1.Pendahuluan
Inti metode dan teknik terapi
spiritual yang digunakan di Inabah dalam menyembuhkan orang yang ketergantungan
NAPZA dan stress merujuk pada konsep metode penyadaran diri, dalam arti
menanamkan kesadaran akan hubungan seorang hamba dengan Penciptannya.
Penyadaran diri dari kelalaian manusia terhadap hakekat diri dan Tuhannya,
penyadaran diri dari kelalaian terhadap hakekat serta tujuan hidupnya; darimana
ia berasal, untuk apa ia hidup, dan akan kemana kembalinya.
Mengapa penyadaran tersebut sangat
penting? Akibat kelalaian manusia akan hakekat diri dan Tuhannya ini, banyak
manusia tersesat dalam perjalanan hidupnya dan tidak mampu menjalani hidup
dengan bahagia. Tujuan penerapan metode Inabah yang utama adalah agar Anak Bina
dikembalikan kesadarannya agar tidak lupa kepada hakekat diri dan Tuhannya
serta memiliki arah hidup yang jelas dan mampu mengembalikan diri ke jalan yang
benar serta diridhai Allah. Berbagai hasil penelitian yang pernah dilakukan,
diantaranya oleh Emo Kastama Abdulkadir (1994) menyimpulkan bahwa metode Inabah
cukup efektif dan efisien dalam proses penyembuhan orang yang ketergantungan
obat-obat terlarang dengan tingkat keberhasilan mencapai 80% hingga 92%.
Penelitian lainpun telah membuktikan bahwa jangka waktu pembinaan (terapi) di
Inabah memiliki relevansi yang positif dengan penurunan gejala- gejala keluhan
fisik maupun psikosomatis.
Proses penyadaran yang digunakan
dalam metode Inabah ini diistilahkan dalam Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah
(TQN) sebagai tazkiyatun nafsi atau pembersihan jiwa dari berbagai penyakit
atau kotoran hati, seperti: kikir, ambisius, iri hati, bodoh, hedonistik, dan
berbagai akhlak tercela lainnya. Berbagai akhlak tercela tersebut merupakan
sumber kerusakan moral dan pribadi seseorang, yang pada gilirannya dapat
merusak jiwa (psike), bahkan fisik seorang manusia (soma), sehingga muncul
istilah penyakit psikosomatis. Tepatlah isyarat yang telah ditegaskan oleh
Rasulullah saw bahwa antara jiwa dan raga (fisik) mempunyai keterkaitan yang
erat dalam mewujudkan kesehatan seorang manusia. Bunyi hadits tersebut sangat
terkenal dan sering dibacakan oleh para Kyai sebagai berikut :
ألا إن فى الجسد مضغة فإن صلحت صلح الجسد كله وإن فسدت فسد الجسد كله , ألا وهى القلب
Artinya: Sesungguhnya di dalam jasad
manusia itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh
jasadnya. Sebaliknya jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya.
Ingatlah segumpal daging itu adalah Qolbu (hati)”.
Metode penyadaran diri dalam TQN
menggunakan pendekatan sufistik dengan cara mendekatkan diri kepada Allah,
memperbanyak ibadah kepada-Nya, dan mengisi sebanyak mungkin alam kesadaran
manusia dengan nama Allah, serta menjauhkan diri dari dorongan dan kecendrungan
jiwa rendah. Kecendrungan jiwa- jiwa rendah (nafsu amarah dan nafsu lawwamah)
yang bersifat materialistic, dan hedonistic, dibersihkan dalam upaya penyadaran
diri sehingga pengaruhnya mampu diatasi. Nafsu amarah memiliki gejala- gejala
negative berupa kikir, ambisius, dengki, keras kepala, hedonistic, sombong, dan
pemarah. Sedangkan nafsu lawwamah memiliki Sembilan macam gejala, yaitu: suka
mencela, suka menuruti hawa nafsu, merekayasa, bangga kepada diri sendiri, suka
menggunjing, tidak bisa berbuat adil, pembohong, dan suka lupa kepada Allah.
TQN mengajarkan prinsip- prinsip hidup yang menekankan pada kestabilan jiwa
seperti: tahan menghadapi problema hidup (sabar), mengakui dan berterima kasih
atas jasa pihak lain (syukur), menerima kenyataan hidup dengan penuh kesadaran
(qanaah), rela atas ketetapan Yang Maha Kuasa (ridha), menyerahkan segala hasil
usaha kepada Yang Maha Kuasa (tawakkal), dan lain- lainnya. Sikap mental
sufistik tersebut merupakan prasyarat bagi seseorang untuk merasakan
kebahagiaan yang sesungguhnya, baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan
akherat.
