tidak berbohong, memfitnah, menggunjing dan sebagainya. Pada waktu shalat Jum'at kita dilatih untuk berpuasa lisan, tidak berbicara ketika Khatib sudah naik ke mimbar. Dalam al-Qur'an kita bisa membaca kisah Siti Maryam ketika mengandung Nabi Isa As. Siti Maryam tidak berbicara kepada manusia atas perintah Allah hingga kemudian Nabi Isa As. yang masih bayi menjawab dan memberi keterangan tentang kesucian ibunya dan kehadirannya di muka bumi ini.

Seperti ada pepatah yang mengatakan berbicara itu perak dan diam adalah emas. Jika diam kita adalah emas itu karena lisan kita tidak berbicara tetapi hati terus berdzikir/ mengingat Allah. Dengan diam ini, diharapkan tidak terjadi persengketaan antara kita karena kesalahan lisan. Seperti konflik yang terjadi di dalam rumah tangga diakibatkan karena suami dan istri sama-sama tidak mau kalah, tidak mau menahan lisannya karena ingin menang sendiri. Itulah salah satu hikmah dari puasa tidak berbicara. Selain lisan, kita juga harus menjaga pendengaran kita supaya tidak mendengarkan dari hal-hal yang tidak ada gunanya malahan akan mengurangi nilai puasa kita karena ada unsur maksiatnya. Seterusnya yaitu penglihatan kita jangan melihat hal-hal yang berada diluar batas kemampuan kita. Seperti ibu-ibu, harus menjaga penglihatannya ketika jalan-jalan di mall atau tempat perbelanjaan. Jangan sampai menginginkan hal-hal yang berada jauh diluar kemampuan suaminya. Dari semua itu, puasa tidak lain bertujuan untuk menjadikan manusia yang bertaqwa. Pusa romadhon, puasa penglihatan, puasa pendengaran dan berpuasa hati dimana tidak ingat kecuali hanya kepada Allah merupakan perwujudan syukur kepada Allah.

Dari Status Di Facebook Pemuda TQN Suryalaya 
Khidmat Manakib Oktober 2006

(Sumber:www.suryalaya.org)



Posting Komentar

 
Top