(Khidmat Manakib di PP.Suryalaya thn..2004)
(Oleh : KH. Drs. Arif Ichwanie As.) |
Syaikh Abi Nuwas berkata : "Ya Allah, umurku makin hari bukan makin bertambah tapi makin hari makin berkurang. Akan tetapi dosaku makin hari makin bertambah (dosa kepada Allah, dosa kepada manusia dan lain-lain). Bagaimana aku akan memikul beban ini". Orang yang merasa dirinya memiliki dosa atau kesalahan menandakan bahwa dia adalah seorang yang tawadhu (rendah hati). Sebaliknya orang yang merasa dirinya baik, pintar, kaya dan sebagainya menandakan sebuah kesombongan. Karena itu TQN mengajarkan kepada kita untuk merasarendah, merasa bodoh, merasa miskin, merasa jelek dihadapan Allah Swt.
Sudah saatnya kita untuk mengadakan perenungan terhadap diri kita sendiri. Orang Sunda berkata "Kiwari dimana nya urang asal, kiwari dimana nya urang aya, jeung jaga rek kamana urang rek mulang" (Darimana kita berasal, dimana kita sekarang dan akan kemana kita nanti). Pertanyaan ini harus dijawab oleh diri kita masing-masing sebagai upaya perenungan diri, sehingga kita mengetahui siapa kita sebenarnya yang pada gilirannya nanti seperti apa kata Rasulullah Saw. "Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal siapa Tuhannya". Dzikir Jahar dan dzikir Khofi yang telah kita dapatkan, mengajarkan kepada kita untuk merenungi siapa diri kita dihadapan Allah Swt.
Di dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa hati manusia itu terbagi menjadi 3 golongan.
1. Orang-orang yang hatinya hidup; mereka membawa hati yang selamat ketika menghadap Allah ketika suatu hari harta yang berlimpah dan anak-anak yang kita sayangi tidak dapat membelanya, tidak dapat memberikan manfaat. 2. Orang yang hatinya sakit; Dalam hatinya ada penyakit seperti sombong. Untuk yang satu ini kita perlu menyembuhkannya yaitu dengan dzikrullah. "Setiap segala sesuatu ada alat pembersihnya. Dan alat untuk membersihkan hati adalah dzikrullah. Alhamdulillah kita semua sudah mendapatkannya. 3. Orang yang hatinya mati (tertutup rapat); mereka tidak dapat menerima kebenaran dari siapapun. Oleh karena itu kita perlu terus mengkaji kitab Miftahus-Shudur (Kunci Pembuka Dada) dengan terus mengamalkan dzikrullah, khataman, manaqiban dan amal ibadah yang lainnya. Dengan tekad yang kuat Insya Allah hati kita akan terbuka.
1. Orang-orang yang hatinya hidup; mereka membawa hati yang selamat ketika menghadap Allah ketika suatu hari harta yang berlimpah dan anak-anak yang kita sayangi tidak dapat membelanya, tidak dapat memberikan manfaat. 2. Orang yang hatinya sakit; Dalam hatinya ada penyakit seperti sombong. Untuk yang satu ini kita perlu menyembuhkannya yaitu dengan dzikrullah. "Setiap segala sesuatu ada alat pembersihnya. Dan alat untuk membersihkan hati adalah dzikrullah. Alhamdulillah kita semua sudah mendapatkannya. 3. Orang yang hatinya mati (tertutup rapat); mereka tidak dapat menerima kebenaran dari siapapun. Oleh karena itu kita perlu terus mengkaji kitab Miftahus-Shudur (Kunci Pembuka Dada) dengan terus mengamalkan dzikrullah, khataman, manaqiban dan amal ibadah yang lainnya. Dengan tekad yang kuat Insya Allah hati kita akan terbuka.
-(Tulisan Tambahan)>KULIAH SHUBUH>
DZIKIR SEBAGAI PONDASI SEGALA AMAL:Oleh : H. Makmun-
Kalimat Laa Ilaaha Illallah tidak hanya menjadi pilihan kita atau para ulama Salaf dan ulama Kholaf tetapi juga telah menjadi pilihan para ulama ahli Sufi karena kalimat inilah yang paling utama diantara kalimat-kalimat dzikir yang ada. Dalam al-Quran surat Luqman ayat 15 : ".... Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku. Hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat diatas merupakan perintah dari Allah yang wajib dikerjakan (amar). Kata Jalan pada ayat tersebut bisa diartikan sebagai agama atau pun amal. Sehingga terjemahannya menjadi ....Dan ikutilah agama/amal orang-orang yang telah kembali kepada-Ku. Yang kita ikuti tentu saja Guru Mursyid kita yang telah mengajarkan kalimat Laa Ilaaha Ilallah. Kalimat dzikir ini harus menjadi landasan setiap amal ibadah yang kita lakukan. Seperti syahadat, shalat, puasa, zakat dan ibadah haji serta yang lainnya. Sebagai contoh; Jika shalatnya tidak dibarengi dengan dzikrullah (ingat hatinya kepada Allah) maka shalatnya akan melantur. Mendadak ketika shalat menjadi kaya, karena ingat ke sawah, ingat rumah, ingat harta dan lain-lain. Setelah selesai shalat kembali menjadi miskin.
Bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji ke Baitullah di Mekkah jangan lupa juga untuk melihat Baitullah yang ada di dalam dirinya. Karena kiblatnya badan adalah hati, kiblatnya hati adalah niat dan kiblatnya niat adalah Allah (Qolbun Mu'min Baitullah). Mengucapkan Laa Ilaaha Ilallah (Dzikir Jahar) dan selalu mengingat Allah dalam hati (dzikir khofi) jangan sampai ditinggalkan. Karena para ulama Tasawuf mewajibkannya bagi mereka yang sedang belajar dan bagi orang-orang yang sudah ditalqin tidak boleh menggunakan dzikir-dzikir yang lain. Abah pernah berkata "Kalau ingin cepat sampai, jangan melihat kesana-kemari". Kembali kepada Allah tidak nanti tapi dari sekarang. Oleh karena itu niatkan, ketika mengikuti Manaqib karena ingin membersihkan diri, ingin merubah diri menjadi lebih baik. Mari kita belajar untuk itu semua.
-Sumber Tulisan : www.suryalaya.org
-Sumber foto : Kiriman Suriyanto AlMaliki TQN di Facebook Pemuda TQN Suryalaya.
-Sumber Tulisan : www.suryalaya.org
-Sumber foto : Kiriman Suriyanto AlMaliki TQN di Facebook Pemuda TQN Suryalaya.
Posting Komentar
Posting Komentar