Filosofi atas sistem kerja metode ini
adalah bahwa unsur- unsur pikiran, yang terdiri dari tangkapan panca indera
semata- mata (materialistik) akan selalu disertai oleh daya- daya nafsu (jiwa)
tercela kita, yaitu egocentros polemos dan eros, atau ghadlab dan syahwat, yang
apabila dihambat dapat menjadi sumber penyakit- penyakit psikologis dan psikomatif.
Padahal kemungkinan timbulnya penghambatan impuls urat syaraf yang mengalir ke
dalam otak adalah sangat besar, dikarenakan setiap tuntutan yang didorong nafsu
tidak semuanya terpenuhi. Tidak terpenuhinya keinginan- keinginan tersebut akan
menimbulkan ketegangan dan tekanan batin atau ketidakharmonisan psikologis.
Satu - satunya jalan impuls urat
syaraf yang tidak mudah dihambat adalah apabila pikiran ditingkatkan ke arah
alam abstrak melalui badan pikiran (corpus mentalis) menuju ke budhi dan terus
ke Tuhan. Adapun pikiran yang tidak mudah dihambat oleh keterbatasan dirinya
adalah pikiran yang dikuasai oleh nafsu terpuji, yaitu kecendrungan religius
atau nafsu muthmainnah. Inilah target psikoterapi sufistik yang dikembangkan
oleh TQN PP.Suryalaya dengan metode Inabahnya.
Sebagai sebuah metode terapi
penyadaran diri, Inabah mempunyai beberapa komponen yang saling terkait satu
sama lainnya dan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan anak bina.
Komponen- komponen tersebut adalah :
a.Mursyid atau Syeikh, yaitu pemimpin
atau guru besar dalam sebuah tarekat. Seorang Mursyid dalam sebuah tarekat
adalah segalanya dan penentu semua aktivitas ketarekatan atau aktivitas
kesufian para muridnya. Bahkan seorang murid dalam tarekat dihadapan Mursyidnya
ibarat seorang mayat dihadapan orang yang memandikannya. Dalam proses terapinya
peranan seorang Mursyid merupakan seorang profesional (terapis) yang
berhubungan dengan anak bina melalui komunikasi verbal dan non verbal serta
berusaha menghilangkan gangguan emosional, mengubah gangguan perilaku, dan
memupuk perkembangan kepribadian yang baik dengan prinsip- prinsip ajaran
Tasawuf Islam. Selanjutnya Mursyid mengajak dialog dan mendengarkan keluhan
anak bina dengan penuh empati sebagai upaya memahami kondisi kejiwaannya dan
memahami sejauhmana ia telah tersesat jalan. Dilanjutkan dengan memberikan
penjelasan tentang prinsip hidup Islami dalam pemahaman tasawuf dan memberikan
pelajaran (talqin) dzikir.
b.Para Pembina, yaitu pelaksana
operasional yang membina sehari- hari di pondok- pondok remaja Inabah yang
secara konsisten dan kontinyu membimbing selama 24 jam di pondok bina.
c.Kurikulum, maksudnya berupa
berbagai kegiatan yang berupa aktivitas ibadah yang harus dilaksanakan oleh
setiap anak bina selama menjalani masa penyembuhan, baik berupa ibadah- ibadah
wajib, sunat, mandi taubat, dzikir, khotaman, manakiban, dan lainnya.
d.Sarana prasarana sebagai komponen
penunjang yang sangat penting dalam mengkondisikan para anak bina agar dapat
lebih mudah untuk melupakan berbagai permasalahan jiwanya, atau melupakan
berbagai kebiasaan jelek yang merusak jiwanya. Sarana dan prasarana ini
mencakup pemondokan, tempat tinggal pembina, mesjid, ketersediaan air, dan
sebagainya.
e.Anak Bina atau pasien yang akan
menjalani terapi. Dalam proses terapinya para anak bina ini bertindak sebagai
murid yang mengamalkan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya. Mereka
datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dan meminta untuk dibimbing ke Sesepuh
melalui Bidang Inabah Yayasan Serba Bakti Pusat. Untuk itu target terapi tidak
sebatas hanya sembuh secara medis atau psikologis pada umumnya, melainkan
diharapkan mampu menjadi manusia yang “arif billahi” atau menjadi manusia yang
ma’rifat kepada Allah Ta’ala, yang mempunyai kepribadian religius dan
transedentalis.
2.Beberapa Teknik yang digunakan di
Inabah
Dalam praktek metode Inabah, teknik
yang digunakan adalah berbagai amaliah yang dilaksanakan dalam Tarekat
Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) pondok Pesantren Suryalaya, yaitu dengan
memperbanyak amaliah sebagai berikut :
a.Mandi Taubat
Mandi taubat adalah amalan yang biasa
dilaksanakan oleh para sufi dan ahli tarekat. Mandi ini dilaksanakan dengan
niat taubat atau menghilangkan berbagai dosa dari seluruh anggota tubuh, mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Caranya dengan mengalirkan air ke seluruh
permukaan tubuh, dari atas ke bawah secara merata, dan dilaksanakan sekitar
pukul: 02.00 dini hari. Ketika sedang menyiramkan air ke sekujur tubuh,
dibacalah doa yang artinya : “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang
diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat."
Mandi taubat sangat ampuh untuk
meningkatkan kesadaran diri (self consciousness) dan penyembuhan dari berbagai
penyakit. Hal ini berdasarkan pemahaman dan interpretasi pada firman Allah yang
artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi”. (Q.S.Al- Nisa: 43).
Dalam ayat lain disebutkan :“
(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan
untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak
kaki(mu)”.(Q.S.Al-Anfal: 11).
Kata kunci dari kedua ayat diatas
adalah “sukara” (mabuk) dan “nu’asa” (mengantuk); kedua keadaan tersebut pada
hakekatnya adalah kelalaian dan kealpaan diri, atau hilangnya kesadaran diri.
Keadaan ini dapat dihilangkan dengan air dan mandi, demikian juga berbagai
kondisi psikologis lain yang diakibatkan adanya pengaruh syeitan, seperti :
lemas, gelisah, susah, stress, dan lainnya. Berbagai keadaan psikologis
tersebut sebagai tanda ketidaksehatan mental sehingga jiwa tidak bahagia akibat
pengaruh bisikan syeitan.
Mandi taubat tersebut dilakukan
layaknya mandi besar, yaitu dengan mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh,
mulai dari ubun- ubun sampai ujung kaki disertai niat bertaubat sebagai
ekspresi dari keinginan untuk membersihkan diri dari dosa anggota tubuh secara
keseluruhan. Dengan demikian mandi taubat dapat dikatakan sebagai taubat dalam
bentuk perilaku atau taubat yang bersifat aktif dan ekspresif.
Selain manfaat psikologis sebagaimana
diterangkan diatas, mandi taubat memiliki manfaat terapi terhadap penyakit atau
gangguan- gangguan biologis (fisik) yang bersifat psikosomatif. Mandi taubat
dipandang sebagai hydrotherapy atau pengobatan dengan memanfaatkan air sebagai
sarananya. Menurut Simon Baruch (1840-1921) seorang doktor Amerika, bahwa air
memang memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, dan
memiliki daya rangsang jika suhu air tidak sama dengan suhu kulit. Sedangkan
menurut Ewalt, pasien yang mengalami delirium alcohol dan yang menunjukkan
keresahan, agitasi, over aktif, kecemasan yang akut dan tumor akibat keracunan
obat- obatan menunjukkan respon yang baik terhadap hydrotherapy.
Mandi taubat selain dengan niat
taubat, juga memiliki nilai meditasi dan sugesti. Ketika dibacakan doa khusus
mandi taubat : “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan
Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat." Maka doa ini akan membuka
secercah harapan untuk mendapatkan lingkungan dan dunia baru yang lebih baik,
suasana dan kondisi yang lebih tercerahkan, sehingga frustasi dan segala bentuk
pelampiasannya akan dapat dicegah laksana pohon kayu yang kini mulai bersemi
kembali. Selanjutnya anak bina diajak untuk melaksanakan shalat berjamaah.
b.Shalat :
Shalat merupakan ibadah mahdhah
(ritual) yang telah baku dalam Islam. Amalan shalat menjadi metode penyadaran
diri yang sangat diutamakan, baik shalat wajib maupun shalat sunat. Khusus
untuk penyembuhan atas ketergantungan narkoba, amalan shalat dikerjakan dengan
peraturan yang sangat ketat. Semua jenis shalat baik yang wajib ataupun yang
sunat yang ditetapkan dalam kurikulum Inabah, diberlakukan sebagai kewajiban
yang harus dilaksanakan bagi seluruh anak bina. Karena diyakini bahwa shalat
ini memiliki daya penyadar yang sangat besar, untuk itu selain shalat wajib
sehari semalam, intensitasnya diperbanyak dengan melaksanakan berbagai shalat
sunat. Dengan demikian dalam sehari semalam, seluruh anak bina melaksanakan
amalan shalat tidak kurang dari 82 rakaat.
Penerapan amalan shalat sebagai salah
satu metode tazkiyatun-nafsi didasarkan pemikiran bahwa shalat mempunyai hikmah
yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang untuk tidak bertindak keji
(perzinahan, perjudian, minum minuman keras dan sejenisnya) dan mungkar ( yaitu
segala macam tindakan yang bersifat deskruktif dan anarkis). Dasarnya firman
Allah dalam surat al-Ankabut: 45 yang artinya:“Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”. Termasuk dalam pelaksanaannya
dilakukan secara berjamaah, didasarkan pada aspek edukatif yang bertujuan
mendapatkan manfaat pembersihan jiwa yang lebih efektif. Sebagaimana keyakinan
akan kebenaran sabda Rasulullah saw yang artinya: “ Barangsiapa shalat empat
puluh hari (berjamaah) dengan tidak ketinggalan takbiratul-ihramnya imam, maka
Allah akan membebaskannya dari dua hal; bebas dari penyakit nifaq
(kemunafikan), dan bebas dari neraka “ (H.R. Abu Na’im).
Disamping dasar pemikiran tersebut,
shalat juga dikerjakan dalam rangka memperbaiki hubungan diri dengan Allah swt.
Karena manusia dimana saja pasti akan tertimpa kenistaan, manakala tidak baik
hubungannya dengan Allah dan tidak baik hubungannya dengan sesama manusia.
Sebagaimana firman Allah yang artinya : “ Mereka diliputi kehinaan di mana saja
mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan”. (Q.S.Ali Imran : 112).
Dari segi tata cara bacaan maupun
gerakannya, shalat akan menuntun orang yang melaksanakannya untuk menyadari
kemahabesaran dan keagungan Allah, dan sekaligus membangkitkan kesadaran akan
kelemahan diri sendiri. Dengan demikian, seseorang yang banyak melakukan shalat
akan menjadi seorang yang transendentalis (orang yang memiliki kesadaran
transcendental) atau dalam istilah tasawuf disebut ma’rifat, yaitu seorang yang
sadar betul akan posisi Tuhannya dan posisi dirinya. Proses perubahan kondisi
psikologis ini disebut individualisasi atau proses penemuan jati diri. Dengan
metode shalat ini, akhirnya seseorang akan malu dan takut untuk berbuat
maksiat, khususnya yang bersifat keji (fahsya) dan anarkis (munkar). Ia juga
akan senantiasa ingat kepada Allah (Dzikrullah), yang pada gilirannya akan terselamatkan
dari godaan iblis yang senantiasa membisikkan dorongan untuk berbuat maksiat
kepada Allah.
Selain manfaat psikologis yang
bersifat terapi, shalat juga mempunyai manfaat somatic atau psikosomatif. Hal
ini disebabkan karena secara mekanis gerakan dalam shalat memiliki aspek
olahraga dan akupuntur yang bersifat terapi. Mulai dari kegiatan pra-shalat,
yaitu wudhu ataupun mandi, dan seluruh gerakan dalam kegiatan shalat. Berwudhu
akan memberikan suasana relaksasi bagi seseorang, disamping gerakannya untuk
menggosok dan mengusap wajah, tangan, dan kaki. Semuanya ini berdasarkan
tinjauan pijak refleksi dan akupuntur sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik.
Karena dengan gosokan itu akan merangsang simpul- simpul syaraf yang ada pada
anggota tubuh yang terkena air wudhu tersebut. Demikian juga halnya gerakan
shalat, mulai dari takbir, berdiri, ruku, sujud, dan duduknya sangat baik untuk
menunjang kesehatan fisik.
Sedangkan bacaan- bacaan yang
bersifat meditative dan doa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa, karena
mengandung kekuatan spiritual atau kekuatan rohaniah yang dapat membangkitkan
rasa percaya diri (self confident) dan optimistis; keduanya sangat penting bagi
penyembuhan suatu penyakit.
c.Dzikir
Dzikir merupakan amaliah pokok dalam
Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) yang mempunyai manfaat sangat besar
dalam upaya pembersihan jiwa. Allah telah berfirman dalam surat ar-Ra’d ayat 28
artinya :” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram”.
Dalam hadits dikatakan tentang
manfaat dzikir ini sebagai berikut :
إن لكل شئ صقالة و إن صقالة القلوب ذكرالله, وما من شئ أنجي من عذاب الله من ذكرالله
Artinya: “ Sesungguhnya bagi setiap
segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan sesungguhnya alat pembersih hati
(jiwa) adalah dzikir kepada allah. Dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat
menyelamatkan dari siksa allah daripada dzikrullah ” (H.R.Baihaqi).
Dengan mengistiqomahkan dzikir jahar
Laa Ilaaha Illallah dan dzikir khofi yang ditalqinkan oleh seorang Mursyid,
maka dzikir ini menunjukkan komitmen seseorang untuk senantiasa menyebut dan
mengingat asma Allah, menanamkan suatu kesadaran bahwa tiada Tuhan selain
Allah. Selain itu akan menjadi autoterapi atas ketergantungan Napza pada
seseorang. Seseorang yang melaksanakan dzikir dengan serius dan istiqomah akan
merasakannya sebagai katarsis (kanalisasi psikologis), bahkan insight. Proses
terjadinya penyadaran dan perubahan kondisi psikologis saat melaksanakan dzikir
dengan penuh khusyu ini akan ditandai dengan kesempurnaan tujuh tingkat
kesadaran atau dikenal dengan tujuh macam nafsu, yaitu :
1.Nafsu Ammarah
2.Nafsu Mulhimah
3.Nafsu Muthmainnah
4.Nafsu Radliyah
5.Nafsu Mardliyah
6.Nafsu Lawwamah
7.Nafsu Kamilah.
Dengan memperbanyak dzikrullah
diharapkan akan memberikan pengalaman psikologis dan spiritual (ahwal) dan pada
waktunya ahwal-ahwal ini menjadi semakin permanen sebagai maqam hasil dari
usaha untuk mempertahankannya. Dzikir merupakan suatu media dalam syariat Allah
dan melaksanakan fungsi- fungsi sosial sebagaimana mestinya dengan penuh
keridloan-Nya.
d.Qiyamul-lail
Qiyamul-lail atau bangun (shalat) di
malam hari adalah salah satu metode pembersihan jiwa.Amalan qiyamul-lail ini
merupakan amalan yang sangat lajim dilakukan para ahli tarekat dan merupakan
amalan sunat yang sangat diistimewakan. Bahkan di jaman Rasulullah saw amalan
suanat ini pernah menjadi amalan wajib, sebagaimana difirmankan Allah dalam
surat al-Mujammil berikut artinya : “1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
3.(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, 4. Atau lebih
dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan,5.
Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat, 6.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan, 7. Sesungguhnya kamu pada siang hari
mempunyai urusan yang panjang (banyak)”.
Pelaksanaan qiyamul-lail ini sangat
ditekankan untuk lebih memberi efek tazkiyatun-nafsi dan berbagai manfaat
psikologis lainnya, apalagi Allah telah menegaskan tentang ganjaran dan keutamaan
qiyamul-lail ini dalam surat al-Isra ayat 79 disebutkan artinya :” Dan pada
sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
Terpuji”.
Demikian pula disebutkan dalam hadits
:
من أخلص ساعة قبل الصبح أربعين ليلا يتبع من قلبه حكمة أي خروج نور من القلب
Artinya : “ Barangsiapa yang
(melakukan amalan) secara ikhlas sebelum shubuh satu jam saja selama empat
puluh malam, maka akan memancar hikmah dari hatinya atau keluar cahaya hatinya
“.
Qiyamul-lail atau bangun di malam
hari untuk bermunajat dan beribadah kepada Allah dengan melakukan shalat atau
amalan-amalan lainnya sangat dianjurkan dalam Islam dan merupakan amalan mulia
yang biasa dilakukan para shalihin. Ketika orang lain terlelap tidur, lalu
bangun malam untuk bermunajat dan beribadah dalam suasana sepi senyap secara
psikologis sangat kondusif dan mampu meningkatkan konsentrasi serta kekhusuan
dalam beribadahnya.
Dalam realisasi qiyamul-lail dengan
metode Inabah ini diisi dengan berbagai amaliah, yaitu: mandi taubat,
shalat-shalat sunat (sekitar 100 rakaat sebagaimana diterangkan dalam
kurikulumnya), dan dzikir yang sebanyak- banyaknya sampai menjelang waktu
shubuh. Seluruh kegiatan qiyamul-lail tersebut dimulai sejak pukul 02.00 sampai
menjelang shubuh. Kegiatan qiyamul-lail ini memiliki aspek olahraga yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan mampu memperlancar peredaran darah.
Khususnya pada gerakan- gerakan dalam shalat dan mandi taubat, didukung dengan
suasana waktu yang mempunyai suhu dan kepekatan udara sedang dalam kondisi yang
paling jernih. Sehingga kecepatan suara batin (menurut perhitungan para ahli
metafisika) paling cepat dan munajat pada waktu itu adalah paling baik dan
paling mudah terkabulkan. Menurut perhitungan Circadian Rhythm (irama biologik
dari komponen biologik dalam tubuh dan berkaitan erat dengan fungsi fisiologis
tubuh), bahwa sekitar pukul.04.00 manusia berada pada titik yang paling lemah
dan paling peka terhadap serangan penyakit dan kematian (M.Sholeh, 2000:117).
Dengan beraktivitas yang teratur pada rentang waktu tersebut akan melatih fisik
memiliki daya tahan yang lebih baik.
e.Puasa
Amalan lain yang tidak kalah penting
dalam proses Inabah ini adalah berpuasa yang merupakan bagian dari Rukun Islam.
Puasa memiliki nilai sangat penting dalam pembersihan jiwa, dikarenakan puasa
(menahan dari makan, minum, dan berhubungan sex) yang disertai niat karena
Allah akan mampu meningkatkan kualitas jiwa dan memperlemah daya nafsu hewani
dan potensi primitif manusia. Puasa baik yang wajib maupun yang sunat mampu
menekan tabiat rendah manusia dan menyehatkan jiwa dan raga.
Dengan memperbanyak puasa, seseorang
akan terlatih secara psikologis untuk berperilaku disiplin dan meningkatkan
kemampuan untuk mengendalikan diri. Puasapun sangat bagus dalam mengasah rasa
kesetiakawanan sosial, karena dengan latihan merasakan lapar dan dahaga akan
menurunkan ambisi, kerakusan, egoistis, dan kepekaan terhadap penderitaan orang
lain. Dengan lemahnya fisik, maka ambisi dan semangat untuk mencapai keinginan
hawa nafsunya akan melemah, dan ia akan lebih banyak merenungkan hakekat hidup
daripada bergerak menuju hawa nafsunya.
Menurut al-Amiri (Abu al-Hasan
Muhammad ibn Yusuf al- Amiri) seorang filosof muslim (wafat tahun 992 M), gerak
dan pemikiran manusia itu dikendalikan oleh tiga tabiat, yaitu: tabiat
kebinatangan, tabiat kemanusiaan, dan tabiat kemalaikatan. Tabiat kebinatangan
seperti: makan, minum, dan sex, kalau dituruti sesuai dengan keinginannya maka
ia akan mengarahkan manusia kearah kehidupan rendah (binatang). Tabiat
kemalaikatan, seperti: rindu dan asyik berdekatan dengan Tuhan akan mengarahkan
manusia pada kehidupan alam atas (alam malaikat). Sedangkan tabiat kemanusiaan
berada di posisi tengah, maka dengan mempersempit ruang gerak tabiat
kebinatangan, manusia akan meningkat kepada tabiat kemalaikatan. Sebaliknya
kalau mengikuti tabiat kebinatangan, maka manusia menurun kepada tabiat
kebinatangannya. Selain itu puasa memiliki berbagai manfaat psikologis lainnya
dan juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh atau psikosomatik, seperti
terciptanya kesehatan dan keseimbangan asam basa lambung, dikarenakan stress,
tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolesterol dan lainnya (Hembing, 1997: 4).
Berbagai amalan diatas merupakan
amalan yang biasa dilakukan dalam keseharian seorang muslim, hanya bedanya
adalah kualitas dan kwantitasnya lebih ditingkatkan dengan panduan langsung
dari seorang Guru Mursyid. Bahkan untuk lebih meningkatkan kualitas tersebut ditambah
dengan berbagai amalan yang selalu dilakukan seorang sufi, seperti: khotaman,
manakiban, ziarah, dan lainnya.
(Sumber tulisan : http://www.inabah.com/2011/07/inabah-sebagai-metode-terapi.html)
Posting Komentar
Posting Komentar